Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V3 Chapter 12

Bab 12 - Kekaguman Sebaliknya




"Kalian semua, kenapa......"


Kanzaki-sensei sangat terkejut dengan kemunculan mengejutkan para muridnya yang mengenakan seragam sekolah.


Tentu saja, reaksi yang sama juga ditunjukkan oleh orang tuanya. 


"Saya menerima telepon mendesak dari Kisumi-kun kalau sensei dalam masalah besar." 


Asaki-san menjawab seolah-olah itu adalah hal yang biasa.


"Apa Anda adalah orang tua dari sensei? Saya Hasekura Asaki, perwakilan kelas bersama Kisumi-kun. Senang bertemu dengan Anda. Kami semua di sini hari ini untuk menyakinkan Anda agar sensei tidak berhenti."


Asaki-san sama sekali tidak bergeming oleh orang tuanya sensei yang mengintimidasi dan menjelaskan dengan jelas. Senyumnya yang mempesona dan sikapnya yang lembut memberikan kesan yang baik bagi mereka, dan kewaspadaan mereka tiba-tiba berkurang.


"Sebenarnya, saya ingin membawa seluruh kelas, tapi itu akan terlalu mengganggu, jadi saya memilih anggota yang biasanya sangat dibantu oleh sensei."


Asaki-san dengan fasih menyuarakan argumennya, menekankan bahwa dia harus berada di sini.


Aku memberinya pujian yang tulus, seperti yang diharapkan dari seorang rekan.


Ketika rencana unik tentang pacar pengganti gagal, aku sudah menyiapkan metode yang sederhana dan klasik.


Yaitu beralih ke kejutan & bujukan langsung dengan jumlah.


Beragamnya anak di pertemuan Sena ini membuat jelas betapa Kanzaki-sensei dicintai oleh berbagai macam siswa.


Dari siswa biasa sepertiku, hingga siswa teladan yang cantik seperti Asaki-san, yang individualis seperti Miyachii, Sayu yang energik, dan Nanamura yang super atletis.


Kehadiran Nanamura yang tinggi memberikan tekanan fisik di ruangan pribadi yang tidak terlalu kecil.


"Apa ini sesuatu yang bisa kamu lakukan, Sena-san?"


"Yah, karena kami ada di sini, saya pikir kami akan berbagi kehormatan untuk membantu sensei."


"Apa yang kalian lakukan saat istirahat pra-ujian? Sungguh."


Kanzaki-sensei hampir menangis. 


"Dan bahkan......Yukinami-san juga."


Kenyataan bahwa Sayu, yang merupakan satu-satunya dari angkatan yang berbeda, ada di sini membuatnya bingung.


"Saya sudah menyebabkan masalah pada Anda dulu. Yah, ini bukan permintaan maaf, tapi Ki-senpai bersikeras untuk meminta saya untuk membantu, jadi saya ikut bersamanya!" 


Sikap canggung Sayu segera kembali saat melihat Kanzaki-sensei yang lemah. Juga, jangan malu-malu dan membuatku jadi alasanmu.


"Kalau aku, yah aku hanya bisa bermain basket. Aku hanya datang untuk mengembalikan hutangku pada Kanzaki-sensei dan Sena yang telah membantuku tahun lalu. Oh, meskipun Sena tidak bisa, bagaimana kalau aku yang berperan sebagai pacar Anda?"


Aku terkesan oleh keberanian Nanamura mengatakan apa yang ingin ia katakan tanpa ragu-ragu.


Aku merasa bahwa hanya karena anak ini datang, kehadiran sang ayah yang berwajah seram ditekan.


"Nanamuu, saat kamu mengatakan peran sebagai pacar, kamu tidak terlalu meyakinkan. Semua orang akan tahu kalau itu hanya omong kosong."


"Miyauchi, jangan salah paham. Aku selalu sangat serius jika berhubungan dengan wanita."


"Ngga salah tuh? Bukannya kamu itu playboy?"


