Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V5 Chapter 6
Bab 6 - Kamp Pelatihan!
Hari Sabtu dimulai dengan cuaca cerah yang segar dan khas musim gugur.
Kami, anggota R-inks, berkumpul di stasiun terdekat dengan rumah Kanou pukul sembilan pagi untuk mengadakan latihan bersama selama dua hari satu malam.
Pakaian kasual masing-masing anggota menunjukkan kepribadian mereka yang unik.
Atau lebih tepatnya, kami berlima memiliki selera pakaian yang benar-benar berbeda.
Aku memakai kaus panjang di bawah jaket outdoor, celana jeans, dan sepatu kets putih Air Force 1 yang sudah usang sebagai pakaian kasual. Ransel di punggungku berisi pakaian ganti untuk satu malam, dan tanganku membawa casing gitar.
Yoruka, seperti biasa, tampil dengan gaya yang elegan dan menunjukkan latar belakangnya yang baik. Dia mengenakan sweater tipis yang terlihat berkualitas tinggi, rok panjang, stoking hitam, dan sepatu bot pendek yang cocok untuk musim gugur. Di lehernya, dia melilitkan syal merah dengan longgar dan memakai trench coat Burberry.
Belakangan ini kami sama sekali tidak punya waktu untuk kencan, jadi ini pertama kalinya aku melihat penampilan musim gugur Yoruka. Dia terlihat sangat cantik.
"Aku ingin pergi kencan ke taman dengan pakaian seperti ini."
"Kita akan mengadakan latihan bersama. Tapi, aku juga merasakan hal yang sama."
Tanpa sengaja, aku mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya, dan Yoruka dengan lembut menggenggam kelingkingku.
Miyachii langsung terlihat seperti punk dengan gaya yang khas. Dia mengenakan jaket kulit dengan dress bermotif bunga kecil, stoking jala hitam, dan sepatu bot hitam tebal dengan sol yang tebal. Rambut pirang dan riasan Miyachii membuatnya terlihat seperti siap tampil di panggung.
Kanou tampil dengan gaya grunge yang khas. Dia mengenakan sweater bergaris tebal, kemeja flanel yang diikat di pinggang, celana jeans robek, dan sepatu Converse Jack Purcell. Meskipun penampilannya santai, dia tetap memancarkan pesona yang unik.
Hanabishi tampil dengan gaya metropolitan yang rapi. Ia mengenakan kacamata tebal, cardigan, kemeja kerah berdiri, celana ramping yang menunjukkan kaos kakinya, dan sepatu kets New Balance abu-abu yang menjadi ciri khasnya.
Tln: ini kenapa dah nyebutin merek detail, di endorse kah?
Kami semua memiliki selera pakaian yang sangat berbeda, dan sulit dipercaya bahwa kami adalah band yang sama.
"Selera pakaian kita semua terlalu berbeda, ya? Lucu sekali."
Kanou tertawa terbahak-bahak karena kurangnya keseragaman dalam pakaian kami.
"Ya, lucu sekali. Bahkan tanpa bermusik, kita sudah bersenang-senang. Ayo belanja sebelum pergi ke rumahku."
Pertama-tama, kami membeli bahan makanan untuk dua hari di supermarket.
Kemudian, kami tiba di rumah Kanou Mimei, yang terletak di lingkungan perumahan yang tenang. Rumahnya memiliki tiga lantai dan satu lantai bawah tanah.
Desain arsitekturnya yang stylish menunjukkan selera seorang desainer.
Memang, orang yang bekerja di bidang seni memiliki selera yang baik dalam berbagai hal.
"Ayah dan ibu sedang bekerja di luar kota untuk konser sampai awal minggu, jadi kita bisa berlatih sebanyak yang kita mau!"
Kanou dengan antusias mengundang kami masuk ke rumahnya.
Ada beberapa kamar tamu yang bisa digunakan untuk menginap, dan aku serta Hanabishi akan berbagi satu kamar.
Para perempuan akan tidur di kamar Kanou dengan alas futon.
Untuk memulai latihan dengan cepat, kami menyimpan bahan makanan di kulkas dapur dan menyelesaikan persiapan minimal sebelum turun ke studio di lantai bawah tanah.
