Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V4 Chapter 5

Bab 5 - Cinta Bukanlah Siapa Cepat Dia Dapat




Suara dribbling-ku bergema dengan baik di gimnasium yang sepi.


Yoruka dan Miyachi mengobrol di atas panggung, sementara aku bermain menggiring bola dan menembak sesuka hati.


Nanamura dengan diam berlatih tembakan tiga poin dengan keranjang penuh bola di sampingnya.


Ia tidak pandai menembak dari luar.


Meskipun tidak selalu tepat sasaran, tingkat keberhasilannya dalam tembakan tiga poin tampaknya jauh lebih tinggi dari sebelumnya.


"Tembakan tiga poinmu semakin baik. Kau seharusnya bisa memasukkannya dalam pertandingan bola kalau kau bisa memasukkan sebanyak ini."


"Baru belakangan ini aku bisa memasukkan sebanyak ini. Pada musim semi, aku masih ragu, dan aku memberimu kesempatan untuk berkembang. Itulah kenapa kau bisa bermain dengan sangat baik, kan."


"Kau sering mengatakan itu. Namun, ini pencapaian yang luar biasa untuk seseorang yang tidak terlalu bagus dalam hal itu."


"Aku dipercayai oleh seseorang yang sudah berhenti. Selama aku harus bermain, setidaknya aku harus bisa melakukan tembakan tiga poin."


Bersamaan dengan tembakannya, pria yang lebih percaya diri daripada siapa pun itu mengatakan sesuatu yang sangat menusuk.


Seperti yang diharapkan, bola membentur ring dan memantul ke dinding.


"......Setidaknya aku akan membantumu mengopernya."


"Oh, ayo lakukan itu."


Aku menarik keranjang bola dan mengopernya pada Nanamura dari kejauhan.


Ia menerima operan, bersiap-siap dengan cepat dan menembak.


Bahkan Nanamura akhirnya bisa meningkatkan tembakan tiga poinnya setelah terus berlatih dengan pengulangan yang sederhana ini.


"Ngomong-ngomong, kau diundang ke klub musik ringan, apa Mimei menangis lagi tahun ini?"


Setelah latihan, sambil menyeka keringat di leher dengan handuk, Nanamura bertanya, seakan-akan ada pikiran yang tiba-tiba terlintas dalam benaknya.


"Seperti yang diharapkan dari mantan pacarnya. Kau tahu persis apa yang terjadi ya."


"Itu tidak masuk hitungan."


Ketika aku menggodanya, Nanamura mengenakan ekspresi pahit diwajahnya.


"Aku juga terkejut ketika mendengar kalau Kanou-san itu mantan pacar Nanamura-kun. Kalau kamu melakukan hal yang buruk pada gadis yang baik sepertinya, aku membencimu, Nanamura-kun."


Yoruka bergabung dalam percakapan dari atas panggung.


Rupanya, karena perilakunya yang seperti biasa, dia mengira penyebab putusnya hubungan mereka adalah Nanamura.


"Arisaka-chan, kamu salah paham. Memang benar aku menyatakan perasaanku padanya dan kami berpacaran. Tapi tidak ada yang benar-benar terjadi di antara kami yang biasa terjadi pada orang yang sedang jatuh cinta."


"Tidak ada?"


Yoruka tampaknya tidak mempercayai pembelaan Nanamura yang menyatakan dirinya itu playboy.


"Mimei memang imut, tapi pandangan tentang cintanya terlalu rendah. Prioritas nomor satunya adalah musik, dan dia tidak peduli dengan hal lain. Bahkan, saat aku mengajaknya keluar, jadwalnya tidak cocok. Kalau aku muncul di klub musik ringan, orang-orang di sekitar menatapku dengan kesal. Yah, aku juga berada di tengah-tengah kekacauan di klub bola basket, jadi aku hampir menghilang secara spontan. Aku mengatakan padanya bahwa aku akan menemuinya secara langsung dan memutuskan hubungan dengannya agar tidak ada penyesalan yang berkepanjangan, tapi dia hanya berkata, 'Oke~' dan selesai sudah! Aku masih tidak tahu kenapa dia menerima berpacaran denganku......"


