Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V4 Chapter 8
Bab 8 - Saat Dia Berganti ke Pakaian Renangnya
"Pemandangan yang indah ya, Sena."
"Ya, ini surga, Nanamura."
Langit biru membumbung tinggi, laut dengan tenang memecah ombak, dan gadis-gadis cantik dengan baju renang turun ke pantai berpasir putih.
Pemandangan yang memanjakan mata ini membuatku dan Nanamura sangat gembira.
Kebahagiaan ini begitu besar sampai-sampai aku tiba-tiba dilanda kecemasan, bertanya-tanya apakah ini mimpi. Namun tak lama kemudian, matahari yang menyengat di atas kepala dan panasnya pasir di kakiku yang telanjang memberitahukan bahwa ini adalah kenyataan.
Inilah musim panas.
Aku sangat senang datang ke sini.
Hatiku sangat senang dengan pemandangan alam terbuka ini.
Sebuah halaman masa muda kami sekarang sedang diukir.
Acara musim panas yang ditunggu-tunggu akan segera dimulai.
""Laut---!!!""
Aku dan Nanamura bersama-sama berteriak kegirangan.
Bahkan sinar matahari yang membakar kulit kami hanyalah pendorong semangat yang membuat suasana hati kami melambung tinggi.
Pagi-pagi ini kami, anggota grup Sena, berkumpul di depan stasiun. Kami kemudian naik mobil yang masing-masing dikemudikan oleh Kanzaki-sensei dan Aria-san, menuju vila milik keluarga Kanzaki-sensei.
Dengan memanfaatkan jalan tol, kami beberapa kali beristirahat di rest area. Saat itu, kami mengisi waktu dengan membeli camilan, bertukar tempat duduk di mobil, dan menikmati perjalanan. Di dalam mobil, pembicaraan kami seolah tak pernah habis, bermain permainan Yamanote Line, atau menyanyi bersama dengan penuh semangat ketika musik diputar. Namun, mungkin karena kami bangun terlalu pagi, tiba-tiba semuanya kelelahan dan tertidur, membuat suasana mobil menjadi hening. Setelah keluar dari jalan tol, kami berhenti di sebuah supermarket besar untuk membeli bahan makanan dan perlengkapan lain. Meskipun terasa seperti kami membeli terlalu banyak, itu menunjukkan betapa antusiasnya kami menikmati perjalanan ini.
Menjelang siang, akhirnya kami tiba di vila keluarga Kanzaki-sensei, tujuan kami.
Dari luar, vila itu memiliki tampilan klasik bergaya penginapan pedesaan. Begitu pintu masuk kayu besar yang kokoh dibuka, kami disambut oleh interior yang didominasi kayu dengan dekorasi modern yang memancarkan kesan mewah. Aku dan yang lain secara spontan mengeluarkan seruan kekaguman. Asaki-san dan Sayu langsung sibuk memotret dengan ponsel mereka.
Karena ada pantai tempat berenang yang bisa dicapai dengan berjalan kaki dari vila, kami pun segera memutuskan untuk pergi ke sana.
Setiap orang masuk ke kamar yang telah dibagi berdua untuk berganti pakaian renang.
Pembagian kamar adalah aku dengan Nanamura, Yoruka dengan Miyachi, Asaki-san dengan Sayu, dan Aria-san dengan Kanzaki-sensei.
Aku dan Nanamura dengan cepat berganti ke pakaian renang, lalu mulai mengerjakan tugas yang diberikan Kanzaki-sensei, yaitu mengeluarkan parasol dan kursi dek dari gudang. Hebatnya, vila ini dilengkapi dengan perlengkapan rekreasi lengkap untuk bermain di pantai kapan saja. Bahkan ada kayak di sini!
"Sena, kau tiup bola pantai itu. Aku akan mengurus pelampung ini."
"Siap laksanakan!"
Sambil menunggu para perempuan selesai berganti pakaian, aku dan Nanamura berdiri di depan pintu masuk, meniup bola pantai dan pelampung seolah sedang berlomba adu kuat kapasitas paru-paru kami.
Tak lama, Yoruka dan Miyachii keluar dari pintu masuk.
"Kalian semangat sekali."
"Yah, ini kan kita ke pantai bareng-bareng. Bukankah rasanya menyenangkan?"
"Ngomong-ngomong, mungkin ini pertama kalinya aku berenang di laut Jepang......"
Yoruka tiba-tiba mulai menelusuri ingatannya.
Sikapnya yang tiba-tiba menunjukkan sisi anggun seorang nona muda benar-benar khas dirinya sekali.
Bagi Yoruka, yang saat Golden Week pun pergi ke resor air luar negeri bersama keluarganya, suasana ini mungkin tidak terlalu istimewa.
Yoruka mengenakan T-shirt besar di atas pakaian renangnya. Meski begitu, lekuk tubuhnya yang indah tetap terlihat jelas. Atau lebih tepatnya, karena sedikit tertutupi, itu justru semakin membangkitkan imajinasiku.
Sementara itu, Miyachii mengenakan bikini tube-top dengan dominasi warna ungu. Desainnya dihiasi rumbai kecil yang manis di bagian dada.
"Nanamuu, pelampungnya sudah selesai ditiup? Pinjam dong~."
"Oke. Miyauchi, tangkap!"
"Ayo, lempar saja!"
Nanamura pun melempar pelampung yang baru saja ditiupnya, seperti sedang bermain lempar gelang.
Miyachii mengangkat kedua lengannya ke atas, membentuk tiang target, dan pelampung yang dilempar Nanamura mendarat dengan sempurna di tengah-tengahnya.
""Ooh~~!""
Aku dan Yoruka memberikan tepuk tangan.
Saat kami sedang bersenang-senang karena tak sabar menuju pantai, aku tiba-tiba teringat bahwa ponselku tertinggal di kamar. Bergegas, aku kembali ke kamar untuk mengambilnya.