Rumah ini bahkan memiliki lift.
Ketika pintu lift terbuka, kami disambut oleh studio rumah yang kedap suara, yang membuat para musisi di seluruh negara iri.
Sebagai orang awam, aku tidak mengerti hal-hal teknis, tapi jelas bahwa studio ini membutuhkan banyak biaya. Ada speaker besar, berbagai peralatan, dan berbagai instrumen, termasuk drum set. Salah satu dindingnya dilapisi cermin, sehingga kami bisa memeriksa penampilan kami saat bernyanyi. Bahkan musisi profesional konon menyewa tempat ini.
"Ini luar biasa."
"Ini sangat profesional."
Saat aku dan Hanabishi terkesima, Kanou dengan cepat memberikan instruksi, "Kalian berdua, siapkan instrumen kalian. Hanabishi, kau bisa mengatur drum set sesukamu."
"Kanou, kau sangat bersemangat."
"Tentu saja. Aku akan bermusik sepanjang malam dengan teman-temanku. Bagaimana mungkin ini tidak menyenangkan?"
Kanou tersenyum lebar dan mengikat rambut panjangnya ke belakang dengan ikat rambut.
Persiapan sudah hampir selesai.
"Jangan terlalu bersemangat. Aku khawatir latihanku akan menjadi lebih sulit."
Aku berharap semangatnya dalam melatihku tidak berlebihan.
"......Sepertinya ini pertama kalinya aku mengadakan latihan bersama dengan bandku sendiri."
Kanou sendiri terkejut dengan fakta ini.
"Bukankah Kanou Mimmei yang suka berlatih sudah sering mengadakan latihan seperti ini?"
"Hmm, kenapa ya? Mungkin karena Senakisu terlalu payah untuk ditonton penampilannya."
"Aku berharap latihan ini membuahkan hasil."
"Atau lebih tepatnya, tidak ada hasil selain menjadi lebih baik."
Tiba-tiba, Kanou menjadi serius.
"Aku akan berusaha keras."
"Usaha biasa tidak cukup. Kau harus berusaha sangat keras."
"Kau terlalu keras!"
"Para protagonis manga shonen menjadi kuat setelah melalui pelatihan yang keras."
"Aku hanya manusia biasa."
"Mungkin bakat terpendammu akan terbangun."
"Kalau memang ada, cepat keluarkan saja."
"Tanggung jawabku jadi besar, ya. Kalau begitu, aku harus semakin ketat dalam melatihmu."
Sial, aku menggali kuburanku sendiri!?
Instruktur iblis itu menatapku dengan mata berbinar, jelas bersemangat untuk membimbingku tanpa ampun.
Haa......Baik Aria-san maupun Kanzaki-sensei, kenapa setiap perempuan yang menjadi pengajarku selalu begitu keras?
"Sena-chan memang disayangi, ya."
Dari belakang, Hanabishi yang sedang menyiapkan drum mengutarakan pendapat yang terasa kurang tepat.
"Di bagian mana itu terlihat seperti kasih sayang!? Ini tidak lebih dari pemaksaan sepihak!"
"Ada dua jenis pemaksaan, tahu. Satu dilakukan hanya karena ingin berbuat iseng, dan satu lagi dilakukan dengan keyakinan bahwa orang tersebut akan berkembang. Mimei jelas termasuk yang kedua. Benar, kan?"
"Benar, benar! Senakisu pasti bisa, jadi tidak perlu khawatir!"
Jaminan dari Kanou terasa terlalu ringan untuk dipercaya.
◇◇◇
Latihan dimulai langsung dengan penyelarasan suara.
Sekarang aku sudah bisa memainkan lagu hingga akhir, jadi kami mulai berlatih bersama, lalu Kanou memberikan koreksi secara mendetail. Itu terus diulang berkali-kali.
Kesalahan kecil memang masih terjadi, tapi aku mulai bisa merasakan kesenangan dalam bermain musik.
Jari-jariku semakin terbiasa, dan aku sudah dapat menekan chord tanpa terlalu banyak melihat ke tangan.