"Hee, bahkan Nanamura-kun pun bisa seperti itu."


Yoruka merasa terkesan dengan hal itu.


"Tidak, Arisaka-chan, kalo aku yang biasa tidak mungkin begitu. Pada dasarnya, aku rakus, aku sangat sibuk jadi satu orang tidak cukup untukku---"


"Ah, tidak apa-apa. Aku tidak tertarik dengan siapa pun kecuali Kisumi."


Yoruka langsung mengabaikannya.


"Hei, Sena! Pacarmu begitu terpikat denganmu, tapi dia bersikap dingin pada orang lain!"


"Yah, saling jatuh cinta itu indah ya."


Aku menatap Nanamura dengan tatapan puas.


"Sial, mentang-mentang sekarang musim panas kau jadi sombong."


"Jangan konyol. Tidak peduli kapan pun waktunya. Aku selalu siap sedia untuk Yoruka."


"Kisumi......" kata Yoruka sambil tersenyum bahagia.


"Dasar pasangan yang sangat konyol."


Miyachii pun tertawa menggoda.


"Ah, ya, ya. Bersumpahlah untuk saling mencintai selama-lamanya"


Nanamura mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.



"Cinta yang abadi, itu hal yang indah, kan? Aku akan mendukungmu."



Pada saat itu, ketua OSIS, Hanabhishi Kiyotora, muncul di gimnasium.


"Hmm, Hishibishi. Kau masih di sekolah?"


"Aku mendengarnya lho, Sena-chan. Kudengar kamu sudah pergi ke klub musik ringan untukku. Seperti yang diharapkan dari seorang pria yang bisa melakukan pekerjaan itu, kamu juga bertindak cepat."


Dari mana ia mendengar tentang klub musik ringan? Aku kagum dengan kemampuan Hanabishi dalam mengumpulkan informasi. Seperti yang diharapkan dari ketua osis kah.


"Tidak, ini bukan demi kau Hahanabishi......Tunggu, Hahanabishi. Kau tahu kalau band Kanou sudah bubar, kan? Itu sebabnya kau menugaskanku untuk bertanggung jawab atas panggung lagi tahun ini."


Aku baru saja menyadari apa maksud Hanabishi.


"Soalnya aku berada di kelas yang sama dengan Mimei. Ini adalah caraku untuk memberinya dukungan. Band Mimei memiliki kemampuan untuk menarik penonton. Sebagai panitia penyelenggara festival, kami harus memastikan mereka tampil di panggung utama."


"Kau benar-benar sangat teliti dalam hal itu."


"Sebagai ketua OSIS, aku hanya berusaha membuat semua orang senang."


"Aku tidak senang lho."


"Kamu tidak perlu mengelaknya. Aku dan Sena-chan itu mirip, bukan?"


Apa yang membuatku, si biasa-biasa saja, dan ketua OSIS peringkat ketiga di angkatanku yang membuat kami mirip?


Selalu kesana-kemari, tidak tahu apakah ia mendengarkan atau tidak, Hanabishi suka mengatakan berbagai hal. Dengan membuat kalimat yang ambigu, ia mungkin menyerahkan penafsirannya pada penerima.


"Dengarkan aku, Sena-chan. Aku mengundang Asaki untuk makan siang, tapi dia pergi di tengah makan siangnya."


"Pergi? Apa Asaki-san ada urusan yang mendesak?"


"Dia marah ketika aku mengaku padanya."


Dengan ekspresi wajah yang bingung, seakan bertanya kenapa, Hanabishi mengatakan sesuatu yang tidak pernah disangka.


""""Pengakuan!?"""" 