Ketika aku keluar lagi ke koridor, aku kebetulan bertemu dengan Asaki-san.
"Asaki-san, kamu sudah siap?" tanyaku.
"Ya. Maaf membuat kalian menunggu."
"Tidak apa-apa. Tadi aku dan Nanamura menghabiskan waktu dengan meniup pelampung."
"Oh. Kisumi-kun, boleh minta tolong sebentar?
"Tentu. Ada apa?"
"Aku sudah ganti ke pakaian renang. Bisa tolong lihat, apa ada yang aneh atau tidak pas?"
Dengan itu, Asaki-san perlahan menurunkan ritsleting jaket yang dikenakannya.
Entah kenapa, pemandangan itu terlihat seperti dalam gerakan lambat di mataku.
Ritsleting jaket perlahan terbuka, dan akhirnya pakaian renangnya mulai terlihat.
Asaki-san mengenakan bikini sederhana dengan motif garis-garis tipis berwarna merah dan putih. Tali bagian atasnya transparan. Penampilannya memberikan kesan segar dan ceria, seolah-olah langsung bisa dijadikan halaman utama majalah mingguan. Menurutku, pilihan ini benar-benar sempurna untuk mempertegas kecantikan alami Asaki-san sebagai seorang gadis cantik.
Bagaimana pun juga, meskipun bikini memiliki tingkat keterbukaan yang cukup tinggi, pakaian ini memang dirancang untuk dilihat orang lain.
Namun, menatap bikini seorang teman sekelas secara langsung seperti ini tetap terasa canggung. Aku tak sadar mataku mulai bergerak tak tentu arah, mencoba mencari sesuatu yang lain untuk dilihat.
Aku ingin terus memandanginya, tapi aku ragu untuk menatapnya terlalu lama.
Apalagi, situasi ini terjadi di koridor, bukan di pantai atau tepi kolam renang. Tempat yang setengah-setengah seperti ini justru membuatku merasa makin gelisah.
"Bagaimana menurutmu?"
"Cocok sekali. Menurutku, sangat bagus."
"Kamu benar-benar sudah melihat dengan baik? Rasanya kamu terlalu cepat mengalihkan pandangan. Tidak apa-apa, kok, kalau mau lihat lebih lama."
Saat ini, seorang gadis dengan pakaian yang bisa dibilang sangat minim pertahanan sedang mendekat padaku.
Ini bahaya. Darurat tingkat tinggi. Wajahku hampir menyeringai.
Sial. Aku tidak bisa mengendalikan otot-otot wajahku!
Ini saatnya untuk tetap tenang, Sena Kisumi!
Jangan kalah oleh kekuatan pakaian renang!
"Hei, Kisumi-kun. Lihat aku. Tidak akan ada yang hilang hanya karena kamu melihat, kan?"
"A-Asaki-san, kurasa......lebih baik jangan terlalu memancing laki-laki seperti ini."
Sebagai seorang laki-laki, rasanya sulit untuk tidak terpancing oleh situasi seperti ini.
Apalagi, karena terbiasa melihatnya dengan seragam sekolah, perbedaan ini terasa sangat mencolok.
Pandangan yang kuhindari tanpa sadar jatuh pada tempat tidur di kamarku.
Jujur saja, pakaian renang itu tidak jauh berbeda dari pakaian dalam, bukan? Bagi remaja laki-laki sepertiku yang tidak berpengalaman dan belum terbiasa dengan hal semacam ini, melihat pakaian renang secara langsung benar-benar terasa terlalu mencolok. Ini berbeda dari gambar di majalah atau internet---lebih nyata, lebih hidup, tiga dimensi, bergerak, dan bahkan orangnya sedang berbicara.
"Tenang saja, aku bukan tipe yang mudah memberikan segalanya dengan murah."
"T-Tenang dari apa, sih?!"
Suaraku bergetar.
"Aku ingin Kisumi-kun yang pertama melihatku memakai pakaian renang ini. Aku ingin tahu apa kamu menyukainya."
Sekali lagi, Asaki-san mengatakan sesuatu yang langsung menusuk hati seorang laki-laki. Membuatku semakin bingung bagaimana harus bereaksi.
"Asaki-san, kurasa kamu tidak seharusnya terlalu percaya pada laki-laki."
"Eh? Tiba-tiba kenapa kamu bilang begitu?"
"Baiklah, sesuai permintaanmu, aku akan melihat dengan baik. Jangan bergerak."
Aku tidak bisa terus membiarkan diriku menjadi bahan candaan.
Dengan tekad baru, aku mulai mengamati Asaki-san dari ujung kepala hingga ujung kaki, memperhatikan dengan saksama setiap detailnya.
Aku bakar setiap detail terakhir ke dalam ingatanku, seakan memindainya dengan mataku.
"......Ah, baiklah, saat kau menatapku seperti itu, itu membuatku merasa agak aneh, tahu."
"Asaki-san. Jangan bergerak."
Dia mulai mengangkat tangannya untuk menutupi dadanya, tapi aku menghentikannya.
Di mana perasaan santai yang kurasakan sebelumnya? Wajah Asaki-san semakin memerah. Aku merasa seperti aku hanya mengalami situasi canggung di mana aku ingin menyembunyikannya tapi tidak bisa.
Akulah yang memenangkan lomba balap ayam yang memalukan ini.
"H-Hentikan!"
Asaki-san menarik bagian depan hoodie-nya dan berlari menuruni tangga.
Ditinggal sendirian di koridor, aku diliputi perasaan gembira dan hampa yang aneh.
"Seperti yang diharapkan, kekuatan pakaian renang sungguh luar biasa."
Erotisme jahat musim panas selalu tak kenal ampun.
◇◇◇
Semuanya berkumpul, siap untuk menuju pantai.
Setelah menurunkan barang-barang dari villa, aku dan Nanamura mulai memasang payung pantai.