Tentu saja, aku tidak bisa berkembang secara drastis dalam sekejap, tapi setidaknya kini aku mulai memiliki cukup kelonggaran untuk mendengarkan permainan yang lain.
"Sepertinya aku mulai sedikit lebih baik."
Saat memasuki waktu istirahat, aku merasakan sedikit pencapaian dan tanpa sadar bergumam.
"Dulu aku sempat khawatir bagaimana hasilnya, tapi setidaknya sekarang sudah memiliki bentuk yang layak. Perkembanganmu cukup baik."
Kanou yang jarang memuji akhirnya mengucapkannya.
"Tapi aku masih harus berjuang mati-matian agar tidak melakukan kesalahan."
"Selama kau bersungguh-sungguh, kesalahan akan berkurang dengan sendirinya. Lanjutkan latihan dengan ritme seperti ini. Selanjutnya, tantanganmu adalah tetap bermain hingga akhir tanpa memperlihatkan kesalahan di wajahmu."
"Lihat! Aku baru saja merasa sedikit tenang, dan sudah diberi tugas baru lagi!"
Begitu ada kesempatan, dia langsung memberikan instruksi baru. Aku buru-buru mencatatnya di ponsel agar tidak lupa.
Tanpa kusadari, daftar catatan instruksiku sudah semakin panjang.
"Seorang gitaris yang tampak panik di atas panggung akan terlihat buruk. Seberapa pun sulitnya permainanmu, bersikaplah seolah-olah semuanya berjalan dengan sempurna."
Setelah memberikan saran singkat, Kanou mengedipkan sebelah mata.
"Kalau soal itu, bukankah kita lebih perlu mengkhawatirkan Yoruka?"
"Arisaka-san memang paling stabil saat latihan, tapi......sepertinya sudah saatnya dia diberi sedikit terapi kejut."
Tiba-tiba, Kanou mengambil foto selfie dan mengetik sesuatu dengan cepat. Rupanya dia sedang mengunggah sesuatu di media sosial.
"Baik, selesai. Sekalian sebagai promosi festival budaya, malam ini pukul sembilan kita akan mengadakan livestream!"
"Apa!?"
Instruktur iblis ini......tiba-tiba menjadwalkan sesuatu tanpa pemberitahuan! Aku benar-benar tidak menduganya.
Ternyata bukan hanya aku yang terkejut.
"Meimei, ini terlalu mendadak!"
"Tidak masalah. Follower kita sudah lebih dari sepuluh ribu, pasti ada yang menonton."
"Masalahnya bukan jumlah penonton!"
Miyachii juga tampak panik.
"Hinaka, coba lebih percaya diri. Bernyanyilah dengan perasaan ingin menyampaikan sesuatu pada mereka yang mendengar. Kau harus lebih larut dalam nyanyianmu."
Kanou mengacungkan jempol, terlihat begitu yakin.
"Hanabishi, bagaimana denganmu?"
Saat kutanya, ia menabuh simbal pelan dan berkata, "Berkat Sena-chan yang sudah mendengarkanku di atap tadi, aku merasa sedikit lebih tenang."
Lalu, bagaimana dengan Yoruka?
Dia membeku di depan keyboard seperti patung es.
Wajahnya yang cantik kini benar-benar pucat, hingga aku merasa kasihan melihatnya.
Bahkan suara simbal yang Hanabishi bunyikan pun tidak mampu membangunkannya.
"Senakisu. Jadi, Arisaka-san tetap saja gugup, meskipun hanya live?"
"Dari kelihatannya saja sudah ketahuan, kan? Yah, kalau bisa fokus hanya pada permainan, mungkin masih lebih baik......"
Meskipun tidak ada siapa-siapa di depan kami, tetap saja ada banyak orang yang akan menonton dari balik layar.
Bagi Yoruka, itu tidak jauh berbeda dengan berada di hadapan langsung penonton.
Meski begitu, aku pernah merekam diam-diam saat pertama kali Yoruka dan Kanou bermain bersama di ruang klub musik ringan. Saat itu, Yoruka sama sekali tidak menyadarinya.
Bagaimana caranya agar dia bisa bermain seperti saat itu?