Hanabishi mengatakannya dengan sangat santai jadi kami berempat berteriak.                                


"Ini yang disebut 'terus terang', bukan? Aku ingin tahu apa dia sedang tidak enak badan."


"Seperti yang diharapkan dari Pangeran Kiyotora. Kamu benar-benar berani." kata Miyachii.


"Aku akan mendukungmu!" kata Yoruka.


"Gyahaha, Hanabishi, sayang sekali ya. Hasekura-chan membencimu!"


Nanamura tertawa seolah ia baru saja menang atas sesuatu.


"Berisik, Nanamura. Itulah kenapa kau pria yang berantakan."


"Cinta bertepuk sebelah tangan, kerja bagus. Cobalah lihat kenyataan yang ada."


Bocah atlet yang liar dan pria tampan bak pangeran ini saling bertukar pandang, namun segera memalingkan wajah mereka satu sama lain.


Hanabishi yang biasanya tenang, kini hanya memusuhi Nanamura.


"Hei, Kisumi. Apa Nanamura-kun dan ketua itu tidak akur?"


Yoruka diam-diam bertanya.


"Mereka berdua populer, jadi mereka melihat satu sama lain sebagai saingan. Tampaknya cukup sering terjadi salah satu dari mereka adalah mantan pacar dari yang lain ketika mereka mulai berpacaran."


Nanamura Ryuu dan Hanabishi Kiyotora.


Mereka selalu saling bersitegang, seakan-akan mereka saling bertengkar.


Tampaknya raja dari Eisei yang beraneka ragam ini masih ragu-ragu.


"Kalau ada, aku lebih tertarik pada gadis-gadis yang rumit. Mereka sama sekali bukan tipeku."


"Kalau itu adalah pacar yang bisa kau banggakan, maka siapa pun tidak masalah."


Miyachii dengan santai menyatakan hal ini pada Yoruka yang terlihat ragu.


Saat mendengarkan pembicaraan jujur ​​para gadis, pertengkaran antara Nanamura dan Hanabishi menjadi semakin memanas.


"Maksudku, Hasekura-chan, dia pernah menyatakan perasaannya pada Sena."


Dan kemudian, tiba-tiba, percikan api terjadi!?


"Oi oi, Nanamura. Kalau kau ingin berbohong, pikirkan sesuatu yang lebih baik. Kan, Sena-chan."


Hanabishi menatapku.


Aku jadi agak canggung dan tanpa sadar memalingkan muka.


"Eh, seriusan? Tipe yang disukai Asaki itu Sena-chan? Katakan padaku itu tidak benar, Sena-chan!"


Hanabishi menutupi wajahnya dengan kedua tangannya karena tidak percaya.


Sepertinya Hanabishi benar-benar menyukai Asaki-san.


"Bahkan aku pun shock. Tragisnya, sahabatku menjadi sainganku, terlebih itu adalah Sena-chan. Setidaknya kalau itu Nanamura, aku bisa menghancurkannya tanpa ampun."


"Kaulah yang akan dihancurkan."


Nanamura dengan cepat membalas.


"Hanabishi, tenanglah. Aku punya pacar, Yoruka."


"Tidak, tidak apa-apa. Dengan Sena-chan, tak heran Asaki jatuh cinta padamu."


"Kau membuatnya terdengar seolah-olah aku orang yang hebat."


"Seperti biasa, kamu rendah hati ya. Aku menyetujuimu, Sena-chan. Aku benar-benar ingin kamu bergabung dengan OSIS bahkan sekarang."


"Aku sudah menolakmu sebelumnya. Tidak peduli berapa kali kau mengajakku, jawabanku adalah tidak."


Faktanya adalah, selama semester pertama, setiap kali aku bertemu Hanabishi, ia akan memintaku untuk membantu OSIS.


Tentu saja aku menolak, karena itu akan mengganggu waktuku dengan Yoruka.