Kami membentangkan dua lembar tikar besar di pasir, dan meletakkan kotak pendingin serta barang-barang lain di atasnya agar tidak terbang karena angin. Kami juga memasang payung besar masing-masing untuk membuat tempat teduh, lalu menyusun kursi dek di bawahnya.
"Buu! Kapan kalian selesai, sih, senpai?"
"Kalau ada keluhan, Sayu, bantu kami."
"Rasanya tidak enak kalau menghalangi kesempatan pria untuk bekerja."
Sayu mengenakan bikini kuning neon dengan celana pendek denim, serta topi sun visor di kepala, menampilkan gaya kasual yang sangat khas dirinya.
"Ngomong-ngomong, aku sudah tidak sabar karena panas banget."
"Aku juga setuju! Ayo, langsung ke laut aja!"
Asaki-san dan Sayu melepaskan sandal mereka, kemudian berlari melintasi pantai.
Mereka berlari dengan riang sambil menjerit kecil, masuk ke laut.
Mereka tampak sangat senang bermain-main di tepi ombak, memercikkan air dengan ceria.
"Semuanya, pastikan untuk melakukan pemanasan yang cukup, istirahat secara teratur, dan minum air yang cukup. Jangan memaksakan diri. Hati-hati dengan cedera atau kecelakaan. Jangan bertindak sendirian, dan beri tahu seseorang jika ingin pergi jauh. Ada orang lain di sini, jadi jangan terlalu berisik atau mengganggu."
Kanzaki-sensei memberikan peringatan dengan nada khasnya.
Pakaian renang sensei menunjukkan gaya resort yang elegan. Dia mengenakan topi lebar dengan atasan berleher tinggi, bagian dada dihiasi dengan anyaman renda yang rumit, serta pareo panjang yang melilit pinggangnya. Meski tidak terlalu terbuka, tubuhnya yang tampak dewasa tidak bisa sepenuhnya tersembunyi.
"Shizuru-chan, kamu serius banget! Jangan kaku begitu, ini bukan acara sekolah. Harus lebih santai!"
"Tapi, sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap murid-murid......"
"Oke oke, para gadis, hati-hati dengan pria yang mencoba merayu kalian. Para pria, jangan terlalu berlebihan. Itu saja, selamat bersenang-senang!"
Aria-san memberi peringatan singkat, lalu segera berbaring di kursi dek, membentangkan kaki panjangnya.
"Hah? Baru sampai sudah berbaring begitu?"
"Orang dewasa punya cara mereka sendiri untuk menikmati waktu. Sumi-kun, bisa ambilkan aku satu kaleng bir?"
Dia sedikit menurunkan kacamata hitamnya dan cepat memberi perintah padaku yang berada didekatnya.
Bikini Aria-san bergaya modis dan seperti selebriti. Desainnya berupa bikini dengan tali silang yang dihiasi rantai tipis, terlihat elegan dan seksi. Seperti biasa, dia dengan percaya diri memamerkan tubuhnya yang memukau tanpa rasa ragu.
"Bukankah terlalu awwal untuk minum alkohol di siang hari?"
Aku memberinya satu kaleng bir dari kotak pendingin, seperti seorang pelayan.
"Ini liburan musim panas, jadi tidak masalah. Lagi pula, aku sudah menyetir dari pagi, tenggorokanku dan hatiku kering. Sedikit hadiah seperti ini sudah layak. Ah, enaknya."
Dia menikmati bir dingin itu seolah sedang merasakan momen kebahagiaan yang murni.
Kanzaki-sensei dan Aria-san, yang telah mengemudi sepanjang jalan ke dini, tampak lelah dan sedang bersantai di bawah payung.
Keseksian kedua wanita cantik ini tidak dapat disembunyikan, dan mereka secara alami menarik perhatian di pantai.
Sekalipun kau berkata pada diri sendiri untuk tidak memperhatikan daya tarik yang luar biasa dan tubuh yang luar biasa dari orang dewasa, kau tidak bisa tidak terpikat oleh mereka. Setan musim panas Eros juga ada di sini.
"......Sumi-kun, kamu terlalu lama melihat. Mesum."
"Eh?"
Saat aku tengah membersihkan barang-barang yang berserakan, Aria-san menunjuk sesuatu dengan mata tajam.
"Tanganmu sudah berhenti bergerak. Aku akan memberi tahu Yoru-chan."
"Hei! Aku khawatir ini akan menimbulkan kesalahpahaman lagi, jadi tolong ampuni aku!"
Aku ingin menghindari pertengkaran dua saudari selama perjalanan ini.
"Kisumi dan yang lainnya juga sini!"
"Dingin dan rasanya luar biasa!"
Asaki-san dan Sayu berada di laut hingga pinggang, dengan gembira memercikkan air ke satu sama lain.
Aku pun melepas kausku dan hendak beranjak pergi, namun Yoruka ragu-ragu untuk melepas kausnya.
"Yoruka, kamu tidak ikut berenang?"
"Aku ikut, tapi......" jawabnya sambil menatapku dengan mata yang menatap tajam ke arahku.
"Kamu malu?"
"Ya."
Merasa seperti dunia telah kiamat, aku berlutut di pantai berpasir.
"Aku tidak bisa melihat baju renang yang kupilih setelah banyak pertimbangan. Padahal aku sangat menantikannya."
Aku terisak-isak.
"Ma-ka-nya, ketika orang-orang memiliki harapan yang begitu tinggi, hal itu juga memberi banyak tekanan padaku."
"Apa yang kamu bicarakan? Hanya bisa datang ke pantai bersama Yoruka saja sudah menjadi musim panas terbaik yang pernah ada, dan terlebih lagi, bisa melihat baju renang itu seperti keajaiban bagiku. Itu hanyalah bonus yang tak ada habisnya. "
Kukatakan padanya perasaanku yang sebenarnya tanpa menyembunyikan apa pun.