Mungkin dengan semakin sering tampil, dia akan terbiasa.
Buktinya, sejak terpilih menjadi perwakilan kelas untuk festival budaya, dia jadi jauh lebih banyak berinteraksi dengan orang lain. Bahkan, bisa menginap di rumah teman seperti ini juga karena sebelumnya sudah pergi berlibur bersama teman-teman pertemuan Sena di musim panas lalu.
Sedikit demi sedikit, pengalaman yang dia kumpulkan telah membuatnya berkembang.
Sekarang adalah saatnya untuk berusaha lebih keras.
"Bukankah ini kesempatan bagus? Anggap saja ini latihan dengan suasana seperti saat tampil di panggung!"
Dengan optimisme luar biasa, Kanou mengangkat ponselnya di depan Yoruka dan bercanda seolah-olah sedang mengambil foto.
"P-Pelanggaran privasi!"
Kalimat pertama yang keluar dari mulutnya setelah pulih kembali terdengar kaku. Ah......dia benar-benar panik.
Baca novel ini hanya di Gahara Novel
"Coba ingat waktu pertama kali kau bermain bersama kami. Saat itu, kau bisa fokus penuh pada permainanmu. Lakukan saja seperti saat itu."
Sepertinya Kanou juga menyadarinya.
"Jangan bicara seolah itu mudah. Aku sudah terbiasa bermain denganmu, jadi rasanya tidak akan sama seperti pertama kali."
"Apa ini semacam fase jenuh dalam hubungan pasangan?" gumamku, sedikit tertawa.
"Aku akan memastikan permainan kali ini bisa membuatmu lebih puas daripada sebelumnya!"
Tampaknya, ucapan Yoruka justru memicu semangat Kanou.
Sang karismatik dari klub musik ringan pun mulai serius.
Latihan pagi akhirnya selesai, dan tibalah waktu makan siang.
Untuk sekadar menyegarkan suasana, kami memutuskan makan di ruang keluarga.
Menu makan siang kami adalah bento dan lauk yang dibeli dari supermarket.
Sambil makan, kami membicarakan soal rencana untuk siaran langsung nanti malam.
Sebagai pemimpin, Kanou dengan santai mengusulkan agar kami semua tampil dengan wajah terlihat jelas saat bermain.
Ternyata, sejak festival budaya tahun lalu, dia sudah rutin melakukan siaran langsung untuk menyanyikan lagu-lagu sambil bermain gitar atau mengunggah aransemen ulang dari lagu-lagu yang sudah ada.
Salah satu contohnya adalah lagu 'Nanairo Climax' dari Beyond the Idol, lagu yang kudengar bersama Hanabishi di atap sekolah.
Kanou mengubahnya menjadi versi hard rock dan mengunggahnya.
Hasilnya, lagu itu menjadi viral. Sangat viral.
Sampai-sampai anggota Beyond the Idol sendiri menyadarinya dan memberikan respons, membuat jumlah pengikut Kanou di media sosial terus bertambah hingga saat ini.
Ditambah dengan wajah eksotisnya yang berkarakter kuat serta statusnya sebagai siswi SMA aktif, tidak heran kalau pengaruhnya semakin luas.
Setelah dia mengumumkan akan tampil di festival budaya tahun ini, banyak penggemarnya yang meninggalkan komentar ingin datang ke acara tersebut.
"Kanou ternyata jauh lebih hebat dari yang kubayangkan......"
Kini, aku bisa mengerti kenapa anak-anak klub musik ringan begitu mengaguminya.
Namun, karena empat orang lainnya menolak tampil dengan wajah terbuka, keputusan akhirnya adalah hanya Kanou yang akan muncul di layar saat siaran langsung nanti.
Yoruka sendiri menolak keras acara siaran ini sampai akhir, tapi pendapatnya tak bisa mengubah keputusan yang sudah diambil.
"Sekarang kita punya sesuatu yang bisa dinantikan malam ini!" ujar Kanou dengan penuh semangat.
Setelah makan siang, kami kembali latihan dengan intensitas penuh.
Latihan pun berubah menjadi gladi bersih untuk siaran nanti malam, membuat suasana semakin tegang dalam arti yang baik.
