Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V3 Chapter 8
Bab 8 - Pelatihan Spesial di Malam Hari
"Umm, apa tidak apa-apa kalau saya berkunjung ke rumah wali kelas saya?"
"Aria itu selalu pemaksa, dan kali ini adalah masalahku, jadi aku tidak punya pilihan, tapi tolong jangan katakan pada siapapun."
Kanzaki-sensei juga mengajakku masuk ke rumahnya meskipun dengan ekspresi tidak setuju.
Aku bisa merasakan bahwa sensei juga cukup bingung, sebagian karena aku datang dengan seragam sekolah.
Kanzaki-sensei memiliki kesan kuat sebagai guru yang ketat di sekolah, tapi dia terlihat sangat lembut dengan pakaian santai pastelnya yang kasual, kaki telanjang dan dengan riasan wajah yang telah dihapus. Bagian bawah rambut panjangnya diikat ke samping.
Tln : kira2 kaya misuzu dari tomo-chan wo onna no ko kali ya?
"Hei, hei, Sumi-kun. Aku bisa mengerti kenapa kamu begitu terpesona dengan Shizuru-chan yang polos, tapi jangan hanya diam berdiri saja. Aku jadi tidak bisa masuk. Cepat lepas sepatumu."
"A-Aku mengerti."
"Pertemuan strateginya sudah dimulai. Kami mengandalkanmu lho."
Aria-san meninggalkanku dan berjalan dengan santai ke ruang tengah.
"Maaf mengganggu."
"......Silakan."
Mungkin kegugupanku menyebar, Kanzaki-sensei juga agak canggung.
Tidak mungkin bagi anak laki-laki SMA untuk tidak bingung dengan situasi pergi ke rumah seorang wanita lebih tua yang cantik, dan terlebih itu adalah wali kelas wanita mereka.
Ruangan ini dipisahkan dengan rapi dari pintu masuk oleh sebuah pintu sehingga bagian dalam ruangan tidak dapat terlihat. Ketika aku membukanya, Aria-san sudah mulai melepas pakaiannya seperti biasa.
"Hei, kenapa malah begitu!?"
"Ah, kebiasaanku yang biasanya. Aku akan berganti pakaian dengan cepat, jadi jika itu menggangguku, menghadaplah ke arah sana."
Aria-san tiba-tiba berganti pakaian di ruang keluarga rumah Kanzaki-sensei. Seperti biasa dia bertindak dengan kecepatannya sendiri.
"Aria! Pergi ke kamar sekarang juga!"
"Tidak apa-apa kan. Aku hanya menunjukkannya pada orang-orang yang aku tidak masalah jika mereka melihatnya."
"Untuk memastikan, aku juga ada di sini."
"Sumi-kun, kamu kan sudah penah melihatnya sebelumnya, jadi tidak apa-apa," katanya dengan ringan.
"Sena-san!?"
"Itu hanya sebuah kecelakaan!"
Aku menjelaskan ini itu pada Kanzaki-sensei apa yang terjadi ketika aku pergi ke rumah keluarga Arisaka.
"Meski begitu, bukankah sikap Aria terlalu lunak?"
"Saya hanya tidak dianggap sebagai seorang pria karena saya adalah pacar adiknya!" kataku memotongnya.
Sementara itu, Aria-san yang sudah berganti pakaian kembali dari kamar.
Pakaian santai musim panas dari bahan yang mengkilap. Atasan kamisolnya membuat bahu dan punggungnya banyak terlihat, dan bawahan celana pendeknya juga longgar dan berpinggiran lebar.
Sepertinya kalau mereka hanya berdua, mereka selalu seperti ini, berganti pakaian pilihan mereka dan menikmati pertemuan gadis mereka.
"Shizuru-chan, aku lapar. Ah, aku mau minum sebotol bir."
Aria-san yang sedang dalam mode santai dengan cepat mulai minum sekaleng bir yang dikeluarkannya dari kulkas.
Hei, bagaimana dengan rapat strateginya?
"......Sensei, apa ada yang bisa saya bantu?"
"Kalau begitu, tolong bawa sumpit dan piring ke meja."
Aku yang tidak tahu harus apa, mengikuti perintah Kanzaki-sensei seperti biasa.
Rumah Kanzaki-sensei sangat rapi dan bersih, sesuai dengan kepribadiannya yang sangat teliti. Jumlah furnitur yang minimal dengan palet warna yang rendah memberikan kesan kesatuan, dan semua tempat untuk segala sesuatu tampaknya sudah diputuskan. Meja dan kursi kerja, rak-rak yang berisi dokumen dan buku. Tanaman hias yang besar dan berdaun lebat. Sofa besar dan meja rendah untuk bersantai, dengan TV yang dipasang di dinding di sisi yang berlawanan.