Entah kenapa, Yoruka terdiam, dan Nanamura serta Miyachi yang ada di dekatnya menoleh ke arahku dengan tatapan penuh arti.
"Kau dengar, Nanamuu?"
"Aku mendengarnya, Miyauchi. Kecepatan lemparan bola Sena terlalu hebat seperti biasanya. Lihat, Arisaka-chan semerah gurita rebus."
"Aku tidak mengatakan sesuatu yang salah."
Apa salahnya menantikan baju renang pacarmu?
"---Dasar! Itu hanya baju renang kan!"
Yoruka akhirnya melepas kaosnya.
Aku menahan napas.
Yoruka berdiri di hadapanku mengenakan bikini hijau mint yang kupilih. Warna-warna yang menyegarkan tampak hebat di kulit putih Yoruka, dan dipadukan dengan desainnya yang feminin, memberikan kesan bersih dan lembut. Kupikir ini adalah karya yang sangat unik yang menghadirkan pesona baru pada Yoruka yang terlihat lebih dewasa.
"......"
"Jadi, apa pendapatmu?"
Yoruka bertanya sambil memegang lengannya dengan malu.
"Cocok banget! Aku mau lihat terus!"
"Itu pendapat yang sangat jujur sampai-sampai menjijikkan......"
"Aku memujimu lho. Aku memujimu dengan segenap hatiku."
"Aku cukup mengerti itu, tapi usahamu terlalu berlebihan!"
Mungkin untuk menyembunyikan rasa malunya, Yoruka membalas dengan kata-kata kasar, tapi aku tidak mendengarnya dengan jelas. Aku hanya tertegun dan menatapnya.
"S-Sudahlah, ayo kita ikut ke laut!" kata Yoruka sambil memegang tanganku.
Mungkin lebih baik ikut ke laut daripada dilihati terus.
Ketika akhirnya aku memasuki laut, tubuhku yang panas terasa dingin yang nyaman.
"Laut terasa sangat menyenangkan."
Miyachii naik ban renang besar dan mengapung lembut di atas ombak.
"Miyachii, jangan terlalu santai dan terbawa arus."
"Tentu saja aku tidak akan tertidur begitu saja. Lagipula, aku punya mesin yang sangat kuat di sini."
"Justru, apa aku bisa mempercepatnya dengan mendorong sekencang mungkin?"
Miyachii sedang didorong dari belakang oleh Nanamura.
"Eh, aku tidak mau."
"Kalau kau bilang tidak mau, justru aku jadi ingin melakukannya!"
"Ooh, cepat sekali," suara Miyachi terdengar gembira.
Dengan kekuatan tendangan kaki Nanamura yang luar biasa, dalam sekejap, mereka berdua semakin jauh.
"Aku di laut bersama Kisumi, ya......"
Yoruka mengatakannya dengan suara yang penuh perasaan.
"Ya, musim panas tahun lalu sangat berbeda, ya."
Aku bahkan tidak pernah membayangkan bisa berkencan dengan Yoruka, dan rasanya sulit membayangkan Yoruka yang kesulitan berkomunikasi bisa pergi jauh seperti ini bersama teman-teman sekelasnya.
"Rasanya aneh, ya, bisa datang ke laut bersama teman-teman."
"Pasti menyenangkan bisa melakukan berbagai pengalaman."
"Ya. Kukira akan lebih tegang, tapi aku merasa seperti terus tersenyum di dalam mobil."
"Benar......Ngomong-ngomong, Yoruka, bukankah kamu memaksakan diri masuk ke dalam air hingga sebahu?"
Posisi kepala Yoruka terlihat aneh, lebih rendah dari biasanya. Mungkin dia sengaja membungkuk sedikit untuk menyembunyikan baju renangnya.
Aku menatap ke atas kepala Yoruka dan diam-diam mengamati tubuhnya yang tertutup bikini di dalam air.
"Jangan tatap aku seperti itu dari atas!"
"Kalau begitu, apa dari dalam air tidak apa-apa?"
Sebelum mendengar jawabannya, aku langsung menyelam ke dalam laut.
Tanpa mempedulikan bahwa itu air asin, aku membuka mataku sedikit, berusaha mengamati tubuh Yoruka di bawah permukaan laut. Namun, sebelum aku bisa melanjutkan, pandanganku tiba-tiba menjadi gelap. Sebuah tangan melingkari bagian belakang kepalaku.
Lalu, sensasi lembut dan rasa sesak menyerangku bersamaan.
Aku segera mengerti apa yang terjadi dan berusaha bertahan di dalam air.
Namun, begitu pertama kali dipeluk, aku terkejut, dan hampir seluruh udara yang ada di paru-paruku menghilang dalam bentuk gelembung yang keluar dari mulut.
Meskipun begitu, aku terus bertahan. Justru, aku ingin tetap seperti ini selamanya.
Aku menantang batas kemampuan untuk bertahan dalam kondisi hampir tanpa oksigen.
"Eh, hei. Kamu baik-baik saja, kan? Tidak ada gelembung yang keluar."
Pada saat tangan Yoruka melepaskanku, aku langsung melompat ke permukaan laut.
Dengan napas yang berat, tubuhku dengan panik mencari oksigen.
Udara terasa sangat nikmat, seolah-olah aku hampir mati karenanya.
"Aku kira aku akan mati."
"Seberapa lama kamu bisa bertahan sih!"
Yoruka khawatir padaku karena aku serius dengan leluconnya.
"Oh, apa ini surga? Atau ini kenyataan?"
"Entahlah."
"Aku tadi merasakan sensasi kebahagiaan di wajahmu, jadi aku ingin memastikannya sekali lagi," kataku sambil berniat untuk menyelam lagi, tapi Yoruka buru-buru menghentikanku.