Selama latihan ini, kelemahan masing-masing orang mulai terlihat. Kami harus mencari cara agar tetap bisa menunjukkan kemampuan terbaik dalam kondisi seperti ini.
Kami mengulang lagu yang sama berkali-kali. Berada di ruang bawah tanah tanpa sinar matahari juga membuat kami kehilangan rasa akan waktu.
"Baiklah, saatnya istirahat dengan teh dan camilan!" seru pemimpin kami.
Kami pun naik kembali ke ruang keluarga, menikmati teh dan kopi sambil ngemil, berusaha melepaskan sedikit ketegangan.
Rasa lelah sudah mulai terlihat di wajah semua orang.
Aku, yang paling merasa kelelahan, akhirnya menemukan cara terbaik untuk beristirahat.
"......Sena-chan, kamu sudah benar-benar pasrah, ya."
"Dan Yoruka juga menerimanya, tanpa protes."
Aku sedang berbaring di sofa, menggunakan paha Yoruka sebagai bantal.
"Ahh, paha ini nyaman sekali......"
"Kisumi, jangan bilang hal menjijikkan seperti itu."
Meskipun dia berkata begitu, Yoruka sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda menolak permintaanku.
Lebih tepatnya, dia terlalu sibuk memikirkan siaran nanti malam, sehingga kehabisan energi dalam arti yang berbeda dariku.
"Mau bagaimana lagi? Dengan begini, aku bisa langsung tidur dalam hitungan detik."
"Tiga detik lagi."
"Kok pendek banget!? Setidaknya kasih aku tiga jam!"
"Itu terlalu lama. Kakiku bakal kesemutan. Tiga menit saja."
"Baiklah, aku akan menikmati setiap detiknya dalam tiga menit itu."
"Hm, atau mungkin aku kurangi jadi tiga puluh detik saja?"
"Aku akan diam dan tidak macam-macam, jadi tolong biarkan tetap tiga menit!"
Dengan kehangatan pacarku, aku memulihkan kembali fokus dan tenagaku yang terkuras.
Sementara itu, mataku tertuju pada robot vacuum yang bergerak dengan tekun, membersihkan setiap sudut ruangan. Gerakannya yang lincah membuatnya terlihat seperti kepiting tapal kuda mekanik.
"HKalian berdua ini, lagi-lagi ngobrol kotor di tempat umum."
Kanou menyipitkan mata, menatap kami dengan tatapan menyelidik.
"Ini bagian dari latihan. Kalau Yoruka terbiasa bermesraan di depan orang lain, dia pasti jadi lebih berani saat tampil nanti."
"Serius? Itu alasanmu?"
Ya, anggap saja begitu, Yoruka. Aku masih belum mau berpisah dari paha ini.
"Karena ini masih waktu istirahat, aku biarkan kali ini. Tapi menurutku, mesra-mesraan di rumah teman itu agak kurang sopan."
"Maaf soal itu."
"Kalau memang merasa bersalah, ayo angkat kepalamu dari pangkuan Arisaka-san dulu."
"Aku butuh ini untuk memulihkan tenagaku. Demi kelancaran latihan nanti, biarkan saja dulu."
Kanou tampaknya menyadari bahwa membujukku adalah usaha yang sia-sia, jadi dia beralih ke Yoruka.
"Arisaka-san, kupikir kau tipe yang tetap tenang dalam segala hal, bahkan dalam urusan cinta. Tapi ternyata kau malah tipe yang manja pada pacarmu, ya? Jujur saja, aku cukup terkejut."
"T-Tidak juga......"
Disindir langsung seperti itu, Yoruka tidak bisa membantahnya.
"Ah, tapi itu hal yang wajar kok. Kalau suka seseorang, pasti ingin manja dengan mereka. Orang tuaku juga mesra banget, lho."
"Kanou-san."
"Tapi setidaknya jangan begitu saat latihan, ya?"
"Ya."
Melihat Yoruka, sang siswi teladan nomor satu di sekolah, ditegur oleh Kanou yang bergaya gal, rasanya cukup segar.
"Ngomong-ngomong, karena Kanou-san pernah pacaran dengan Nanamura-kun, berarti kamu punya banyak pengalaman cinta?"