Namun, hanya kumpulan foto-foto perjodohan yang ditumpuk di sudut ruangan yang berantakan yang benar-benar menunjukkan kondisi pikiran Kanzaki-sensei. Fakta bahwa dia tidak membuangnya, melainkan meninggalkan di sana itu Kanzaki-sensei sekali.
"Oke, kalau begitu, bersulang!"
Aria-san memimpin, dan kami mengangkat gelas kami.
Kedua orang dewasa itu minum alkohol, sementara aku minum cola karena masih dibawah umur.
"Nah, kamu pasti akan terkesan dengan masakan Shizuru-chan!"
"Kenapa malah kamu yang bersikap sombong begitu, Aria-san?"
Aria-san sudah dalam suasana hati yang baik, setelah menenggak sekaleng bir.
Aria-san menyebutnya sebagai rapat strategi, tapi sekarang malah jadi sesi minum-minum di rumah.
Di atas meja ada sebuah nabe.
"Kenapa nabe, padahal musim panas?"
"Atas permintaan Aria, kimchi nabe."
Nabe merah penuh dengan sayuran, jamur, daging babi, seafood, dan bahan-bahan lainnya, yang membangkitkan selera makan hanya dengan melihatnya.
"Terlihat sangat pedas."
"Makan yang pedas-pedas saat panas. Itu yang terbaik."
Aria-san ropot-repot mematikan AC di dalam ruangan dan bertindak sebagai penyaji nabe, membagi makanan ke dalam piring untuk tiga orang.
Satu gigitan saja, kau akan merasakan harmoni yang sempurna antara rasa manis dari sayuran dan daging babi serta kepedasan dari kuahnya. Kepedasan bumbu berlapis-lapis, yang meningkatkan selera makan, sangat lezat.
Selanjutnya, Kanzaki-sensei memberikan semangkuk nasi putih padaku.
Aku mengambil semua makanan dari panci ke atas nasi putih dan memasukkannya ke dalam mulutku, seperti sebuah mesin yang nyaris tanpa henti. Aku tidak bisa berhenti makan. Benar-benar terlalu lezat.
Dalam waktu singkat, mangkukku sudah kosong.
"Mau tambah lagi?"
"Ya, tolong."
Tubuh anak muda tidak bisa menahan nafsu makan mereka.
"Kalian sudah terlihat klop ya."
Minuman Aria-san telah berubah dari bir menjadi highball entah sejak kapan.
Dia menuangkan wiski ke dalam gelas berisi es, lalu air soda dingin untuk memecahnya. Temponya sangat cepat, dan dia segera membuatnya lagi.
"Apa tidak apa-apa kalau dia minum dengan kecepatan tinggi seperti itu? Wajahnya sudah sangat merah."
Aku jadi khawatir dan memastikannya pada Kanzaki-sensei.
"Aria itu seorang peminum yang kuat dan tahu batasannya. Yah, mabuk dan setelah itu meninap adalah polanya yang biasa."
"Kalau wajah sensei sendiri tidak berubah ya."
"Karena aku hanya minum dalam jumlah yang sedang, " katanya, minum koktail dan minuman manis dalam jumlah kecil.
Kanzaki-sensei terlihat elegan dan anggun bahkan dalam penampilan makannya. Dia sudah minum sake, tapi raut mukanya tidak berubah.
"Jangan bicara sendiri, Sumi-kun. Lihat, itu pedas kan, mau tambah lagi cola-nya?"
Aria-san sangat penuh perhatian dan menuangkan cola yang baru.
"......Bukankah rasa cola ini agak berbeda?"
"Itu cuma imajinasimu, imajinasimu saja! Kamu sudah makan yang pedas-pedas jadi lidahmu jadi tumpul."
Lidahku terasa mati rasa dan aku tidak bisa merasakan manisnya cola lebih dari biasanya.
"Anak laki-laki makan sebanyak ini ya. Tidak heran jika Aria menyuruhku untuk membuat lebih banyak dari biasanya hari ini."
Kanzaki-sensei terkesan dengan banyaknya yang kumakan.
"Sepertinya saya harus lebih menahan diri lagi ya."
"Tidak. Lebih baik jika kamu memakannya sampai habis."
"Hei, Sumi-kun. Berikan piringmu, aku akan mengambilkannya lagi untukmu."
"Kalau begitu, aku tidak akan sungkan."
Aku menyerahkan piring kosong itu pada Aria-san, si penyaji nabe.
Makan malam berjalan dengan damai seperti itu.