"Obsesi Kisumi ternyata lebih kuat dari yang kubayangkan. Kukira kamu akan segera muncul ke permukaan."
"Sebenarnya aku senang karena kamu berani melakukannya."
"I-Itu hanya pelukan."
"Benarkah? Di dalam air, semuanya terasa berbeda dari biasanya."
"Cukup! Jangan ingat-ingat itu!"
"Itu mustahil. Rasanya sangat lembut."
"Jangan dikatakan!"
Yoruka tampaknya berusaha menghapus kenangan itu dari pikiranku dengan menyerangku.
"Senang rasanya melihatmu lebih berani, sebagai pacarku."
"......Kalau hanya sesaat, kurasa kamu tidak akan menyadarinya."
"Kamu terlalu meremehkanku."
Wajah pacarku ada begitu dekat. Lalu, dia mendekat dan memberiku ciuman ringan di bibir.
"Ciuman hari ini rasanya asin, ya."
"Karena aku diam-diam meneteskan air mata kebahagiaan."
"Di mana? Wajahmu malah kelihatan tersenyum."
"Sebenarnya, kupikir akan sulit untuk berciuman saat sedang liburan."
Karena ada banyak orang di sekitar kami, aku merasa tidak akan bisa melakukannya seperti saat berdua saja. Jadi, ciuman mendadak dari Yoruka adalah kejutan yang menyenangkan.
"---Kurasa, aku suka ciuman."
"Kita sama. Aku juga sangat menyukainya."
"Mau sekali lagi?"
"Tentu, tapi. Kalau kita terus begini, nanti akan dicurigai kalau tidak segera bergabung dengan yang lain."
Aku bicara dengan santai, tapi seperti biasa, pengamatanku terlalu naif.
"Apa yang kalian berdua lakukan tadi? Menyelam di laut, berpelukan, kelihatannya menyenangkan."
Begitu kami kembali ke tempat teman-teman, Asaki-san langsung tersenyum dan berkata demikian.
"Kii-senpai dan Yoru-senpai, kalian benar-benar tidak ada rasa malu bahkan saat liburan."
"Kalian berdua mesra sekali, ya!"
Sayu dan Miyachii semakin bersemangat.
Yoruka menatap Asaki-san dengan tatapan tajam, tapi karena ini adalah hasil dari tindakannya sendiri, sepertinya dia tidak bisa menyalahkan secara terbuka.
"~~~~Kh."
"Ada apa, Arisaka-san? Kalian berdua sangat akur, aku jadi iri."
Yoruka tetap diam, wajahnya merah hingga ke telinga, mungkin karena malu atau karena marah pada Asaki-san.
"See~~naaa~~"
Di tengah suasana tegang ini, dengan panggilan yang aneh, Nanamura muncul dari permukaan laut seperti monster laut.
"Uwah, apa-apaan ini? Dan kenapa kau berdiri di belakangku?"
Aku mulai merasa ada firasat buruk.
"Sena, ini perjalanan grup. Kalau mau bermesraan dengan pacarmu, tahan sampai malam."
"Ka-kami hanya sedang berbicara berdua saja!"
"Arisaka-chan itu selalu mencuri perhatian di mana saja! Coba sedikit lebih peka pada sekitar!"
Setelah berteriak seperti itu, Nanamura langsung memeluk pinggangku dengan erat menggunakan tangannya.
"Nanamura, hentikan! Lepaskan!"
"Sekalipun kau ketuanya, aku tidak akan mendengarkan!"
"Jangan terburu-buru!"
Aku berjuang sekuat tenaga untuk melawan dan mencoba melepaskan diri, tapi lengan besar Nanamura tidak bergeming sedikit pun.
"Riajuu, meledaklaaaahhh---!!!"
"Aku tidak mau mendengar itu darimu---!!!"
Tanpa ampun, aku langsung terlempar tinggi ke udara. Sungguh kekuatan yang luar biasa.
Sesaat aku merasakan seperti berada di dalam ruang tanpa gravitasi.
Aku melihat langit di hadapanku, dan dalam sekejap, tubuhku sudah menghantam permukaan laut.
"Nice, Nanamura-kun!"
"Untuk orang yang mengganggu keharmonisan grup, hukuman dari langit!"
Asaki-san dan Nanamura melakukan tos dengan penuh semangat.
Sementara itu, aku terbatuk hebat karena air laut asin yang masuk ke hidungku, membuatku tersedak parah.
◇◇◇
Baca novel ini hanya di Gahara Novel
Setelah itu, kami terus bermain di laut, lalu menikmati makan siang yang agak terlambat.
Matahari mulai condong ke barat, dan angin laut yang hangat serta rasa kenyang mulai membuatku mengantuk. Kami pun beristirahat dengan santai, dibalut handuk mandi yang lembut.
Seolah telah menunggu saat itu, Nanamura menarikku keluar sendirian sambil berkata, "Sena, kemarilah sebentar."
Kami semakin jauh meninggalkan payung tempat yang lainnya duduk.
"Yah, Arisaka bersaudara, dan Kanzaki-sensei, mereka benar-benar memukau. Peringkat kedua mungkin masih bisa diharapkan dari Yukinami-chan yang terus berkembang. Keseimbangan Hasekura-chan luar biasa. Miyauchi juga punya tubuh yang sangat menarik, pasti banyak yang suka, kan?"
"Jangan sekali-kali bilang itu di depan mereka. Bisa-bisa kau dibunuh."
"Karena ini obrolan antar pria, aku bebas bicara."
"Terus, Nanamura. Ada apa di sini?"
Aku berpikir, ia tidak mungkin menarikku keluar hanya untuk ngobrol tentang topik itu.
Nanamura tersenyum lebar dengan gigi putihnya, seolah-olah baru saja mendapat ide brilian.
"Ayo bantu aku untuk menggoda orang."
"Hah?"
"Menggoda. Ada wanita cantik yang menarik di sana, jadi ayo kita dekati mereka."
