Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Sankaku no Kyori wa Kagirinai Zero [LN] J1 Bab 0.2 Prolog

Prolog - Hypocrite lecteur, mon semblable, mon frére!




Aku membacanya berulang kali seolah-olah itu adalah jimat.


Awal buku paperback dengan sampul yang sudah usang, halaman kecokelatan dan goresan kecil yang tak terhitung jumlahnya pada sampulnya, dari halaman 9 hingga 10.


Aku sudah tidak lagi merasakan kejelasan dari deretan huruf itu lagi.


Konteksnya terdekomposisi menjadi bentuk-bentuk sederhana, Gestaltzerfall, artinya tidak lagi bisa kupahami.


Namun, aku terus membaca paragraf itu berulang-ulang, seakan-akan aku bergantung pada paragraf itu.


---shiff.


Ketika aku tanpa sadar mengendus, aku mencium aroma lilin resin yang jauh di lantai.


Kursi di dekat jendela, di ruang kelas 2-4 yang akan memulai perwaliannya hari ini.


Aku entah bagaimana bangun lebih awal dan, dengan tidak ada yang mau kulakukan, datang ke sini---


Satu jam lagi.


Satu jam lagi, upacara pembukaan akan dimulai.


Pidato pembukaan copy-paste oleh kepala sekolah dan lagu sekolah yang dinyanyikan serempak yang mengingatkan kita pada era Shouwa dan peringatan dari konselor sekolah kepada siswa yang tidak bisa menahan diri seperti 'Jangan menonton jika di bawah 18 tahun '.


Setelah itu selesai, kami akan meninggalkan gimnasium dan bergerak menuju ruang kelas tempat kehidupan sekolah baru kami akan dimulai.


Aroma ruang kelas yang selama liburan musim semi tidak berventilasi dan begitu berbau tua, dalam sekejap mata akan tertukar dengan aroma keseharian selama tahun ajaran baru.


"---Haa...…"


Desahan keluar dariku sebelum aku menyadarinya.


Sekali lagi, aku akan memainkan versi berbeda dari diriku di kelas ini.


Aku di depan teman.


Aku di depan guru.


Aku di depan mereka yang tidak dekat denganku.


Aku di depan kerumunan orang.


Bukannya kupikir itu hal yang buruk, itu hanya kebutuhan pada akhirnya. Hanya saja hati nuraniku membuatku merasa menipu diri sendiri.


Aku merasa seperti kehilangan diriku pada akhirnya.


Jadi sebelum itu terjadi, setidaknya untuk mencegah kehilangan diri, aku ingin mengalami hal-hal yangku sukai, banyak di antaranya.


Aku merasa ingin mengikat, mengikat diriku pada hal-hal yang kukagumi.


Pada saat itu---


"......Apa itu Ikezawa Natsuki?"


---Terdengar suara dari jarak yang sangat dekat.


Aku mendongak secara refleks.


Di sana---ada seorang gadis berdiri.


Seorang siswi, mengenakan seragam sekolah, sedang mengintip ke arahku.


"Aku juga suka buku itu, 'Still Lives'."


---Sebelum aku menyadarinya, aku menerima sedikit sentakan.


Arus samar mengalir di seluruh tubuhku bahkan sebelum pikiran 'Siapa dia?' atau 'Gawat kalau dia tau' terbentuk dalam pikiranku.


Wajah yaang tertata dengan elok seperti kaca dan pupil sedalam spiral galaksi.


Rambut hitam pendeknya sedikit bersinar di bawah sinar matahari pagi.


Blazer yang dikenakannya masih baru, jari yang menggenggam tasnya selembut lilin, ekspresi misteriusnya membuatnya terlihat agak tidak berdaya. Di sisi lain, wajahnya yang dewasa terlihat sangat sayu---


---Aku punya sedikit firasat.


Keheningan yang datang sebelum badai emosi---


---tidak, sekarang bukan waktunya untuk itu!


Aku buru-buru menyembunyikan paperback-ku,


"Yah. Ahaha! Kamu mengejutkanku! Aku bahkan tidak menyadari kamu ada di sana!"


Aku memaksakan senyum, suaraku naik satu tingkat.


"Oh ngomong-ngomong, kapan kamu datang? Apa jangan-jangan kamu sudah lama ada di sini? Seharusnya kamu menyapaku!"


"......Aku baru saja tiba. Kenapa kamu menyembunyikan buku itu?"


"Ah, kamu melihatnya? Yah, aku hanya membacanya karena seorang teman meminjamkannya padaku, aku tidak yakin kenapa, tapi itu agak memalukan."

"......Kenapa itu memalukan?»


"Soalnya, orang biasanya tidak membaca hal semacam itu kan!? Terlebih aku diam-diam membacanya sendiri di ruang kelas yang kosong ini......"


"Aku tidak mengerti tentang bagian 'orang biasanya tidak membacanya'."


Dia berkata dengan kata pengantar itu sebelum dia meluruskan punggungnya.


Kemudian, sebuah suara yang terdengar seperti bel berdering beresonansi---


『---Yang paling penting adalah menjalin kontak antara dunia luar, gunung, manusia, pabrik pewarna dan jangkrik dengan dunia yang lebih luas di dalam dirimu, untuk menciptakan korespondensi dan keharmonisan antara dua dunia yang berdiri berdampingan pada jarak selangkah. Misalnya, dengan melihat bintang-bintang.』




---Aku menahan napas.