***
Kalau kamu makan makanan pedas di ruangan yang panas dengan AC yang mati, badanmu secara alami akan jadi panas.
Aria-san berpakaian ringan sejak awal, seakan dia sudah mengantisipasi hal ini. Kanzaki-sensei juga melepas celemeknya dan apa yang dia kenakan di atasnya entah sejak kapan.
Mereka seperti tidak peduli dengan kehadiranku, dan aku jadi semakin bingung kemana aku harus melihat.
"Hmm? Sumi-kun, bukankah wajahmu terlihat sedikit merah?"
"Capsaicin membuat saya kepanasan. Tidak bisakah kita menyalakan AC-nya?"
Tln : Capsaicin, intinya yang bikin cabe pedes
"Kalau begitu, itu artinya game hukumannya berakhir dengan kekalahan Sumi-kun."
"Sejak kapan pertandingan ketahanan dimulai?"
"Oh. Memprotesnya tidak diizinkan."
Ketika alkohol ditambahkan pada seseorang yang sedang gembira, itu akan berefek menjadi tiga kalinya.
Betapapun cantiknya Aria-san, dia yang biasanya itu menyebalkan.
Aku tidak terbiasa berurusan dengan orang yang mabuk, jadi aku bingung bagaimana cara menanganinya.
"Anda hebat bisa menghadapi Aria-san yang seperti ini ya, Kanzaki-sensei."
"Aku sudah terbiasa."
Matanya yang tampak seperti sudah menyerah pada sesuatu dan terlihat murung.
"Nfufufu. Aku menyukai sisi dirimu yang seperti itu, Shizuru-chan~~"
Pada saat seperti itu, telepon berdering.
Panggilan masuk berasal dari ponsel Kanzaki-sensei. Begitu dia melihat penelepon masuk di layar, ekspresinya tiba-tiba berubah muram.
"Siapa" Aria-san bertanya.
"Ibuku."
"Tidak apa-apa tidak menjawabnya? Kalau kamu mengabaikannya, bukankah itu akan jadi merepotkan nantinya?
"Sudah jelas kalau beliau ingin mengatur tentang perjodohannya."
"Shizuru-chan. Itulah kenapa kami berkumpul di sini. Jika musuh menyerang, kita harus menghadang mereka. Jika terjadi sesuatu, aku akan memberikan instruksi dari samping, jadi aktifkan speakernya biar aku bisa mendengarnya juga."
Aria-san mematikan TV dan meletakkan jari di bibirnya agar aku diam.
Kanzaki-sensei meletakkan ponselnya di atas meja dan menekan layar.
"Halo, Ibu."
Tln : Sensei manggil ibunya Okaa-sama
Kanzaki-sensei menjawab panggilan dengan suara gugup.
『Shizuru-san. Kamu akhirnya mengangkatnya ya.』
Suaranya terdengar kasar sejak kata pertama.
"Maafkan saya. Saya baru saja pulang."
Kanzaki-sensei gugup setengah mati.
『Kelihatannya kamu sangat sibuk dengan pekerjaanmu ya. Aku menghargai gairah bekerjamu, tapi ayahmu juga khawatir. Mari tentukan tanggal untuk perjodohannya sesegera mungkin.』
Tiba-tiba dia menyerbu, seakan mengatakan bahwa dia tidak butuh basa-basi yang tidak perlu.
"Saya telah mengatakannya berkali-kali bahwa saya ingin berkonsentrasi pada pekerjaan saya saat ini, jadi saya menolak perjodohan tersebut."
『Justru karena kita hidup di masa yang tidak stabil seperti ini, maka penting untuk memiliki pasangan dan keluarga yang kokoh. Aku khawatir denganmu karena kamu selalu buruk dalam bersikap tegas.』
"Saya menghargai kekhawatiran ibu. Namun,"
『Shizuru-san, penyesalan tidak akan mengembalikan waktu. Bahkan jika kamu tidak merasa nyaman sekarang, akan tiba saatnya nanti kamu akan merasa lega. Sebagai tanggung jawabku sebagai orang tua, aku akan mempersiapkan orang yang tepat untukmu.』
Padahal Kanzaki-sensei masih di tengah-tengah kalimatnya, tapi dia memaksakan diri untuk meneruskan pembicaraan.
Eh, apa aku akan bertindak sebagai pacar pengganti untuk menghadapi orang yang suka memaksa seperti ini? Bukankah itu terlalu sulit?
Aria-san melihat ekspresi wajahku dan Kanzaki-sensei dan merasa geli sendiri.
Kanzaki-sensei yang terpojok menjalankan rencananya dan mengambil resiko.