"Aku akhirnya mengerti kenapa Asaki menolak ajakanku. Dia jatuh cinta dengan Sena-chan, bukan?"


"Hei, Hanabishi. Jangan melihatnya sinis begitu."


Yoruka mengeluarkan aura yang menyengat di sampingku.


"Jangan khawatir. Sekarang, setelah alasannya jelas, aku jadi lebih segar."


Seperti yang ia katakan, wajah Hanabishi cerah.


"Hei, Hanabishi-kun, apa Asaki-chan seriusan orang yang kamu sukai?"


Miyachii menunjukkan ketertarikannya.


"Apa mengejutkan kalau aku menyukai Asaki?"


"Soalnya, Hanabishi-kun, kamu tidak punya masalah dengan perempuan kan."


"Tentu saja aku suka perempuan. Mereka menyenangkan untuk dilihat dan diajak bicara, mereka istimewa. Itulah kenapa aku bersikap baik pada mereka. Dan kalau dia menyukaiku dan menyatakan cintanya padaku, tentu saja aku tidak bisa menolaknya. Tapi, bukan berarti aku juga jatuh cinta. Dan kau tidak bisa mengatakan pada seseorang yang kau cintai tentang perasaanmu padanya. Aku benar-benar canggung."


"Uwah, kau yang terburuk. Dasar pria brengsek yang tampan."


Miyachii tersenyum, tapi matanya tidak.


"Hanabishi canggung, bagian mananya......?"


Aku memiringkan kepala.


"Pria ini adalah tipe yang tidak pernah mengambil langkah terlebih dahulu. Ia hanya mendapatkan pengakuan dari para gadis. Itu sebabnya ia tidak pandai melakukan pendekatan sendiri."


Nanamura menjelaskan dengan agak dingin.


Meskipun mereka berdua sama-sama pria yang populer, namun pendiriannya sangat bertolak belakang dengan Nanamura.


Sepertinya, Hanabishi adalah tipe yang menunggu dan melihat, dan jarang sekali bergerang lebih dulu.


Setelah penjelasan dari Nanamura, aku jadi mengerti.


Melihat perilaku Hanabishi terhadap Asaki-san pagi ini, hal itu memang benar.


Perasaan Hanabishi sama sekali tidak tersampaikan pada Asaki-san.


"Cinta bukanlah siapa cepat dia dapat. Cinta adalah tentang memikirkan orang lain dan apa mereka menerima perasaanmu atau tidak. Tidak ada pemenang dan pecundang dalam cinta."


Hanabishi berbicara tentang pandangannya sendiri tentang cinta tanpa ragu-ragu.


Apakah sikap santai ini merupakan keistimewaan yang hanya dimiliki oleh pria populer?


"Cinta murni para Playboy memang menyebalkan."


Miyachii tampaknya tidak berminat mendengarkannya lagi, dan menyatakan bahwa dia sudah selesai dengannya, sambil tersenyum.


"Aku mendukungmu! Malahan, cepatlah berkencan dengan Hasekura Asaki!"


Mata Yoruka terlihat serius.


"Terima kasih. Mendapat dukungan dari seseorang seperti Arisaka-san yang telah memenangkan hati cinta sejatinya itu sangat menggembirakan."


Hanabishi membalas dengan sebaris dialog yang menggelitik harga diri Yoruka. Kemampuannya berbicara dalam bidang ini selalu luar biasa.


Tidak heran kalau para gadis tertarik padanya ketika dia memberikan sambutan yang menyenangkan.


"Kamu sudah mengatakannya. Kalau kamu gagal, bersiaplah untuk mengundurkan diri sebagai ketua OSIS!"


Yoruka dengan tegas mengingatkan.


"Ahaha, Sena-chan. Arisaka-san itu gadis yang cukup menarik saat kamu berbicara dengannya ya."


"Ya, dia pacar yang kubanggakan."


Aku tersenyum membusungkan dada.