Nanamura menunjuk ke arah sekelompok wanita dengan bikini seksi yang sedang berbaring santai di bawah payung.
"Aku tidak mau ikut! Aku punya Yoruka, tahu!"
"Kalau kau diam saja, tidak akan ada masalah."
"Itu jelas masalah besar. Itu namanya berselingkuh!"
"Ah, kau terlalu ribet."
"Kalau mau menggoda, pergi sendiri saja."
"Aku hanya ingin kau merasakan pengalaman tak terlupakan di musim panas ini. Itu bentuk persahabatanku."
"Kalau Yoruka tahu, aku bisa disuruh seppuku."
Tln: Seppuku, sama aja harakiri
"Itu terlalu berlebihan," Nanamura mendengus.
"Memangnya masuk akal menggoda wanita lain di pantai yang sama?"
"Sebagai pria, kita harus berani mengambil risiko dan menghadapi tantangan."
"Aku tidak butuh keberanian seperti itu!"
"Kau tidak seru. Anggap saja ini pengalaman hidup!"
Nanamura mengajakku dengan nada yang sangat santai.
"Kita datang bersama teman-teman sekolah, tapi kau malah mau menggoda wanita lain? Aku mulai meragukan cara berpikirmu."
"Yah, soalnya cewek-cewek di kelompok kita jelas tidak bisa kudekati. Lagipula, mereka tipe cewek yang sama sekali tidak terpengaruh dengan pesonaku. Kau bisa asyik bermesraan dengan Arisaka-chan, tapi aku? Ini tidak cukup buatku."
Sepertinya, berada di pantai dan melihat wanita-wanita berbikini telah memancing keinginan Nanamura sebagai pria.
"Kalau ketahuan sama yang lain, kau bakal dilihat dengan tatapan lebih dingin lagi."
"Tidak masalah. Kau cuma perlu ada di sebelahku. Kalau semuanya berjalan lancar, cari alasan aja buat kabur."
"Aku tetap tidak mau."
"Kalau begitu, aku akan sebarkan cerita tentang kalian yang berciuman ke seluruh sekolah."
Nanamura mengancamku dengan nada santai tapi menusuk.
"Itu licik sekali!"
"Pengkhianatan terhadap persahabatan pria tidak bisa dibiarkan begitu saja. Harga yang harus dibayar berat, tahu!"
"Persahabatan sejati itu tidak membutuhkan harga apa pun."
Aku menolak tawaran Nanamura, namun ia memaksaku dengan begitu gigih sehingga aku tak punya pilihan selain mengikuti.
Awalnya, aku sudah membayangkan diriku menjaga gadis-gadis dari kelompok kami dari pria-pria yang mencoba menggoda. Tapi, aku sama sekali tak menyangka bahwa aku justru akan berada di pihak yang melakukan pendekatan, meskipun hanya sebagai pendamping.
Nanamura, dengan percaya diri, mendekati dua wanita dewasa yang tampaknya pegawai kantoran. Ia memulai percakapan dengan santai, memanfaatkan penampilannya yang terkesan liar dan tubuhnya yang berotot. Bicaranya lancar, membuat suasana menjadi menyenangkan. Kedua wanita itu tampak cukup tertarik.
"Wow, badanmu luar biasa. Perutmu berotot banget."
"Mau coba pegang?"
"Kyaa! Keras sekali. Hebat!"
Seorang wanita berambut panjang bersemangat saat menusuk perut Nanamura.
Sementara itu, aku hanya berdiri di sana seperti patung batu, tak berkata sepatah kata pun. Serius, apa gunanya aku ada di sini?
Nanamura tampaknya bergerak cepat. Ia mulai membawa percakapan ke arah yang lebih akrab, mencoba mengatur sesuatu.
Luar biasa. Sepertinya, ini akan berhasil.
"Kalau begitu, aku pilih yang ini saja. Kelihatannya polos banget, lucu!"
Eh, tunggu sebentar, apa aku baru saja jadi target mereka!?
"U-Um, aku, tidak ikutan."
"Aww, gugupnya lucu banget!"
Kegembiraan gadis berambut pendek lainnya meningkat dengan sendirinya!?
"Selamat ya, Sena."
Selamat apanya, dasar idiot!
"Tenang saja, aku akan lembut kok. Lihat, mereka juga lagi asyik sama yang satunya."
Wanita itu mendekat dengan gerakan licin seperti ular, hingga sudah berada tepat di sampingku.
"---Kalian berdua, sedang apa di sini?"
Ketika aku menoleh ke belakang, di sana sudah berdiri Kanzaki-sensei.
"Ghh!?"
Nanamura langsung mengeluarkan suara tidak elegan seperti katak yang terinjak.
Wanita-wanita yang sebelumnya sangat bersemangat sekarang tampak membeku. Rupanya mereka tertekan oleh aura dingin dari kecantikan dan ekspresi tidak ramah Kanzaki-sensei.
"Mereka berdua masih anak SMA. Silakan pergi."
Kanzaki-sensei hanya mengucapkan itu dengan tegas dan mengarahkan pandangannya dari kedua wanita itu ke arah kami.
"Kalian berdua, sebagai anak SMA, apa yang sebenarnya kalian lakukan?"
Nada suara beliau sangat tajam, menusuk seperti duri.
"Maaf, Sena. Aku tiba-tiba kena sakit perut parah. Aku harus ke toilet. Sisanya kuserahkan padamu!"
Dengan kecepatan luar biasa yang bahkan membuat pasir berhamburan, Nanamura, sang ace tim basket, langsung kabur secepat kilat. Sebelum aku sempat menghentikannya, tubuhnya yang setinggi 190 cm sudah berubah menjadi titik kecil di kejauhan.
Hei, bukannya kau sakit perut? Kenapa malah bisa lari secepat itu!?
