Tsumetai Kokou no Tenkousei wa Houkago, Aikagi Mawashite Amadereru [LN] J1 Bab 0.1 Prolog
Prolog
Di sudut perpustakaan sekolah.
Tln : Karena novel ini diceritakan dari sudut pandang orang ketiga, jadi untuk pembeda, kalo laki-laki aku pake ia dan perempuan pake dia
Ada sebuah jendela yang memungkinkan masuknya sinar matahari, dan meja bundar kecil dengan beberapa kursi.
Itu adalah ruang yang memiliki semua hal tersebut, tapi berada dalam bayang-bayang rak yang berjajar di atasnya, jadi terlihat seperti ruang mati yang disebabkan oleh kesalahan desain.
Duduk di kursi di tempat seperti itu, Kuuya melirik dan mencuri pandang ke arah orang lain yang duduk di seberang meja bundar kecil.
Orang yang berada di ujung garis pandangnya adalah teman sekelasnya.
Rambut perak panjangnya, yang dijepit dengan jepit rambut, tidak menghalau sinar matahari tetapi melayang seperti kabut atau semacamnya.
Matanya yang lembut berwarna amber melihat ke dalam buku yang dibentangkan di atas meja, dengan pipinya yang disangga oleh tangannya.
Fitur wajahnya yang tajam dan tertata begitu indah sampai-sampai membuatnya merinding.
Namanya Fatima Kurei---seorang murid pindahan yang tiba pada musim semi ini.
Tln : namanya ditulis pake katakana
Bagaimana pun juga, masih ada bunga sakura yang kelopak-kelopaknya jatuh bagaikan hujan salju ringan di sisi lain jendela, tempat cahaya matahari menyinari dirinya.
Pemandangan itu, dirinya yang membaca buku dengan latar belakang bunga sakura yang bermekaran melalui jendela, bisa mencuri hati siapapun yang melihatnya, sungguh indah dan seperti sesuatu yang keluar dari dongeng.
Karena itu, meskipun ia bermaksud hanya meliriknya, namun ia pasti telah terpesona olehnya.
Kuuya tiba-tiba mendongak dan matanya bertemu dengan mata Fatima.
"? Ada apa? Karasu-kun."
Dia berkedip beberapa kali dengan ekspresi bingung di wajahnya, sedikit memiringkan kepalanya, suasananya melembut, dan kemudian membuka mulutnya dengan tenang.
Tidak ada tanda-tanda tersinggung. Dia juga tampaknya tidak merasakan bahwa Kuuya---Karasu Kuuya sedang mencuri pandang kearahnya.
Hanya kebetulan matanya bertemu dengan miliknya, itulah yang dia pikirkan.
"Tidak......kupikir, kau cantik sekali ya."
Tidak pernah terpikir olehnya untuk berbohong untuk menanggapi pertanyaannya, dan Kuuya menjawab dengan jujur.
"......!?---"
Wajah Fatima berubah menjadi merah padam.
Bukan tiba-tiba berubah merah seperti terbakar, tapi perlahan-lahan seiring berjalannya waktu......
Pipinya memerah seolah-olah menggambarkan cara dia memahami kata-kata Kuuya.
"......Terima kasih, atas pujiannya."
Baru setelah waku yang cukup lama berlalu, Fatima, yang berkata dengan terus terang, memalingkan wajahnya.
Tidak, itu adalah waktu yang dirasakan Kuuya, jadi ia mungkin sebenarnya hanya merasa seperti itu karena ia memandang perubahannya dalam jarak yang begitu dekat.
(Ah......Aku juga, apa yang sebenarnya kulakukan.......)
Karasu Kuuya menjadi tergila-gila pada Fatima Kurei.
Kuuya menegaskannya dengan santai di dalam hatinya.
Setiap gerakan yang dilakukan Fatima sangat menarik perhatiannya dan ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari setiap ekspresinya.
Belum lama setelah mereka bertemu, inilah yang terjadi.
Ini benar-benar tidak normal.
(Dari awal, dia curang......)
Pikir Kuuya, sambil membalas senyum pada Fatima, yang masih memalingkan wajahnya, namun melirik kearahnya.
(Dia pada dasarnya adalah seorang gadis yang cantik dan manis, dan setiap reaksinya sangat lucu dan menggemaskan. Tentu saja aku akan menyukainya.)
Padahal dia orang yang tertutup dan jarang menunjukan ekspresinya, tapi dia bereaksi seperti ini hanya pada orang tertentu saja, itu bahkan lebih curang.
Itu membuat Kuuya ingin sombong kalau ia istimewa, dan itu membuat ia ingin menjadikannya istimewa.
Baca novel ini hanya di Gahara Novel
(Ah, sepertinya aku harus mengatakannya......kukatakan saja padanya......)