"Benar juga, Hanabishi. Aku ingin tahu apa kau tertarik untuk bermain drum di festival budaya?"


"Aku?"


"Kanou sedang mencari anggota band baru, dan aku merekomendasikanku sebagai calon drummer."


"Aku akan senang melakukan apa pun yang Sena-chan minta, tapi kupikir akan sangat sulit untuk mengatur jadwal yang mencakup latihan juga."


Jawaban dari ketua OSIS yang sangat sibuk itu adalah TIDAK.


"Kalau kita menunjukkan pada mereka betapa kerennya kita di atas panggung, mungkin Hasekura-san akan berubah pikiran."


"Biarkan Meimei tampil sebagai band di festival!"


Yoruka dan Miyachii mengesampingkan masalah mereka sendiri dan mengundang Kanou untuk bergabung dengan mereka.


"Hentikan hentikan. Kalau kau tidak bersungguh-sungguh, kau hanya akan mempermalukan diri sendiri. Jangan memberi Mimei harapan yang setengah-setengah dan mengecewakannya."


Pendapat negatif Nanamura meredam upaya kami untuk membujuknya.


Namun, mengingat keseriusan Kanou Mimei dalam bermusik dan wajahnya yang gembira saat ide untuk membuat band bersama Yoruka dan yang lainnya muncul, kata-kata Nanamura lebih terdengar seperti kekhawatiran.


"Liburan musim panas baru saja mulai. Biar kupikirkan dulu sebentar."


Sambil menunggu jawaban, mata Hanabishi memelototi Nanamura.

◇◇◇




Baca novel ini hanya di Gahara Novel


Setelah pulang sekolah, Asaki bertemu dengan murid juniornya, Yukinami Sayu, yang juga merupakan anggota Pertemuan Sena.


Mereka sedang makan siang bersama di sebuah kafe.


"Makasih sudah datang ya, Sayu-chan. Maaf karena aku memanggilmu secara tiba-tiba."


"Aku sedang senggang di rumah, jadi tolong jangan dipikirkan."


"Ini liburan musim panas, tapi kamu tidak pergi keluar?"


"Aku bermain dengan teman-temanku kok. Tapi kalau tidak punya kegiatan klub atau pekerjaan paruh waktu, kau cenderung santai, bukan?"


"Bergabung saja dengan klub upacara minum teh sekarang. Aku sudah bernegosiasi dengan Kanzaki-sensei tentang hal itu, dan dia langsung setuju. Tidak banyak siswa tahun pertama yang bergabung dengan klub tahun ini."


Asaki bercanda, tapi dia serius dalam perasaannya.


"Apa kamu khawatir sebagai ketua klub berikutnya?"


"Itu ada benarnya, tapi punya Sayu-chan di klub upacara minum teh juga menyenangkan bagiku."


"......Sejujurnya, ini canggung, dan aku merasa sudah terlambat untuk itu."


"Tapi, kamu tampak bosan lho?"


"Aku menikmatinya. Aku menonton drama favoritku dan mendengarkan musik. Yah, begitulah."


Meskipun dia mengatakannya, wajah Sayu masih terlihat bosan.


"Gimana kalau cari pacar?"


"Cinta sepihakku yang panjang akhirnya berakhir. Masalah percintaan stop dulu untuk sementara waktu."


"---Sayu-chan, kamu sudah tenang ya."


Asaki menatap wajah juniornya dengan serius. Dia merasa wajahnya menjadi jauh lebih dewasa.


"Lagian, kalau aku tiba-tiba punya pacar, Kii-senpai akan sedih.


"Kamu bisa mengatakannya ya."


Asaki tersenyum lebar.


Yukinami Sayu tampaknya terus pulih dari rasa sakit akibat patah hati.


"Asa-senpai sendiri sedang dalam suasana hati yang buruk hari ini, bukan? Silakan, aku akan mendengarkan keluhanmu."


Asaki menyukai sifat tanggap Sayu yang seperti ini.