Tln : agak susah juga kalimat itu, Kisumi pake idiom Kiyomizu no butai kara tobioriru yang artinya...cek aja disini
"U-Umm, sebenarnya saya punya seorang pria yang saya kencani! Saya juga memikirkan masa depan bersamanya! Itulah mengapa saya tidak bisa menerima perjodohannya!"
Dia berkata dengan suara keras yang tidak seperti Kanzaki-sensei dan dengan cepat yang tidak cocok dengannya.
『Kalau begitu, segera pertemukan kami dengannya.』
Baca novel ini hanya di Gahara Novel
Dia tidak menunjukkan tanda-tanda terkejut atau bingung. Dia membalikkannya dalam waktu singkat, seakan dia sudah mengetahuinya sebelumnya. Seberapa tangguh mental ibunya sih? Setidaknya kaget sedikit kenapa.
"S-Saya tidak bisa."
『Kenapa? Apa kamu berkencan dengan seseorang yang membuatmu malu jika orang tuamu melihatnya? Jika orangnya seperti itu, kamu hanya membuang-buang waktu. Putuskan ia sekarang.』
Dia tipe orang yang mengatakan sesuatu yang ekstrem ya. Menurutmu, kehidupan putrimu itu apa sih.
Meskipun dia adalah orang tuanya, bukankah dia sedikit terlalu protektif?
"Saat ini adalah periode untuk ujian, jadi secara waktu tidak bisa!"
『Kamu selalu menggunakan kesibukan sebagai alasan untuk melarikan diri. Kali ini aku tidak akan berkompromi!』
Kata-kata sang ibu yang tidak pernah kudengar, mengingatkanku akan kekokohan sebuah batu yang besar.
Ekspresi Kanzaki-sensei berubah menjadi muram dan tatapannya beralih ke Aria-san dan aku untuk meminta bantuan.
Cara Aria-san menatapku seolah dia bertanya 'kamu sudah mempersiapkan diri, kan?'
Setelah mendengar percakapan antara Kanzaki-sensei dan ibunya, aku semakin merasa bahwa aku tidak bisa mundur.
Kalau komitmenku memudar di sini, aku akan kehilangan kejantananku.
Aku akan membuat pacar pengganti ini sukses dan membuat Kanzaki-sensei terus menjadi wali kelasku.
Dan kemudian aku akan lulus SMA bersama Yoruka, menjalani kehidupan SMA yang aman dan terjamin.
Aku dan Aria-san mengacungkan jempol pada Kanzaki-sensei pada saat yang sama, seolah untuk menyemangatinya, dan mendorong punggungnya mengatakan untuk jangan khawatir.
"......Mengerti. Saya akan membawanya untuk bertemu dengan ibu."
Kanzaki-sensei berhasil mengeluarkan kata-kata itu dengan ekspresi yang kaku.
Setelah panggilan telepon berakhir, Kanzaki-sensei menjadi lemas dan menjatuhkan diri di sofa.
Tidak lagi mengingat bahwa aku ada di sini, sensei menjadi lemas dan terdiam.
"---Hei, dia musuh yang sulit, kan?" kata Aria-san dengan senyum puas.
"Kamu juga sudah membaca perkembangan ini, bukan?"
"Kalau dia orang yang menghormati keinginan putrinya, Sumi-kun tidak akan memiliki peran apa pun."
"Dia tampak cukup tangguh."
Aku harus bekerja keras untuk meyakinkan ibu itu.
"Dia percaya diri karena dia adalah orang tua yang bisa menilai orang lain. Daripada dengan pasangan yang disiapkan dengan terburu-buru, lebih baik dengan orang yang sudah saling mengenal satu sama lain, karena itu Sumi-kun yang sudah membangun hubungan kepercayaan dengan Shizuru-chan itu kemungkinan berhasil. Selain itu, kamu juga pandai bertahan dalam situasi-situasi di menit-menit terakhir, bukan?"
"Kamu mengatakannya dengan begitu santai ya. Namun, aku masih merasakan tekanannya."
"Karena itu, untuk menciptakan rasa keintiman di antara kalian berdua, mari berlatih memanggil satu sama lain dengan nama depan kalian!"
Aria-san tiba-tiba saja memulai pelatihan pacar pengganti.
"H-Hal seperti itu tidak perlu."
Sensei yang tadinya duduk menunduk di sofa mendongak ke atas.
"Bukankah terlalu kaku memanggil pasanganmu dengan nama keluarga mereka ketika kalian menjalin hubungan? Mereka akan curiga dan mengetahui bahwa kalian berbohong. Kalian harus mempersiapkan diri sebanyak mungkin sebelumnya."