Kuuya membuat keputusan, saat menatap Fatima yang wajahnya semakin memerah dan tatapannnya yang berenang, mungkin dia salah paham kalau ia sedang menggodanya.
"Hei, Kurei."
Ia sudah memikirkan apa yang akan ia katakan.
Ia memutuskan untuk membuatnya sederhana dan singkat, karena kalimat yang bertele-tele hanya akan membuat lidahnya tergigit ditengah jalan.
Setelah merevisinya lagi dan lagi, memikirkannya berulang-ulang dan memikirkan secara keseluruhan, ia memutuskannya.
Waktu yang dibutuhkan hanya sesaat.
Dalam satu tarikan napas, tanpa memikirkan apapun, katakan saja.
Dan saat ia hendak mengucapkan kata-kata itu...
"......Oh?"
Kuuya melihat wajah Fatima yang terbalik.
Ia sama sekali tidak tahu apa yang terjadi atau bagaimana jadi seperti ini.
"Wajahmu terlihat kebingungan......apa kamu menginginkan penjelasan......?"
Ekspresi wajah Fatima saat dia menatapnya benar-benar tak terlukiskan.
Terlihat seperti marah. Terlihat juga seperti lega. Terlihat seperti malu juga tersenyum.
Apa pun itu......sungguh melegakan bahwa dia tidak terlihat berada dalam suasana hati yang buruk.
"Tolong. Semuanya di luar pemahamanku."
"Ya, aku yakin begitu."
Meskipun wajahnya terlihat gelisah, Fatima melanjutkan, dengan lembut memainkan poni Kuuya dengan ujung jarinya.
"Pertama-tama, kamu pingsan. Tiba-tiba, tanpa penyebab apa pun, tanpa ada yang berubah diwajahmu, kamu tiba-tiba ambruk. Jika itu adalah kejutan, itu adalah sukses besar, selamat."
Wajah Kuuya berubah menjadi menyesal saat Fatima membisikkan sindiran yang pahit dengan cara yang lembut.
"......Biarkan aku menjelaskannya, aku tidak bermaksud mengejutkanmu. Itu adalah kecelakaan."
"Aku tahu. Kalau tidak, aku tidak akan membiarkanmu tidur dipangkuanku."
Dia dengan sengaja mengeluarkan suara cemberut dan sedikit merajuk.
Pada tahap ini, Kuuya akhirnya menyadari bahwa dia sedang tiduran di pahanya.
Ia mendapatkan sebuah keberuntungan, tapi......
"......Bahkan jika aku mengatakannya sendiri, aku sangat menyedihkan......"
Dengan kecewa, Kuuya menghela napas.
Tentu saja---
"Memang, betapa polosnya Kurasu-kun, pingsan karena gugup saat mengaku."
Mata Kuuya terbelalak terkejut ketika ia diberitahu dengan tepat apa yang ada di pikirannya.
"Itu mengejutkan. Aku tidak menyangka......aku tidak menyangka kalau kau seorang pembaca pikiran......"
"Ada apa dengan boke itu......"
Tln : tau tsukkomi kan? nah boke ini pasangannya tsukkomi
Fatima yang menggerutu dengan ekspresi heran dengan ringan menepuk dahi Kuuya.
"Kamu mengatakannya saat mengigau. Kamu tidak ingat?"
"Ingat apa yang dikatakan saat pingsan, sungguh pertanyaan yang kejam---ah, begitu ya. Pertanyaan itu, sebuah boke?"
"Ya, itu boke. Aku membalas boke-mu."
Ketika Kuuya menunjukkan hal ini, nada bicara Fatima menjadi sedikit lebih lantang.
Sepertinya dia tidak menyadari bahwa itu bodoh untuk bertanya pada orang yang pingsan apa mereka ingat apa yang dikatakan.
"Nah, kesampingkan hal itu."
Setelah itu dia berdehem seolah untuk mengganti suasana, dan melanjutkan kata-katanya.
"Aku tidak keberatan, kok, Karasu-kun---tolong biarkan aku berkencan denganmu."
"......"
Ia berpikir harus mengatakan sesuatu untuk menanggapinya......tapi Kuuya kehilangan kata-kata.
Rambut perak yang melayang ringan.
Mata amber yang bersinar lembut.
Pipi yang merona karena malu.
Bibir merah ceri dengan senyum malu-malu.
---Ah, aku sedang melihat hal terindah di dunia saat ini.
Ia terjebak dalam pemikiran itu, yang ia yakini tanpa bukti apa pun.
Post a Comment for "Tsumetai Kokou no Tenkousei wa Houkago, Aikagi Mawashite Amadereru [LN] J1 Bab 0.1 Prolog"