"Aku tidak suka panasnya musim panas. Aku jadi mudah pusing dan sakit.


"Itu sulit, ya. Tapi sekarang kita berada di dalam ruangan yang lebih sejuk."


"Tadi, di sekolah, seorang anak laki-laki yang tidak kusukai terus berusaha mengajakku bicara."


"Wah, bahkan Asa-senpai pun punya orang yang tidak cocok dengannya. Aku membayangkan kamu bahkan akan bergaul dengan baik dengan musuh-musuhmu dan memanipulasi mereka sebagai pion-pionmu."


Sungguh kejam gambaran itu, kata Asaki, wajahnya menjadi cemberut.


"Jadi, siapa anak laki-laki yang tidak kamu sukai itu?"


"Ketua OSIS, Hanabishi."


"Seperti yang diharapkan dari Asa-senpai. Sungguh menakjubkan kamu jadi target dari barang yang sangat bagus."


Sayu berada di depannya dengan binar mata. Asaki memutuskan untuk menyerah dan mengatakannya.


"Maksudku, ia mengaku padaku."


"Eeeeehhh, benarkah!?"


Suara keras Sayu membuat semua mata yang ada di dalam toko menoleh ke arahnya.


"Kamu terlalu bersemangat."


"Soalnya ini perkembangan yang tiba-tiba dan tak terduga, bukan? Pangeran Kiyotora menyukai Asa-senpai."


"Kamu bisa tahu hasilnya dari wajah cemberut ini kan."


"Sayang sekali ya. Kudengar ketua OSIS yang tampan itu memiliki seorang dokter di rumah dan sangat kaya. Ia pintar, anak kedua, dan masa depannya terlihat menjanjikan."


"Sayu-chan, kamu tahu banyak hal. Apa kamu ternyata fangirl-nya?"


"Teman sekelasku memberi tahuku. Ngomong-ngomong, anak-anak itu semua memilih dengan wajah mereka."


"Kalau begitu, Sayu-chan, apa kamu mau pacaran dengan pria itu?"


"Pacar bukanlah sebuah aksesori. Lagipula, tipeku bukan pangeran sepertinya."


Sayu menjawab dengan tegas.


"Kamu sangat menekankannya ya."


"Malahan aku terkejut kalau Kii-senpai memberikan Asa-senpai kesempatan kedua. Kupikir dia adalah tipe orang yang lebih cerdas dalam hal percintaan. Jadi, bagaimana tanggapanmu dengan pengakuan Pangeran Kiyotora?


"Tentu saja aku menolaknya. Yah, ia bilang ia akan menunggu selama yang dibutuhkan dan siap untuk pertempuran yang panjang."


"Disukai oleh seorang anak laki-laki yang populer adalah seperti sesuatu yang keluar dari manga shojo."


Mereka berada pada usia di mana mereka bisa bersemangat dalam hal kisah cinta.


"Dalam Manga Shojo berhasil karena itu adalah fiksi."


"Kenapa gak mau sama Pangeran Kiyotora?"


"Karena aku jijik dengan ia yang berpikir itu normal bahwa ia dicintai."


"Kasar juga ya. Tapi aku agak mengerti."


"Kan."


Asaki memuaskan dahaganya dengan es teh dan kemudian menggumamkan beberapa kata.


"Gimana caranya biar orang yang kusuka menyukaiku ya."


Kedua gadis SMA itu menghela napas pada saat yang bersamaan.


"Tapi, situasinya terlalu berbeda antara aku dan Asa-senpai. Aku tidak bisa bertemu orang yang kusukai dan aku memiliki cinta yang bertepuk sebelah tangan---"


"Maksudmu kamu tidak punya keberanian untuk menemuinya meskipun kamu tinggal di lingkungan yang sama dengannya?"


"Kalau kamu menejekku begitu, aku akan pulang."


"Jangan marah."