Dari awal rencananya memang tidak masuk akal, tapi dia mencoba meyakinkan kami dengan cara yang logis bahwa hal itu akan meningkatkan tingkat keberhasilan.
Tentu saja, Kanzaki-sensei sendirilah yang akan paling menderita jika gagal, jadi sulit untuk menyangkalnya.
Seperti biasa, dia sangat pandai membuat rayuan.
"Aku mengerti. Mari kita lakukan."
Aku melihat ke arah Kanzaki-sensei yang masih ragu-ragu, dan setuju untuk melakukannya terlebih dahulu.
Keraguan di tempat seperti ini hanya akan semakin menurunkan peluang rendah.
"Sena-san!?"
"Sensei, mari kita bersiap-siap untuk ini. Kita sudah memutuskannya di ruang teh bukan? Kita tidak bisa berhenti di tengah jalan."
Aku juga malu dan gugup, tapi aku tidak bisa berhenti tanpa menyelesaikannya.
"Seperti yang diharapkan dari Sumi-kun, sangaat jantan!"
"Ada juga sepasang kekasih yang saling memanggil dengan nama keluarga mereka," bantah Kanzaki-sensei.
"Dengar. Dilihat secara objektif, kalian berdua masihlah guru dan murid. Masih ada hierarki, ada garis yang terbentuk diantara kalian dan tidak ada kesan kekasih. Terlalu kaku. Tidak ada cinta yang cukup."
"Karena begitulah kenyataannya."
"Hei, apa jangan-jangan Shizuru-chan gugup memanggil lawan jenis dengan nama mereka?"
"Laki-laki dan perempuan yang sudah berusia tujuh tahun tidak boleh tidur di ranjang yang sama. Aku tidak bisa menerima sikap santai seperti itu."
"Uwah, gadis pingitan. Kamu ini anak jaman kapan sih."
"Aku dibesarkan dalam keluarga yang sangat kuno, itulah kenapa aku mengalami kesulitan sekarang!"
Kanzaki mengeluh dengan wajah yang seperti akan menangis. Kelihatannya dia sadar akan hal itu.
"Sensei, untuk sekarang ayo kita berlatih. Ya?"
"Itu benar. Oke, semua orang harus mematikan ponsel mereka dan menyimpannya di dalam tas. Agar tidak ada serangga pengganggu dan kita bisa berkonsentrasi dengan latihannya."
Saat Aria-san mendesakku, aku juga meletakkan ponselku yang sudah kumatikan ke dalam tas.
Aku dan Kanzaki-sensei disuruh duduk berhadapan.
"A-Aku tidak tahu kamu bisa mengukur rasa sayangmu dengan memanggil namanya."
Kanzaki-sensei masih menggerutu.
Aku membulatkan tekad dan dan memanggil sensei dengan namanya.
"Shizuru-san."
"------"
"Oh. Shizuru-chan membeku. Sumi-kun juga tak disangka bisa melakukannya dengan mudah ya."
Aria-san mencolek Kanzaki-sensei---maksudku Shizuru-san, dengan jarinya.
"S-Sena-san, kamu benar-benar tidak ragu-ragu ya."
"Sampai akhir pun aku hanyalah ber-acting sebagai pacar pengganti."
"Ayo, Shizuru-chan juga jangan panggil ia Sena-san. Ini hanyalah sebuah sandiwara."
"Aku akan menyimpan dendam untukmu, Aria."
Kewibawaannya yang biasa terlihat saat di dalam kelas tidak ada lagi, dan hanya ada seorang wanita di sana yang bergerak dalam kebingungan.
Bibir Shizuru-san yang kaku bergetar seakan-akan dia telah mengambil keputusan.
"......K-Kisumi,-san."
Dengan suara yang seolah diperasnya, dia dengan canggung memanggilku dengan namaku.
Aku malu. Ini memalukan.
Meskipun ini hanya sandiwara, aku juga jadi malu kalau dia semenawan ini.
Aku berusaha sebaik mungkin untuk tetap tenang dalam menghadapi reaksi lugu wanita yang lebih tua dan dingin, yang biasanya tidak mudah didekati.
Kekuatan destruktif dari kesenjangannya sangat jelas kurasakan.
"Bagus, bagus. Ini mulai terasa lebih alami. Masih ada jarak nyata dari pasangan yang berbeda usia. Sekarang mari kita lanjutkan dan katakan kali ini.
Berbeda dengan kegembiraan Aria-san, Shizuru-san sudah kelelahan.
"Kita masih akan melakukannya?"
"Shizuru-chan. Keberhasilan dalam pertunjukan utamanya hanya dimungkinkan melalui pengulangan latihan. Kamu harus membiasakan diri sampai kamu bisa mengucapkannya secara alami nantinya!"