"Kasarnya."


Miyachii yang paling mungil, memiliki sikap yang jujur terhadap Nanamura yang lebih tinggi. 


Rambut pirang pendek yang mempesona, mata bulat dan wajahnya yang seperti anak kecil memberinya kesan menggemaskan, seperti binatang kecil. Dia memakai anting-anting di telinganya dan berkulit putih. Dia sensitif terhadap sinar matahari dan mengenakan baju lengan panjang yang tipis bahkan di musim panas, dengan lengan baju yang kebesaran.


"Saya senang berada di kelas Kanzaki-sensei. Dulu, karena saya pendek dan seringkali tidak bisa menjadi diri sendiri, saya merasa tidak nyaman di sekolah. Tapi sekarang, saya bisa menjadi diri sendiri tanpa takut diintimidasi oleh siapa pun. Saya pikir ini karena Kanzaki-sensei selalu memperhatikan kami dengan baik. Dan berkat dua orang yang sensei pilih sebagai perwakilan kelas, tidak ada intimidasi di kelas kami. Ini adalah kebanggaan besar bagi saya."


Kata-kata Miyachii, yang tidak menyembunyikan apa pun, meyakinkan kita semua. 


"Saya menghormati Kanzaki-sensei. Saya tergabung dalam klub upacara minum teh di mana beliau menjadi pembimbing, dan saya telah belajar banyak hal di luar pelajaran. Bimbingannya yang tepat membuat saya ingin mencapai tujuan yang lebih tinggi lagi, jadi akan menjadi masalah besar jika beliau berhenti. Saya akan sangat sedih. Saya benci itu. Itu sangat, menyedihkan......"


Asaki-san memohon dengan sungguh-sungguh.


Semua orang ditolong oleh Kanzaki-sensei di tempat-tempat yang tidak diketahui oleh mereka masing-masing. 


Mata semuanya tertuju padaku, seolah-olah mengatakan, 'Sekarang giliranmu yang terakhir'.


"Umm, seperti yang sudah dikatakan, saya punya kekasih. Saya masih berpacaran dengan gadis itu berkat Kanzaki-sensei dan semua orang di sini. Saya bukan orang besar, tapi saya sedikit bangga dengan fakta bahwa saya punya teman yang datang saat guru wali kelas kami sedang dalam masalah. Saya sangat berterima kasih untuk itu. Itu semua berkat bimbingan Kanzaki-sensei yang hangat namun tegas setiap hari."


Selain yang barusan, aku juga menambahkan.


"......Saya rasa sensei akan menjadi istri yang baik jika beliau menikah. Beliau cantik, pandai memasak dan orang yang menikah dengannya pasti orang yang sangat beruntung dan bahagia. Selain itu, beliau juga seorang guru yang baik. Seorang siswa yang lulus dari sensei menjadi orang dewasa yang baik dan membuat orang lain bahagia dengan cara yang sama. Berkat Kanzaki-sensei yang menjadi seorang guru, lebih banyak orang yang akan berbahagia di masa depan. Sungguh pekerjaan yang luar biasa yang dilakukan sensei."


Aku menatap Kanzaki-sensei.


"Sena, kenapa kamu tidak mengatakannya dari awal?"


Hanya kesan dari Nanamura yang kuabaikan.


"Aku tidak bisa mengatakannya tanpa kalian. Kan, sensei?"


Pikiran kami adalah satu.


Kupikir, lebih dari kepada orang tuanya, itu tersampaikan pada Kanzaki-sensei sendiri.


Sensei bangkit dari kursinya.


"Ayah dan ibu, saya tidak akan berhenti mengajar. Saya memiliki murid-murid yang berharga yang mempercayai saya seperti ini. Tidak ada pekerjaan lain yang lebih berharga di mana saya dapat membantu mereka tumbuh. Jadi untuk saat ini, percayalah pada saya dan tunggu saja! Suatu hari nanti, saya pasti akan membawakan kalian pasangan yang cocok. Beri saya sedikit waktu lagi sampai saat itu tiba. Hanya itu yang bisa saya katakan!"