Kalimat itu dengan lancar dia ucapkan.


Itu adalah baris yang ditemukan di awal 'Still Lives'. Ungkapan yang kubaca berulang kali.


Dia langsung menoleh ke arahku.


"......Novel yang bagus, bukan?"


Kecanggungan yang kuat mengalir dalam diriku.


Baca novel ini hanya di Gahara Novel


Itu adalah kesan belaka tanpa ikatan atau spekulasi apa pun.


Perasaannya yang sesungguhnya, rentan seperti kecambah dan tak tergoyahkan seperti pohon besar.


Dibandingkan dengan itu......apa-apaan denganku.


Membuat karakter dari skema dangkal, memalsukan diriku yang sebenarnya dengan akting yang lemah, memperlakukan novel yang menyelamatkanku dengan penghinaan---


Kejijikan pada diri sendiri membuat kakiku kedinginan seperti sepatu kets yang kemasukan air.


Baca novel ini hanya di Gahara Novel


Setelah sepuluh detik penuh atau lebih berlalu dalam keheningan,


"......Kukira, yah, itu buku yang bagus."


Aku mengakuinya karena tidak tahan lagi.


Lalu---


"---Atau lebih tepatnya, aku menyukainya. Di antara novel yang kubaca 'Still Lives' mungkin ada dalam daftar lima terbaikku."


Sebelum aku menyadarinya, aku sudah membicarakannya.


"Tapi, yah......itu tidak cocok dengan karakterku, maksudku membaca ini. Karena itu aku tidak ingin orang lain melihatku sedang membaca......aku agak was-was."



Aku tidak percaya apa yang kulakukan.


Apa yang kuucapkan barusan adalah perasaanku yang sebenarnya, sesuatu yang tidak akan pernah kuungkapkan kepada guru, keluarga, atau teman.


Namun kenapa aku, mengungkapkannya pada seorang gadis yang baru saja aku temui......


"Begitu."


Tidak memedulikan betapa bingungnya aku, dia mengangguk.


Dan kemudian pipinya yang berwarna putih susu mengendur, menunjukkan senyuman.


"---Aku tidak memedulikan hal seperti itu, kupikir kamu harus hidup dengan bangga."


---Napasku benar-benar terhenti.


Terperangkap dalam tatapannya, terjerat dalam aroma samar rambutnya.


Entah kenapa, aku tidak bisa bergerak. Bahkan satu jari pun.


"Apa kamu akan berada di kelas ini?"


"......Y-Ya. Betul sekali."


Kebekuanku terpecahkan oleh pertanyaannya.


"Jangan-jangan......kamu juga kelas 2-4?"


"Ya."


"......Omong-omong, kamu kelas berapa di tahun pertama?"


Memikirkannya, aku tidak ingat pernah melihat gadis ini.


Ada sekitar 200 siswi di angkatanku, tapi aku seharusnya melihat wajahnya setidaknya selama festival budaya, kompetisi olahraga, atau acara lainnya. Anehnya, aku tidak bisa mengingatnya sama sekali.


"Aku baru saja pindah hari ini. Aku Minase Akiha, senang bertemu denganmu."


"Ah, begitu. Murid pindahan......ah, aku Yano Shiki, senang bertemu denganmu......"


"Yano-kun, kan?"


Dia berkata dan melihat jam tangannya seolah memperhatikan sesuatu.


Lalu----


"---Ah."


Ekspresinya tiba-tiba menjadi kaku.


......Ada apa ya. Apa dia melupakan sesuatu?


Pada saat itu, setelah aku mulai merenungkan---


Di wajahnya---perubahan halus bisa terlihat.


Wajah kakunya tiba-tiba berubah tanpa ekspresi......sebelum wajah terkejut dan bingung perlahan naik ke permukaan, seperti saat menulis menggunakan tinta tak terlihat seperti jus lemon.


Dia menunjukkan ekspresi malu-malu, seolah jiwanya telah ditukar.


Lalu, Minase-san menatap mataku dan,


"......Wah!"


Dia bertingkah seolah dia baru saja menyadari kehadiranku untuk pertama kalinya.


"......A-Apa?"


"I-Itu......bukan apa-apa!"


Dia berkata dan buru-buru mengambil tasnya dan memegangnya di pelukannya.


"P-Permisi!"


Tanpa memberiku waktu untuk menanggapi, dia berlari keluar kelas dengan cepat.


Aku ditinggalkan sendirian, terperangah.


"......Apa itu tadi? Apa yang terjadi, begitu tiba-tiba......?"


Aku melirik ke pintu di belakang ruang kelas tempat dia pergi.


Bau resin lilin yang melayang, cahaya berwarna krem dari matahari yang mengalir masuk dan sentuhan angin musim semi yang berhembus seperti air mengalir.


Tapi......begitu ya.


Dia akan menjadi teman sekelasku?


Apakah kami akan menghabiskan hari-hari di kelas ini bersama---


---Tiba-tiba, aku menyadari kegelisahanku sendiri.


Perasaan hampa dan tidak nyaman yang mengintai di dadaku.


Haa---itu membuatku menyadarinya.




Aku---baru saja jatuh cinta.


9 April, pagi pertama di tahun keduaku.


Dari hanya percakapan singkat, aku jatuh cinta dengan Minase Akiha——