Seolah melihat kesempatan, Yoruka bertanya tentang sesuatu yang biasanya tidak dibahas.
Dulu, dia sama sekali tidak tertarik pada urusan orang lain, tapi sekarang dia mulai berubah.
"Hm? Entahlah. Aku sering menerima cinta dari orang-orang yang naksir aku, tapi karena mereka tidak cocok dengan gayaku, akhirnya kami putus dalam waktu singkat. Aku sendiri tidak begitu paham kenapa orang-orang begitu ingin berkencan."
Whoa, itu pernyataan yang cukup menusuk dalam arti tertentu.
Sekaligus, aku baru menyadari kalau Kanou Mimei punya pandangan yang sangat dingin soal cinta.
"Kalau pergi ke tempat baru bersama pasangan, kau bisa melihat sisi mereka yang belum pernah kau lihat sebelumnya, kan? Itu bisa jadi cara untuk mengenal satu sama lain lebih dalam."
Aku menyampaikan pandangan umum tentang kencan.
"Tapi jauh-jauh pergi itu capek."
Tampaknya, Kanou juga tipe yang malas keluar rumah.
Sekarang aku mengerti kenapa Nanamura dulu kesulitan menjalin hubungan dengannya.
"Kencan itu, pada dasarnya, hanya alasan untuk bertemu dengan orang yang kau suka. Yang lebih penting bukan ke mana kalian pergi, tapi bagaimana kalian menghabiskan waktu berdua. Terutama sebelum dan di awal hubungan, di mana masih banyak hal yang perlu dipelajari tentang satu sama lain. Dengan berkencan, kalian bisa lebih dekat dan menciptakan kenangan bersama, yang akan memperkuat ikatan kalian."
"Aku juga suka berkencan karena bisa menghabiskan waktu eksklusif dengan orang yang kusukai. Rasanya menyenangkan."
Saat mengatakannya, Yoruka sempat melirik ke arahku.
"Aku bisa mengerti kalau kau ingin menghabiskan waktu bersama orang lain untuk lebih mengenalnya. Aku juga senang berlatih dengan anak-anak R-inks karena rasanya menyenangkan. Tapi tetap saja..."
Kanoume memasang ekspresi tidak puas dan menghentikan ucapannya sejenak.
"Tapi, apa?"
"Selama ini, banyak anak laki-laki yang menyatakan perasaannya padaku, terutama sejak aku mulai bergabung dengan band. Tapi kenapa, ya? Aku tidak pernah benar-benar menyukai satu pun dari mereka."
Ucapannya membuat suasana mendadak sunyi.
Aku bahkan sampai mengangkat kepalaku dari paha Yoruka.
Eh, mana aku tahu. Kelihatannya Kanou sendiri tidak mengerti apa yang bisa membuatnya benar-benar jatuh cinta.
"Kurasa, Mimei belum bertemu dengan cinta sejatinya."
Menyadari atmosfer yang canggung, Hanabishi mencoba mencairkan suasana.
Seperti yang diharapkan dari ketua OSIS! Refleksnya luar biasa!
"Hei hei, kalau begitu, Hanabishi-kun yang masih patah hati, bisa kasih tahu cinta sejati itu seperti apa?"
Si Miyachii ini malah menaburkan garam ke luka!
"Hmm......kalau berhasil, rasanya seakan bisa terbang saking bahagianya. Tapi kalau gagal, rasanya seperti dunia ini hanya memberiku kehancuran dan kesepian."
Deskripsinya pas banget.
Saat aku masih menunggu jawaban dari Yoruka, aku juga merasa dunia ini nyaris hancur.
Liburan musim semi saat itu, aku sampai melakukan banyak hal aneh hanya untuk mengusir kecemasanku, sampai-sampai adikku benar-benar khawatir.
"Jadi Hanabishi-kun sekarang sedang tersiksa rasa putus asanya, ya? Kasihan banget~."
Oioi, Miyachii, ada apa? Dia benar-benar menyerang tanpa ampun, sambil tersenyum lebar pula. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa dia memiliki semacam dendam pribadi?