Kanzaki-sensei menyatakan dengan suara lantang, membuka diri dan keluar dari cangkangnya.


Sedikit keheningan turun.


"......Shizuru, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik ya."


Sang ayah yang berwajah seram itu menggumamkan beberapa kata. Air mata jatuh dari matanya.


"Sayang, kamu sedang berada di depan murid-murid Shizuru-san lho."


Ibunya dengan cepat memberikan sapu tangan, memperingatkannya.


"Berbicara dengan keras seperti itu, itu memalukan."


Ujar sang ibu dengan tegas.


Wajah sang ibu tidak berubah sama sekali meskipun sensei telah berusaha sebaik mungkin untuk menyampaikan keinginannya.


Dia masih tidak bisa mencapainya.


"Shizuru-san."


"Tidak peduli apa yang Ibu katakan, saya menolak untuk menerima perjodohan!"


Kanzaki-sensei menahan rasa frustrasi dan tetap berbicara.


"---Lakukan yang kamu suka."


"Eh?"


"Kamu sudah melakukannya dengan baik di tempat yang orang tuamu tidak tahu."


"Kalau begitu, apa ibu yakin?"


"Setelah kamu menolaknya sampai sebegitunya, aku tidak mau tahu kalau kamu nanti datang menangis padaku."


"Y-Ya!"


"Teruslah bersungguh-sungguh agar kamu tidak mengkhianati kepercayaan murid-muridmu. Ayah juga, sampai kapan kamu akan menangis! Ayo kita pulang!"


Dia bergegas membantu ayahnya berdiri.


"Baiklah kalau begitu. Semuanya, tolong terus perhatikan Shizuru dengan baik."


Dari keindahan membungkuknya saat dia pergi, terlihat jelas bahwa sikap Kanzaki-sensei adalah hasil dari pelatihan ibunya.


Setelah pintu tertutup dan kami merasakan kehadiran mereka menjauh, kami semua mengambil napas bersamaan.




Suasana tegang di ruangan ini seketika menjadi rileks.


"Seriusan, aku tidak percaya itu berhasil......"


Kanzaki-sensei, khususnya, duduk kembali di kursinya, seakan-akan jiwanya telah terkuras habis.


"Sensei, kita berhasil! Syukurlah! Kita berhasil menghindari perjodohannya!"


"Ya. Berkat Sena-san. Kalian semua juga, terima kasih banyak."


Sensei mengucapkan terima kasih lagi.


Aku melonggarkan dasiku setelah peranku sudah berakhir.


"Miyachii, di mana Yoruka?"


"Bersama kakak perempuannya. Aku yakin mereka berdua masih berbicara."


Aku segera menelepon Yoruka. Tapi tidak ada jawaban.


"Miyauchi-san. Apa Arisaka-san datang ke sini juga?"


"Ya. Yoruyoru juga bersama kami sampai tadi. Sebenarnya dia seharusnya ikut ke sini, tapi sepertinya dia memiliki sesuatu yang penting yang harus dibicarakan dengan kakaknya."


"Begitu, gadis itu......"


Kanzaki-sensei bergumam dengan ekspresi misterius di wajahnya.


"Kalau begitu ayo kita berpencar dan mencari Yoru-senpai!"


Atas saran Sayu, semua orang tentu saja setuju.


"Kalau begitu, aku juga---"


"Sensei, kami akan mengurus bagian ini, jadi silakan pergi dan mengantar orang tua Anda."


"Eh?"


"Saya merasa ada hal-hal yang tidak bisa mereka katakan saat ada kami. Ini adalah kesempatan yang baik."


"......Aku telah menunjukkan sisi yang memalukan sebagai seorang guru. Namun, kalian mengeluarkan keberanianku. Merupakan suatu kehormatan bagiku untuk mengajar kalian." 