"Khh......" Shizuru-san mengerang.
Mungkin ini adalah sifat dasar guru, tapi ketika dia diberitahu hal yang benar, dia tidak bisa membantah.
Di sini, laki-laki yang harus memimpin, pikirkku dan memperbaiki posisiku.
"Shizuru-san."
"Kisumi-san."
"Shizuru-san."
"Kisumi, -san."
"Shizuru-san."
"Kisumi-san."
"Anda mengatakannya dengan baik ya."
"Menyedihkan sekali kalau aku tidak bisa melakukannya padahal akulah yang meminta bantuan."
Setelah menerima kata-kataku, Shizuru-san tanpa sadar memalingkan wajahnya.
Aria-san kegirangan melihatnya.
"Aku diperlihatkan sesuatu yang bagus. Kalau begini aku bisa makan tiga mangkuk nasi."
"Aria-san bernar-benar kejam. Kamu tidak punya ampun meski terhadap mantan wali kelasmu."
"Ehh, aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan~~"
Sekali lagi, aku gemetar dengan metode mengajar Raja Iblis ini.
Bimbingan Spartan dari Aria-san lah yang membuatku bisa melakukan hal yang konyol dan sembrono seperti ini tanpa kusadari, dan aku terus melakukannya.
"Tapi, padahal Anda tidak terbiasa dengan percintaan, kenapa Anda begitu akurat dalam memberikan konseling pada siswa tentang percintaan?"
Sebuah pertanyaan simpel tiba-tiba muncul di benakku.
"Itu sederhana. Shizuru-chan, karena dia orang yang secantik ini, orang-orang seenaknya berpikir kalau dia memiliki banyak pengalaman dalam percintaan. Dia telaj mendengarkan begitu banyak konsultadi percintaan dari para siswa, dari yang ringan hingga yang berat, dan dia menjadi wanita yang memiliki pengetahuan yang dangkal tentang cinta."
"Ah, itu masuk akal."
Kelihatannya, banyaknya kasus dengan model yang berlimbah yang telah terkumpul, dipadukan dengan kebijaksanaan Kanzaki-sensei, memunculkan kekuatan persuasif pada kata-katanya.
"Selain itu, dia juga ternyata suka menonton drama romantis."
"Tolong jangan membocorkan hal-hal yang tidak perlu."
"Sumi-kun itu pacar Shizuru-san. Jika itu adalah pacar, tidak mengherankan jika ia tahu banyak hal yang tidak perlu."
"Ia hanya pacar pengganti!"
"Padahal kamu tidak perlu seperti itu ketika kamu sudah menerimanya. Kamu harus merasa seperti sepasang kekasih untuk saat ini."
"Aku merasa bersalah pada Arisaka-san."
Arisaka-san, tentu saja, mengacu pada Yoruka.
Integritas semacam ini mungkin merupakan alasan kenapa Kanzaki-sensei Sensei sangat disukai. Kata-katanya tidak mengandung kebohongan dan tidak ada makna ganda.
Kepribadian seperti itulah yang membuat operasi ini semakin menyakitkan.
"Kalau begitu, aku akan melanjutkan untuk menjelaskan bagaimana pengaturan kalian sebagai pasangan di hari H. Kalian akan terus memanggil nama satu sama lain seperti ini."
Aria-san tidak menyentuh kasus Yoruka, tapi memberikan rincian operasinya.
"Sumi-kun adalah mahasiswa tahun keempat di universitas yang sama dengan Shizuru-chan dan juniornya saat seminar. Ini bukan kesempatan yang tidak masuk akal bagi Shizuru-chan untuk bertemu dengan lawan jenis. Di sana, Sumi-kun jatuh cinta pada pandangan pertama, melakukan serangan langsung dan menyatakan perasaannya pada Shizuru-chan, dan karena terpesona oleh gairah laki-laki yang lebih muda itu, Shizuru-chan akhirnya berkencan dengannya. Selanjutnya, Sumi-kun, seorang mahasiswa, profilnya---"
Aku dan Shizuru-san menuangkan pengaturan yang mendetail ke dalam kepala kami sebagai pasangan yang dipikirkan Aria-san.
Aku masih duduk di bangku SMA dan tidak tahu banyak tentang universitas. Shizuru-san mengajariku secara detail, jadi tidak ada ketidakseuaian dalam percakapan kami. Ada banyak hal yang perlu diingat, mulai dari nama universitas hingga nama-nama profesor, isi penelitian seminar, dan pub-pub favorit di dekat universitas.