"Miyauchi-san, tolong jangan bersikap terlalu kasar."
Hanabishi masih memiliki senyum polos yang sama di wajahnya.
"Ehh, aku hanya menggali lebih dalam buat Meimei, kok. Hanabishi-kun kan sudah sering cerita soal patah hatinya. Sekarang tidak perlu ditutup-tutupi, kan?"
Miyachii makin menekan! Luka itu sudah terlalu dalam, bakal muncrat darah kalau terus digali!
"Umm, kalau begitu, aku mau mulai masak lebih awal, ya."
Yoruka, yang bertugas sebagai juru masak, buru-buru kabur.
"Hei hei, aku ikut bantu!"
Aku pun langsung bergegas menyusul.
"S-Senakisu harus latihan sama aku sekarang! Ayo ke studio!"
Kanou juga sepertinya merasa suasananya tak beres.
"O-Oh! Baiklah, Kanou! Latih aku!"
"Setuju, Senakisu! Kita semangat latihan!"
Kami berdua langsung kabur dari ruang keluarga.
"Umm, kamu punya waktu luang sampai makan malam. Kamu bisa berlatih atau beristirahat di kamarmu, terserah kamu."
Kanou, sebagai pemimpin, memberi instruksi dan kemudian mengikutiku.
Kanou dan aku masuk ke lift bersama dan turun ke studio.
"Barusan Hinaka agak terlalu serius, ya?"
"Apa ada semacam persaingan antara Hanabishi dan Miyachii?"
Aku tidak bisa melihat adanya hubungan khusus di antara mereka, jadi aku juga tidak tahu apa alasan di balik atmosfer aneh itu.
"Mereka pernah pacaran dulu?"
"Itu sih tidak mungkin."
"Kalau soal yang tidak mungkin, kau dan Arisaka-san jauh lebih mengejutkan, kan?"
"Hmph. Aku sudah bosan mendengar itu. Kau memang jago dalam musik, tapi sepertinya nilai kemampuan percintaanmu rendah, ya?"
"---Nilai? Apa perasaan suka bisa diukur dengan angka? Apa bisa diberi peringkat atas dan bawah? Sepertinya tidak adil, deh?"
Jenius memang kadang bisa mengungkapkan sesuatu tanpa sadar, tapi tetap tepat sasaran.
"Kau ada benarnya. Barusan aku salah bicara. Anggap saja tidak pernah kau dengar."
"Perasaan suka itu, bentuk, bobot, dan rasanya berbeda bagi setiap orang, kan? Meski menggunakan kata yang sama, kalau besarnya perasaan itu tidak sejalan, pasti sulit juga."
"Jadi ini soal perasaan yang cocok, ya?"
Kanou melihatnya dengan cara yang sangat halus. Aku mungkin tidak bisa memahami sepenuhnya dengan level yang sama, tapi aku mengerti apa yang dia maksud.
"Ya. Kalau dari sudut pandang itu, aku menyukaimu, lho."
Kanou dengan santainya mengeluarkan pernyataan yang bisa disalahartikan.
"Hah!? Aku ini pacarnya Yoruka, tahu!"
Aku kaget mendengar seorang gadis mengucapkan "suka" secara langsung padaku.
"Aku tahu. Tapi kalau harus mengungkapkannya dengan kata-kata, ya, memang seperti itu."
Namun, Kanou terlihat sama sekali tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang besar. Rasanya aku buang-buang energi karena terkejut.
"Hah. Kalau begitu, ajari aku dengan penuh kasih sayang, ya."
"Kalau dengan begitu kau jadi lebih jago, aku akan mempertimbangkannya."
"Kalau ada waktu, mungkin itu bisa jadi pilihan juga."
Sayangnya, aku tidak punya banyak waktu untuk berlatih santai.
"Sebentar lagi waktunya! Jangan menyerah dan ikuti saja ajaranku, Senakisu. Ini harus jadi waktu bermain musik yang menyenangkan!"
Aku kembali mengambil gitarku.
Pelajaran privat penuh semangat dengan Kanou akhirnya selesai ketika Yoruka datang memanggil untuk makan malam.
Miyachii dan Hanabishi tidak turun ke studio.