"Selagi Anda berterima kasih, mereka mungkin sudah pulang lho. Sensei, tolong cepatlah pergi." 


Merasa bahwa itu akan jadi panjang, kami mengirim sensei pergi.

***




Shizuru menemukan orang tuanya di lobi hotel.


"Ayah! Ibu!"


Suara Shizuru menghentikan langkah mereka berdua.


"Kamu tidak seharusnya berlari saat mengenakan kimono."


"Umm, tentang yang tadi,"


"Kamu punya siswa yang sangat bisa diandalkan ya. Terutama Sena-kun, ia punya keberanian untuk berbicara dengan ayahmu tanpa rasa takut. Aku sedikit menyukainya."


"I-Ini pertama kalinya ibu mengatakan hal seperti itu ya."


Shizuru bingung dengan reaksi ibunya yang terlalu mengejutkan.


"Anak perempuanku satu-satunya tidak ada tanda-tanda akan memiliki kekasih berapa lama pun aku menunggu. Aku khawatir dan jadi ingin mempersiapkan perjodohan untukmu. Kami juga ingin kamu membuat kami bisa melihat cucu kami suatu hari nanti. Tapi untuk membawa pacar secara tiba-tiba, kamu harus sedikit memikirkan perasaan kami juga. Terlebih kamu selingkuh dengan muridmu."


"Bukan seperti itu! Ia hanya membantu dalam sandiwara ini!"


"Tentu saja aku bercanda."


"Ibu, bukannya ibu biasanya tidak bercanda."


Meskipun dia datang dengan persiapan untuk dimarahi, Shizuru tidak bisa menyembunyikan kebingungannya pada ibunya, yang akhirnya memiliki suasana hati yang baik.


"Shizuru-san, kami sadar bahwa kami sangat ketat terhadapmu. Meski begitu, jika putri kesayangan kami tiba-tiba menjadi realistis dan tiba-tiba ingin menikah dengan orang lain, sebagai orang tua, kami menjadi tidak sabar. Ayahmu sudah lama kurang tidur lho."


"Ini agak menegangkan, seperti pergi ke kunjungan kelas. Bahkan masakan ibumu tidak terlalu enak akhir-akhir ini lho."


"Sayang, bukannya kamu selalu bilang masakannya enak!"


"A-Aku minta maaf. Aku cukup gugup, jadi aku tidak bisa mengatakannya dengan jujur......"


Sang ayah mengangkat bahu seperti anak yang dimarahi. 


"Jadi, ayah dan ibu pun bisa seperti itu ya."


"Ehem. Bagaimanapun juga, meskipun pasangan hari ini bukanlah kekasih yang sesungguhnya, memang benar bahwa aku bertanya-tanya, pasangan seperti apa yang akan dibawa Shizuru untuk pertama kalinya. Itu membuatku merasa sedikit lebih lega."


"Benar sekali."


Kedua orang tuanya saling menganggukkan kepala.


"Meskipun saya telah berbohong......?"


Bagi Shizuru, yang telah menjalani hidupnya tanpa pernah berbohong pada orang tuanya, pacar pengganti ini seperti melompat dari panggung Kuil Kiyomizu.

Tln : Kiyomizu no butai kara tobioriru, liat di sini aja penjelasannya


"Kupikir kamu hanya seorang yang gila kerja, tapi kamu memiliki mata yang baik untuk mencari pasanganmu."


"Apa maksudnya?"


"Aku heran. Shizuru-san, apa kamu membawa Sena-kun kesini tanpa sadar akan dirinya?"


"Sadar? Ibu, tolong katakan dengan jelas."


Shizuru sama sekali tidak bisa mengerti intinya. Ibunya, yang biasanya langsung menyatakan kesimpulannya, entah kenapa tidak berterus terang.


"Shizuru-san, kamu menyukai dirinya secara pribadi. Intuisi wanitaku mengatakan demikian."