Dengan kaburnya Nanamura, yang sebenarnya paling bersemangat tadi, suasana menjadi sangat canggung.
"Ikut aku, Kisumi-kun."
Tiba-tiba, Kanzaki-sensei memanggilku dengan nama yang biasa beliau gunakan saat aku berpura-pura menjadi pacar beliau. Beliau langsung menarik lenganku tanpa peringatan.
"Eh, tunggu sebentar!"
Wanita tadi menaikkan alisnya, merasa seolah mangsanya baru saja dirampas.
"Anak ini baru saja kuperkenalkan pada kedua orang tuaku. Aku tidak bisa membiarkan kalian menyentuhnya. Saat ini ia sedang dalam perawatan khususku. Kalau begitu, permisi."
Dengan kalimat yang penuh tekanan itu, Kanzaki-sensei membuat mereka bungkam, lalu menarikku dengan paksa.
Tanpa berkata apa-apa, beliau terus berjalan cepat sambil menarik lenganku.
Setelah kami cukup jauh dari wanita-wanita tadi, beliau akhirnya melepaskan lenganku dan berbalik menatapku.
"---Ada yang ingin kamu katakan?"
"Ampun, Sensei! Saya benar-benar hanya terseret dalam kejadian ini!" Aku memohon dari lubuk hatiku yang paling dalam.
"Kamu diajak oleh Nanamura, kan?"
"Seperti yang Anda katakan."
"Lalu kenapa kamu tidak menolaknya?"
"Saya mencoba, tapi, demi solidaritas sesama lelaki......"
"Itu menjijikkan."
"Itu kejam, Sensei!"
Kenapa, di bawah sinar matahari musim panas yang bersinar cemerlang, di pantai yang panas membara, aku malah harus mendengarkan ceramah dari guru cantik berbikini ini?
"Meski itu Sena-san, melakukan hal seperti itu, aku agak kecewa."
"Itu hanya salah paham! Tolong percaya pada saya, Shizuru-san!"
Aku berteriak dengan penuh semangat, hingga bahu sensei bergetar sedikit.
"Memanggil dengan namaku secara tiba-tiba seperti itu curang!"
Wajah sensei saat mengatakan itu tak menunjukkan ketenangan yang biasanya dia tunjukkan di kelas. Sebaliknya, itu adalah ekspresi yang penuh emosi---seperti saat dia memintaku menjadi pacar palsunya dulu.
Apa aku benar-benar mengejutkan dia?
"Tapi, sensei juga barusan memanggil saya dengan nama saya, kan?"
"Itu hanya akting agar aku bisa membawamu pergi dari sana! Tidak ada maksud lain!"
Kanzaki-sensei membela diri dengan suara tegas dan lantang.
"T-Tidak perlu menyangkal sekeras itu, saya juga mengerti."
"Maaf! Tidak, aku hanya tidak ingin memberikan kesan yang salah."
"Tenang saja, saya tahu kalau sensei itu sangat peduli pada murid-muridnya."
"Benar, karena kita ini hanya guru dan murid---tidak lebih, dan tidak kurang!"
Ketika penolakan itu ditekankan dengan sangat kuat, justru membuatku jadi curiga.
"......Sensei, ada sesuatu yang terjadi?"
"Kalau sampai terjadi sesuatu, itu akan jadi masalah!"
Sensei berteriak seperti orang panik, lalu menundukkan wajahnya dengan malu. Setelah itu, dengan suara pelan, dia berkata, "Aku akan menenangkan diri sebentar," sebelum pergi menjauh, ke arah yang berbeda dari tempat yang lainnya berkumpul di bawah parasol.
Ketika aku kembali ke bawah parasol, hanya ada Yoruka di sana.
"Yang lain ke mana?" tanyaku.
"Onee-chan bilang minumannya habis, jadi dia pergi beli lagi. Kanzaki-sensei bilang mau ke toilet. Yang lain lagi main ke laut. Kalau Nanimura-kun, ke mana ia?"
"Aku tidak peduli sama pengkhianat sepertinya," gumamku kesal, lalu duduk di sebelah Yoruka.
"Kalau begitu, Kisumi, aku mau bicara sebentar, boleh?"
"Kenapa?"
Yoruka memanggilku dengan suara pelan dan hati-hati.
"Untuk berjaga-jaga, aku mengoleskan ulang sunscreen. Bisa bantu aku?"
"Para gadis repot juga, ya, soal perawatan UV."
"Kulitku mudah memerah. Jadi ini harus benar-benar diperhatikan. Pakai ini."
"Aku hanya mau pastikan. Serius, aku yang bantu tidak apa-apa?"
"Saat ini, yang bisa kuandalkan cuma kamu, Kisumi."
"Baiklah. Seperti ini saja tidak apa-apa, kan?"
"Umm......kalau gitu, aku berbaring saja."
Yoruka berbaring tengkurap dan melepaskan tali bikini dengan satu tangan.
"Baiklah, aku mulai sekarang."
"Ya, tolong."
Dengan hati-hati, aku mulai mengoleskan krim ke punggung Yoruka, memastikan semua tertutup merata.
"Ahn."
Tapi tiba-tiba, dia mengeluarkan suara kecil, sedikit menggoda.
"Y-Yoruka?"
"Tidak apa-apa. Lanjutkan saja, aku baik-baik saja."
Aku mencoba mempercayai kata-kata Yoruka dan melanjutkan. Namun, setiap gerakan kecil tanganku membuatnya bereaksi sensitif, disertai dengan desahan lembut yang terdengar sedikit panas.
Padahal aku hanya mengoleskan krim, tapi kenapa rasanya seperti ini salah?
Pernapasannya semakin berat, dan telinganya yang kecil memerah hingga ke ujung.
Setelah aku selesai mengoleskan krim pada bahu, punggung, dan pinggangnya, tanganku berhenti. Jika mengikuti urutan, tanganku akan bergerak lebih ke bawah. Tapi, apakah ini benar-benar boleh dilakukan?