"......Saat ini situasi Asa-senpai itu diperlihatkan orang yang kamu sukai bermesraan dengan wanita lain sepanjang waktu. Kupikir itu cukup menyakitkan."


Dia mengerti pahitnya memiliki seseorang yang disukai tepat berada di depannya, tapi perasaanmu tidak diterima olehnya.


"Hal semacam itu terjadi di sekolah-sekolah di seluruh Jepang setiap saat sepanjang hari. Aku bukan satu-satunya yang mengalami sakit ini. Bisa dibilang, aku adalah tipikal gadis SMA Jepang."


"Itu mungkin benar, tapi..."


Pada kenyataannya, sebagian besar minat romantis siswa SMP dan SMA berada dalam lingkup kehidupan yang sama. Siswa dari sekolah yang sama dengan siapa mereka menghabiskan banyak waktu adalah target yang paling mungkin.


Itulah kenapa pasti banyak siswa SMP dan SMA yang merasa sakit hati saat melihat orang yang mereka sukai dekat dengan lawan jenis selain dirinya.


Semua orang memiliki pengalaman seperti itu.


Kalau kau tidak ingin mengalami rasa sakit seperti itu, yang terbaik adalah tidak jatuh cinta dalam lingkungan yang sama.


Namun, kalau kau bisa bisa memilih dengan siapa kau jatuh cinta, kau tidak akan mengalami kesulitan.


Hatilah yang tertarik dengan sendirinya.


"Kamu sangat kuat, ya, Asa-senpai."


"Untungnya, Kisumi-kun tidak menjauhiku. Yah, aku akan tenang saja."


"Kamu sangat santai ya. Musim panas ini, aku yakin Kii-senpai dan Yoru-senpai akan menjadi lebih dekat."


"Hmm, kalau itu maksudmu, akhir-akhir ini Kisumi-kun merasa lebih tenang. Aku yakin ia bahkan pernah mencium Arisaka-san."


"Oh, benarkah!?"


"Hanya firasatku. Pria sangat mudah ditebak terhadap hal semacam itu."


"Indera penciuman wanitamu tak tertandingi, Asa-senpai. Perbedaan nilai cinta kita terlalu tinggi. Kalau pihak lain bukan Yoru-senpai, kamu bisa dengan mudah memenangkan hatinya lho."


Sayu menegaskan rasa hormatnya pada senpai yang duduk di seberangnya, yang satu tahun lebih tua darinya, setiap kali dia melakukan ini.


"Eh, kupikir kamu salah paham. Aku tidak berusaha mencuri cintanya."


"Eh, tapi......kamu menyukai Kii-senpai, bukan?"


Sayu bingung, tidak mengerti apa yang Asaki coba lakukan.


"Aku tidak percaya dengan hal-hal seperti cinta yang sudah ditakdirkan dan cinta abadi. Bagaimanapun kita masih duduk di bangku SMA."


"Dari mana rasa percaya diri itu berasal?"


"Aku bukan percaya diri. Bahkan, aku sudah pernah sekali mundur."


Pada musim semi, dia menyatakan perasaannya kepada Sena Kisumi di dalam kelas, dan begitu kewalahan dengan keseriusan Arisaka Yoruka, yang muncul saat itu juga, jadi Asaki mundur.


Tidak peduli seberapa keras dia bertahan, melawan Arisaka Yoruka, dia akan dipaksa untuk berperan sebagai musuh.


Hal ini secara jelas ditunjukkan oleh ekspresi wajah Kisumi ketika Yoruka muncul dalam sekejap mata.


Jika demikian, lebih baik pertahankan pertemanan yang sudah terjalin dengan baik saat ini dan tunggu kesempatan berikutnya.


Asaki membuat keputusan ini berdasarkan pengalaman dan intuisinya sendiri.


Ketika ia pergi, dia berpura-pura mengerti, sebisa mungkin.


"Namun kamu tetap tidak menyerah, bukan?"