Napas Shizuru jadi sesak mendengar pernyataan ibunya yang terlihat gembira.


"Eh, benarkah? Apa Shizuru tipe orang yang suka dengan yang lebih muda?"


Sang ayah hanya merasa lega karena Kisumi bukanlah pacarnya yang sesungguhnya, tapi ia tidak tahu sampai hal itu.


"Sayang, jangan kaget seperti itu. Kamu sendiri jauh lebih muda dariku."


"Apa yang kamu bicarakan? Ibu selalu dan akan selalu cantik."


Kedua orang tua yang selalu harmonis dari dulu.


"......Saya yang payah dalam urusan cinta itu, mungkin itu sebagian karena kalian berdua."


Dari awal Shizuru memiliki sedikit ketertarikan pada cinta. Dia dibesarkan dalam sebuah keluarga dengan hubungan kekuasaan yang jelas antara ibunya, yang merupakan orang yang paling berkuasa, dan ayahnya, yang tergila-gila pada ibunya.


"Jangan konyol. Aku hanya lebih berkemauan kuat darimu, Shizuru-san, tapi kepribadianmu sama sepertiku dulu. Bahkan, selera kita terhadap pria juga sama. "


"Apa sebenarnya yang Anda maksud dengan itu?"


Sambil melirik kearah ayahnya yang mengangguk setuju dengannya, Shizuru menunggu kata-kata dari ibunya.


"Tanpa memuji atau menyanjung, tapi ia adalah orang yang setia."


Karakteristik itu memang sesuai dengan sikap dan perilaku Sena Kisumi.


Ia selalu berkomunikasi dengan sabar dan tidak pernah melewati batas antara guru dan murid, sambil kadang-kadang dengan sikap yang kasual. Ia mudah diajak bicara dan mudah diandalkan.


Dan ia bisa dipercaya karena ia pasti melakukan pekerjaan yang dipercayakan padanya.


Kalau dipikir-pikir, ketika Kisumi datang ke ruang minum teh, Shizuru sering repot-repot membuatkan teh untuknya. 


Jarang sekali dia memberikan perhatian tambahan seperti itu pada siswa selain dari kegiatan klub teh.


"I-Ia itu murid saya! Dan ia sembilan tahun lebih muda dari saya! Itu tidak mungkin!"


Suara penyangkalan Shizuru terbata-bata.


"Kamu khawatir dengan perbedaan usia? Ayahmu jauh lebih muda dariku, jadi seharusnya itu tidak menjadi masalah dalam keluarga kita."


Ya. Ibu Shizuru adalah tipe wanita yang terlihat jauh lebih muda dari usianya yang sebenarnya. Kedua orang tuanya, ketika mereka berdiri berdampingan, ayahnya lah yang terlihat lebih tua karena penampilan ibunya.


"Tapi tadi ibu memperlakukannya seperti anak-anak kan!"


"Tidak baik jika tiba-tiba menyambut Sena-kun di depan Shizuru-san. Ia masihlah anak-anak, jadi aku tidak bisa memberinya OK begitu saja."


Sang ayah juga sangat setuju.


"Ia juga sudah punya kekasih!"


"Ia masih SMA kan. Tidak seperti ia akan menikahi kekasihnya di masa sekolahnya, dan kalau ia sudah lulus, aku tidak akan mengatakan apa pun."


Sang ibu, yang terhibur oleh adanya tanda-tanda hubungan cinta putrinya, menjadi lebih antusias daripada sebelumnya.


"Kamu bisa bahagia dari kebenaran yang muncul dari kebohongan. Kalau seperti itu kami akan sangat menyambutnya, hanya saja lakukanlah sesegera mungkin."


Kedua orang tuanya pergi setelah sang ibu menarik sang ayah, yang berada di sampingnya karena cemas akan sesuatu.


Shizuru yang ditinggal sendirian di lobi terjebak tidak bisa bergerak di sana untuk sementara waktu.