"Kisumi......kenapa berhenti?"
Yoruka menoleh ke belakang dan bertanya dengan suara melengking.
"Ah, tidak, aku hanya mau menambah krimnya." jawabku gugup, mengambil sedikit lagi krim ke tanganku sebelum mulai mengoleskannya pada kakinya. Aku mulai dari pergelangan kaki yang ramping, lalu perlahan mengusapnya ke betisnya yang lembut dan lentur.
Ketika tanganku mencapai bagian belakang lututnya, aku sempat berhenti sejenak.
Namun Yoruka tetap diam, tidak mengatakan apa-apa.
Kupikir, kalau dia tidak keberatan, maka ini aman untuk dilanjutkan. Dengan hati-hati, aku mulai mengoleskan krim ke pahanya. Permukaan kulitnya terasa lembut dan kenyal di telapak tanganku, menciptakan sensasi yang tidak bisa diabaikan.
Dan tanpa kusadari, tanganku mulai mendekati bagian bokongnya lagi.
Tunggu, apa yang harus kulakukan? Apakah aku benar-benar boleh menyentuhnya?
Karena kebingungan, perhatianku pada apa yang kulakukan jadi teralihkan.
"Hyann!?"
Jempolku secara tidak sengaja menyentuh bagian dalam pahanya, cukup dekat ke posisi yang berbahaya.
"Kii-senpai, dilarang melakukan hal mesum di pantai, tahu!"
"Uwaah!?"
Saat aku menoleh, ternyata Sayu sudah kembali tanpa kusadari dan sekarang sedang menatapku dengan tatapan tajam.
"Itu sangat mengejutkan. Apa kamu tidak sadar kamu melakukan sesuatu yang berbahaya?"
"Aku tidak melakukannya!"
"Pasti, dalam hati senang banget bisa menyentuh kulit Yoru-senpai, kan?"
"Kalau sudah tahu, jangan ganggu!"
"Buu! Jangan bercinta di tengah pantai seperti ini hanya karena kalian pacaran!"
"Siapa yang bercinta!? Lagipula, ini cuma salah satu bentuk skinship biasa untuk pasangan!"
"U-Um, aku akan senang kalau kamu bisa cepat selesaikan saja. Ini memalukan."
Di tengah perdebatan kami, Yoruka yang masih dibiarkan terlentang memprotes dengan suara kecil.
"Yoru-senpai, biar aku saja yang melanjutkan. Oke, Kii-senpai, minggir!"
Sayu dengan tegas menggantikan posisiku untuk melanjutkan tugas itu.
Karena sesama perempuan, gerakan tangan Sayu terasa lebih percaya diri dan efisien. Bahkan area yang sebelumnya membuatku ragu, seperti bagian bokong, dioleskannya dengan teliti tanpa keraguan.
"Wow, kulit Yoru-senpai halus banget dan lembut. Rasanya sangat nyaman saat disentuh."
"Sayu-chan, jangan dikatakan seperti itu."
"Maaf. Aku jadi terlalu menikmati ini."
Sementara itu, aku hanya bisa duduk di samping, memandangi mereka dengan perasaan tidak karuan.
Tidak, ini hanya seperti sesi perawatan kulit di salon kecantikan. Mereka hanya mengoleskan tabir surya untuk melindungi kulit. Itu saja.
"Yoru-senpai, untuk memastikan tidak ada yang terlewat, aku akan mengoles bagian bawah ketiakmu juga, ya."
Sayu menyelipkan tangannya di bawah ketiaknya. Dan kemudian ekspresinya berubah.
"Wow, dadamu besar banget. Luar biasa."
"Sayu, serius sebesar itu!?"
"Ya! Setingkat aset nasional!"
Komentar Sayu yang serius membuat imajinasi liar dalam pikiranku terbang tak terkendali.
Tonjolan yang mengenai wajahku di air tadi, apa itu benar-benar selevel "aset nasional"?
"Jangan beri komentar aneh seperti itu! Geli!"
Yoruka menggeliat, mencoba menghindari tangan Sayu.
"Tapi, aku ingin menjaga aset luar biasa Yoru-senpai tetap bersih dan indah!"
"Kamu terlalu berlebihan!"
Namun, tangan Sayu yang tampaknya telah dikuasai oleh pesona magis dari "keagungan" Yoruka terus bergerak tanpa henti.
Sampai mana dia berniat mengoleskan krim itu?! pikirku sambil tak bisa melepaskan pandangan.
"---Sudah cukup! Berhenti!"
Teriakan Yoruka membangunkanku dari lamunan.
"Sayu! Jangan keterlaluan kalau bercanda!"
Mengingat ini adalah pantai umum yang digunakan oleh banyak orang, tingkah Sayu ini mulai membuatku cemas. Jika terus seperti ini, mungkin bisa dianggap pelanggaran kesopanan di tempat umum. Aku segera turun tangan untuk menghentikannya.
Dengan paksa, aku menarik Sayu yang masih mencoba menempel pada Yoruka, menjauh dari tubuhnya.
"A-Aku yang akan melindungi dada Yoru-senpai dari sengatan matahari!"
"Gawat, dia sudah dikuasai oleh pesona magis dada."
Musim panas benar-benar penuh dengan godaan eros yang bahkan efektif pada gadis-gadis.
Meski sudah aku tahan dengan menguncinya, Sayu masih saja memberontak. Kedua tangannya yang bergerak putus asa terus meremas udara, seolah mencoba meraih sesuatu yang tak terlihat. Tunggu, dia bahkan lebih bersemangat dibanding aku? Sial, ini bikin iri!
"Apa itu pesona magis dada?! Dasar bodoh!"
Saat kami sedang berdebat dengan keras, Yoruka memarahi kami dengan keras sambil berkata, "Dasar duo senior-junior idiot!"