"Hanya karena orang yang kau sukai jatuh cinta dengan orang lain, bukan berarti cintamu padanya akan hilang, bukan?"


Dia tidak salah dalam memilih.


Meskipun dia pikir dia telah mengambil keputusan secara teori, Asaki masih merasa frustrasi.


Dia sangat terpukul dengan kenyataan bahwa Kisumi memiliki seorang kekasih. Dia juga marah pada kelemahannya sendiri karena kewalahan oleh Yoruka. Hari itu, dia sangat marah di kamarnya sampai-sampai ibunya datang untuk memeriksanya karena khawatir.


Keesokan harinya, dia benar-benar marah di dalam hati ketika mendengar pernyataan kalau mereka berdua berpacaran.


"Ya," kata Sayu, mencoba setuju dengannya dengan penuh kesadaran.


"Itulah yang kumaksud. Aku cukup serius untuk tidak mudah menyerah."


Namun, menangis tidak mengurangi rasa cintanya padanya.


"Apa sebenarnya yang akan kamu lakukan sekarang?"


"Gimana ya? Sayu-chan, apa kamu punya ide bagus?"


Asaki menyandarkan dirinya pada sandaran seolah sudah menyerah.


"Kalau aku memiliki rencana rahasia yang bagus, aku akan mempraktikkannya sendiri."


"Benar juga."


Asaki terlihat acuh tak acuh, dan Sayu mengatakan itu begitu saja.


"Kamu tidak berpikir untuk memaksanya berpaling dengan menggunakan tipu muslihat, bukan?"


"Bahkan jika cara itu berhasil, itu bukan semata-mata karena Kisumi-kun dipengaruhi oleh motif tersembunyi."


Di luar dugaan, Asaki menolaknya dengan cepat.


"Benar juga. Aku agak lega."


"......Kenapa kamu begitu lega, Sayu-chan? Mungkinkah kamu sudah mencobanya sendiri?"


"Tentu saja tidak!"


Sayu menyangkalnya, tapi dia benar.


Yukinami Sayu pernah mendesak Sena Kisumi untuk menciumnya agar ia merasa suka padanya.


"Pokoknya, Asa-senpai masih menyukai Kii-senpai. Tapi kamu mengatakan bahwa kamu tidak memiliki rencana konkretnya."


Untuk mengembalikan alur pembicaraan ke jalur yang benar, Sayu meluruskan ulang situasinya.


"Yah, aku tidak bisa terlalu terburu-buru sekarang."


"Kamu santai sekali ya. Liburan musim panas itu tampak seperti waktu yang lama, tapi itu berlalu lebih cepat dari yang kamu pikirkan lho? Daripada makan siang denganku, bukankah lebih baik mengajak Kii-senpai untuk berkencan?"


"Aku sering bertemu dengannya karena pekerjaan di komite penyelenggara festival budaya dan rapat-rapat lainnya."


"Kamu keras kepala juga ya. Apa sikap itu juga merupakan kekuatan pendorong?"


"Gimana ya. Hanya buang-buang waktu?"


"Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan."


"Maaf, maaf. Yah, ini itu cinta sepihak dengan masa depan yang tidak pasti, jadi ada banyak masa-masa sulit. Tapi kau tahu---"


Asaki dengan jelas mengungkapkan perasaannya saat ini.




"Punya orang yang kau sukai, hanya dengan itu saja sudah menyenangkan, kan?"




Rasa sakit karena patah hati dan pahitnya cinta yang bertepuk sebelah tangan masih ada padanya.


Meskipun begitu, dia senang saat melihat wajah orang yang dia sukai, dan senang berbicara dengannya.


Cinta itu sendiri adalah pengalaman yang menyenangkan baginya.


Satu-satunya hal yang secara anehnya positif dari Asaki adalah perasaannya.


"Seperti yang kuduga, Asa-senpai sangat kuat ya."

Post a Comment for "Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V4 Chapter 5"