"Setelah tidak jadi muridku lagi......E-Eeh!?"


Dia dengan putus asa meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa alasan pipinya terasa panas adalah karena dia mengenakan kimono di musim panas.


Itu adalah alasan yang sangat mustahil di lobi hotel yang ber-AC.

***

Baca novel ini hanya di Gahara Novel




Kalian sangat dekat sehingga kalian bertengkar, adalah kebohongan besar.


Fakta bahwa perang belum berhenti di dunia adalah buktinya.


Omong kosong seperti itu hanya dapat dikatakan oleh mereka yang merupakan komunikator yang kuat yang dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang sehat, atau oleh mereka yang pada awalnya adalah teman baik yang dapat saling memaafkan ketika mereka bertukar kata-kata kasar.


Kebalikannya tidak mungkin terjadi.


Hanya saja salah satu pihak terpaksa pasang badan atau tutup mulut, atau mereka menjaga jarak untuk menghindari konflik sejak awal.


Orang yang kurang memiliki kemampuan berkomunikasi mudah membuat kesalahan ucapan dan sulit untuk mengemukakan pikiran dengan jelas. Jika terlanjur mengucapkan sesuatu yang tidak tepat, suasana bisa menjadi canggung. Bahkan terburuknya, bisa saja dicaci atau tidak disukai orang lain. Di atas segalanya, tidak bisa berbicara dengan baik membuat diri sendiri merasa kecewa dan terluka berulang kali.


Tetap diam adalah perlindungan risiko yang baik.


Setidaknya itu berhasil untuk gadis bernama Arisaka Yoruka.


Dengan menjauhkan diri dari orang lain, dia bisa menghindari stres yang tidak perlu, dan dia memang tidak pandai membuat keributan dengan siapa pun.


Namun demikian, hidup ini keras dan kejam, dan mereka yang tidak bersuara lebih cenderung diperlakukan sebagai tidak berarti.


Hanya sebagian kecil orang yang bisa memahami itu, dan orang yang bisa bertindak berdasarkan pemahaman itu semakin sedikit lagi.


Mayoritas tidak peka terhadap orang lain, dan orang yang lebih egois yang tidak peduli dengan orang lain sering kali lebih lantang.


Itulah sebabnya dia tidak menyukai dunia kecil di ruang kelas.


Orang-orang yang belum matang terjebak di ruang yang sempit sepanjang hari. Meskipun ditekan untuk bertindak sama, mereka tidak memperhatikan hubungan individual.


Kedengarannya bagus untuk mengatakan bahwa ini adalah pelatihan untuk kehidupan kelompok, tapi patut dipertanyakan sejauh mana hal itu bermakna dan efektif.


Bagi orang yang sensitif, membangun hubungan yang mulus terlalu sulit. 


Gadis itu, yang selalu pemalu dan sensitif dengan kata-kata orang lain, tidak tahu bagaimana bereaksi terhadap kata-kata yang dilontarkan kepadanya secara mendadak.


Oleh karena itu, Yoruka muda sangat mengagumi kakaknya dari lubuk hatinya yang paling dalam.


Karena jika dia berperilaku dengan cara yang sama seperti kakaknya, setidaknya dia bisa memprediksi reaksi orang lain.


Jika tidak ada keadaan yang tidak terduga muncul, dia bisa bertahan dengan jawaban yang telah dia persiapkan sebelumnya.


Ini merupakan terobosan revolusioner bagi Yoruka.


Berperilaku seperti kakaknya seperti rumus matematika, valid dan berguna dalam setiap aspek.


Untuk mendapatkan pujian yang sama, dia mengadopsi perilaku dan sikap yang sama seperti kakaknya, yang ceria dan positif.


Tidak ada orang dewasa di sekitarnya yang menyadari bahwa cara dan tujuan Yoruka terbalik.


Meniru kakaknya, yang dia sayangi, merupakan hal yang menyenangkan bagi Yoruka, dan dia tidak perlu ragu-ragu karena hal itu akan selalu menjadi tujuannya.