Di luar sudah gelap, tapi meja makan terasa meriah.
Nasi kastanye, salmon panggang dengan jamur, tumisan ayam dan ubi pedas-manis, labu panggang keju dengan bacon, dan masih banyak lagi.
Kami semua menikmati masakan yang dibuat Yoruka dengan sepenuh hati.
Hidangan yang penuh dengan rasa musim gugur itu luar biasa lezat.
"Arisaka-san, ini enak banget!" seru Kanou dengan senyum lebar.
"Yoruka, kamu diam-diam pakai bahan makanan mahal, ya?"
"Tidak, aku beli semua ini di supermarket tadi pagi. Kamu juga ikut memilih bahan-bahannya, kan, Kisumi?"
Setelah seharian penuh bermain gitar, makanan buatan tangan pacarku terasa lebih nikmat dari biasanya.
Bagiku, ini enak sampai rasanya ingin menangis.
"Kalau begitu, ini semua karena Arisaka-san memang jago masak. Kamu pasti akan jadi istri yang hebat nanti."
Hanabishi memuji tanpa ragu.
"Wah, pujian klasik banget. Hanabishi-kun, rasanya jadul, deh."
"......Miyauchi-san selalu ketus padaku, ya?"
Hanabishi tetap tersenyum, tapi alisnya sedikit turun seperti orang kebingungan.
"Mungkin cuma perasaanmu saja."
Dua orang itu masih saja bertengkar.
Setelah makan malam selesai dan semua beres-beres, kami kembali turun ke studio. Saatnya siaran langsung.
Kami sudah mengirim tautan siaran ke grup obrolan Sena.
Sayuu: Aku pasti akan nonton! Semangat!
Ryuu: Jangan gugup dan bikin kesalahan, ya.
Sayu dan Nanamura langsung membalas, tapi Asaki-san tidak memberikan reaksi apa pun.
Sebelum tampil, kami melakukan latihan terakhir. Lebih dari ekspresi wajah, ketegangan lebih terasa melalui suara masing-masing.
Semakin mendekati waktu yang ditentukan, aku pun mulai merasa berdebar.
Sebagai R-inks, ini adalah penampilan kedua kami di hadapan penonton meski hanya melalui layar, setelah audisi klub musik.
Semua orang dengan serius melakukan pengecekan terakhir.
"Kanou, soal posisi berdiri, aku boleh di depan Yoruka?"
"Jadi kau mau bermain berhadapan dengan Arisaka-san? Kenapa?"
"Ada sedikit eksperimen. Lagipula, kami tidak akan tertangkap kamera, jadi tidak masalah, kan?"
"Ya, aku juga harus tetap di depan kamera, jadi aku tidak bisa memperhatikanmu. Lakukan sesukamu."
Setelah mendapat izin dari pemimpin, aku berdiri tepat di depan Yoruka.
"Eh, Kisumi. Terlalu dekat."
"Ini sudah pas."
Aku berdiri di jarak yang hampir mengenai keyboard, sambil memegang gitarku.
"Kalau kamu berdiri di situ, aku tidak bisa melihat yang lain, lho."
"Tidak perlu melihat mereka. Telingamu cukup tajam, kan? Kamu pasti bisa menyesuaikan."
"Bisa, tapi......"
"Jangan pikirkan yang lain, Yoruka. Lihat aku saja, pikirkan aku saja, dan mainkan musik hanya untukku."
"Kenapa?"
"Kamu tidak suka menatapku? Biasanya kita lebih dekat dari ini, kan?"
"Itu benar sih, tapi ini beda......"
Yoruka menatapku dengan tatapan penuh keraguan.
"Sudahlah, percaya saja pada kata-kata pacarmu ini."
"Baiklah."
Yoruka mengangguk patuh.
"Oke, semuanya sudah siap? Kita mulai, ya! Begitu lagu pertama dimulai, kita akan main terus tanpa henti sampai akhir, jadi persiapkan diri kalian!"
Jam menunjukkan pukul 21:00.
Malam itu, siaran langsung pertama R-inks berakhir dengan keberhasilan besar, dan kegagalan besar sekaligus.