Dengan begini, aku jadi lumayan tahu detail karier seorang wanita bernama Kanzaki Shizuru.
Entah kenapa, aku merasa kecepatan minum Shizuru-san telah meningkat pesat, mungkin karena dia haus saat berbicara.
"Rasanya, pasangan seperti ini benar-benar ada dalam kehidupan nyata ya."
"Dewa ada di dalam hal-hal yang detail. Ini seperti seorang aktor yang menciptakan peran untuk dirinya sendiri."
Setelah berbagi semua informasi, aku jadi terkesan.
"Apa kamu juga sudah mempelajarinya, Shizuru-chan?"
"Aku sudah memahami karakter Sena-sa---Kizumi-san, yang ditetapkan sebagai mahasiswa. Satu-satunya masalah adalah, aku tidak yakin tentang kenyataan kami berkencan tersebut."
"Nah, kamu bisa pergi berkencan dengan Sumi-kun sambil membeli setelan jas yang akan ia kenakan di hari H. Jika itu adalah hal yang benar-benar terjadi, kalian bisa membicarakannya tanpa tekanan."
""Kencan!""
Suaraku dan Shizuru-san tumpang tidih.
"Apa yang membuat kalian terkejut? Tidak mungkin kita membuat Sumi-kun datang dengan seragamnya kan. Ia akan terlihat terlalu muda kalau dengan pakaian biasa, karena itu akan lebih aman kalau ia mengenakan setelan yang tepat."
"Berkencan dengan murid sendiri adalah hal yang keterlaluan!"
"Shizuru-chan. Meskipun Sumi-kun itu hanya pengganti, ia itu pacarmu. Kamu harus berhenti terus-menerus bereaksi seperti itu. Kalau seperti itu, orang tuamu akan mengetahuinya."
Ketika dia mengatakan itu, Shizuru-san tidak bisa melawannya.
"Tenang saja. Kalian bisa mengobrol hari ini seolah kalian sedang kencan makan malam lalu menginap. Kalau begitu, tidak masalah jika kalian berdua membiasakan diri melakukan hal-hal yang seperti kekasih.”
Aria-san mengatakan hal-hal yang berbahaya dengan wajah senang.
"Mustahil!"
Saat Shizuru-san, yang menanggapinya dengan sangat serius, berdiri dengan mantap, dia pun tumbang.
Aku menangkapnya sesegera mungkin.
"Tangkapan yang bagus, Sumi-kun. Kamu sangat jago soal menangkap wanita ya."
"Aku jadi sering melihat hal ini akhir-akhir ini," gumamku.
Tubuh Shizuru-san tidak terlalu kuat dan dia tidak bisa berdiri tanpa dukunganku.
"Ah, Shizuru-chan, kamu lumayan mabuk ya. Kamu terlalu banyak minum di paruh kedua."
Sepertinya dia adalah tipe orang yang minum tanpa ada perubahan di wajahnya dan kemudian tiba-tiba tumbang.
"Eh, tunggu, apa yang kamu lakukan!?"
"Kalau begitu gendonglah Shizuru-chan ke tempat tidur."
"Tidak mungkin. Bantu aku juga."
"Aku juga sedang mabuk, dan lengan wanita yang kurus tidak akan bisa membantumu."
"Tapi......"
"Bukankah itu suatu kebanggaan bisa menggendong Shizuru-chan? Nikmati tubuh marshmallow-nya sampai kamu puas."
"Aku hanya akan merawatnya. Tidak lebih dan tidak kurang dari itu."
"Aku masih akan minum, jangan khawatir tentang yang di sini. Aku akan membesarkan volume TV-nya. Aku akan tetap diam tentang apa yang sedang terjadi!"
"Menurutmu mantan wali kelasmu itu apa sih."
"Jangan khawatir. Dia menyukaimu, Sumi-kun."
"Itu masalah besar."
"Kamu orang yang keras ya, Sumi-kun. Yang keras seperti itu harusnya saat kamu di ranjang lho."
Orang mabuk itu benar-benar menyebalkan!
***
Aku menggendong Shizuru-san dan membawanya ke kamar tidur di sebelah.
Aria-san benar-benar tidak membantuku.
Aku berjuang untuk tidak teralihkan oleh ketegangan saat memasuki kamar tidur wanita atau tekanan lembut di lenganku.
Seperti ruang keluarga, kamar tidurnya bersih dan rapi dan aku pun beranjak ke tempat tidur dengan lancar.
Dengan hati-hati aku membaringkannya di tempat tidur dan menarik lenganku agar tidak membangunkannya.
Aku menyalakan lampu di meja samping tempat tidurnya. Menyalakan AC di kamar supaya dia tidak kesulitan untuk tidur, dan menutupinya dengan selimut musim panas.
"Uhh......Sena-san?"
"Sensei. Bagaimana perasaanmu? Mau kuambilkan air?"
"Maaf merepotkanmu. Sungguh, maaf untuk semuanya."
"Kita sudah sampai sejauh ini, kita ada di perahu yang sama. Mari kita lakukan yang terbaik dan lewati ini semua."
"......Kenapa semuanya jadi begini ya."
Melihat ke langit-langit, Kanzaki-sensei berkata seolah itu masalah orang lain.
"Kupikir itu karena Aria-san mulai jadi guru les karena satu kata dari Sensei."
Orang yang menghubungkan aku dan Arisaka Aria tidak diragukan lagi adalah Kanzaki-sensei sendiri.
"Sena-san. Aku juga sangat menyadari bahwa aku telah menyebabkan masalah bagi Arisaka-san dengan masalah ini. Jika ada yang bisa kulakukan untuk meminta maaf, aku pasti akan melakukannya. Sungguh memalukan bahwa aku hanya menaruh beban ini padamu."
Shizuru-san yang mabuk alkohol dengan kikuk bergumam meminta maaf.
"Tidak apa-apa kok."
Aku duduk di tepi tempat tidur.
Aku pun kalau bisa ingin tetap bersenang-senang.
Aku ingin menghindari masalah, dan aku tidak memiliki keluhan jika aku bisa hidup dengan melakukan apa yang kusukai.
Tapi Arisaka Yoruka mencintaiku, seorang yang miskin ketangkasan yang hanya bisa berusaha dengan keras karena kemampuanku yang biasa-biasa saja.
Jika Sena Kisumi menjalani kehidupan yang berbeda, aku yakin Yoruka bahkan tidak akan memperhatikanku, dan dia mungkin tidak akan repot-repot menyukai aku yang seperti itu.
Cinta adalah hal yang rapuh dan fana yang mudah dipengaruhi oleh posisi dan lingkungan.
Perubahan kondisi sekecil apa pun akan membuat cinta yang seharusnya bersatu menjadi berakhir tanpa menyatu.
Itulah kenapa itu merupakan suatu keajaiban bahwa aku menjadi kekasih Yoruka.
Saya tidak bermaksud mengabaikan hal yang begitu berharga dan bernilai itu.
"Tapi,"
"Ini hanya intuisi saya, tapi saya rasa Yoruka juga bukannya membenci sensei, terlepas dari cara bicaranya."
"Terima kasih atas perhatianmu, tapi jangan khawatir, itu adalah bagian dari peran seorang guru untuk tidak disukai oleh murid-muridnya."
"Yah, saya juga tidak akan menerima peran pacar pengganti untuk seseorang yang tidak saya sukai, jadi Anda bisa yakin akan hal itu."
"Kamu sangat baik ya."
"Berkat Anda, bahkan kakak dari pacar saya pun jadi mengombang-ambingkan saya."
"Sena-san. Meski seperti itu, Aria juga memiliki sisi imutnya."
"......Seperti yang saya duga, Anda juga seorang yang hebat ya."
Aku dengan jujur berpikir seperti itu.
Tidak peduli seberapa dekat aku dengannya, bagiku Arisaka Aria adalah seorang dermawan yang menakutkan, kakak perempuan dari pacarku, dan seseorang dari dunia lain.
"Satu-satunya orang yang bisa menyebut Arisaka Aria imut adalah sensei. "
"Sena-san, tolong jangan salah sangka. Anak itu benar-benar ingin menjaga adiknya. Ketika adiknya diterima di SMA yang sama, dia langsung berkonsultasi denganku dan mengatakan, 'Adikku akan masuk sini. Sensei, tolong bantu dia,' Tapi yah, sejak pertama kali kami bertemu, aku adalah musuh di matanya."
"Itu karena Kanzaki-sensei adalah seorang guru laki-laki yang dibencinya yang berani menyentuh kakak perempuannya yang masih di bawah umur.
"Kamu juga tahu tentang itu ya," kata sensei tersenyum pahit.
"Ketika aku pertama kali bertemu dengannya, dia tiba-tiba meneriakiku, 'Kenapa kamu seorang wanita?' Mungkin itulah salah satu alasan kenapa dia menolak untuk berbicara sebagai perwakilan siswa baru pada upacara penerimaan."
"Jika itu adalah Yoruka di tahun pertamanya, dia akan menolaknya bahkan kalau itu tidak pernah terjadi."
"Jika memang demikian, kuharap begitu......."
Setelah menggumamkan itu, Shizuru-san mulai tidur dengan tenang.