Seni meniru kakak perempuannya, yang hanya bisa dilakukan oleh Yoruka, menjadi semakin tidak berlaku umum pada saat dia menginjak usia sekolah menengah pertama.


Pertama-tama, seiring dengan tumbuhnya kesadaran diri Yoruka, sebuah kesenjangan mulai muncul, dan tidak peduli seberapa bagus dia memerankan kakaknya, tingkat kepedihan yang dia rasakan semakin kuat. 


Reaksi teman-teman sekelasnya, terutama ketika disertai dengan perasaan romantis, juga mulai meningkat secara dramatis dalam situasi yang tidak beraturan. Bagi Yoruka, yang tidak pandai berimprovisasi, bahkan dukungan yang kuat pun hanyalah suara bising. Dan ketika dia salah menanggapi, sikap anak laki-laki tiba-tiba berubah, dan untuk beberapa alasan bahkan sikap gadis-gadis di sekitarnya menjadi dingin, dan dia kadang-kadang menjadi sasaran kata-kata kasar sepihak dari gadis-gadis di kelas lain yang bahkan tidak dia kenal.


Orang-orang yang mengenal kakak perempuannya juga semakin menunjukkan perbedaannya.


Bagi mereka, perbandingan itu tidak berbahaya, tapi bagi Yoruka, hal itu terdengar seolah-olah dia lebih rendah.


Yoruka sadar akan keterbatasannya meniru kakaknya, tapi dia tidak bisa menemukan cara lain.


Cara dan tujuannya terbalik, jadi pujian tidak meningkatkan rasa percaya dirinya.


Kakaknya tetap bersinar seperti biasa, dan kesenjangan itu tidak akan pernah terjembatani.


Karena tidak sabar, Yoruka mati-matian mencari nasihat dari kakaknya.


Aria menyadari ada yang tidak beres dengan adiknya dan mencoba membujuknya, namun Yoruka tidak bisa melepaskan satu-satunya senjata andalannya.


Situasi kakaknya yang akhirnya memiliki kekasih, kakak perempuan yang dikaguminya, membuat Yoruka merasa sangat tidak berarti dalam segala hal. 


Keterkejutan karena kakak kesayangannya telah direbut oleh orang lain.


Sebagai reaksi dari stres yang telah menumpuk, dia tidak lagi memiliki energi untuk melakukan yang terbaik dalam kehidupan sekolahnya. Dia menolak semua hubungan dengan orang lain dan mendapati dirinya berada dalam ketenangan yang menyendiri.


Untungnya atau sayangnya, tindakan Yoruka yang konsisten atas kemauannya sendiri membuatnya melindungi dirinya sendiri untuk pertama kalinya.


---Namun, itu tidak mengubah kenyataan bahwa kehidupan terkadang tidak adil karena tidak dapat berakhir tanpa komunikasi dengan orang lain.


Tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa dia akan bertemu dengan seseorang bernama Sena kisumi yang tidak menyebabkan ketidaknyamanan padanya, bahkan jatuh cinta padanya, dan akhirnya menginginkan ikatan dengan dirinya.


Harapan itu membawa Yoruka pada lebih banyak teman yang bisa diajaknya bertukar pikiran.


Dengan menjadi dirinya sendiri, Yoruka menemukan bahwa dia dapat berbicara dengan orang lain dengan lebih mudah daripada sebelumnya.


Dan sekarang dia benar-benar menghadapi kakaknya, yang dia sayangi. 


Impian yang selalu di luar jangkauan, tujuan yang terlalu tinggi, dan keluarga yang tidak pernah bisa dilampaui.


Kegugupan Yoruka membuatnya bertekuk lutut menghadapi lawan seperti itu.


Sebenarnya, dia ingin melarikan diri sekarang juga.


"Yoru-chan, apa tidak apa-apa kamu tidak pergi ke tempat Sumi-kun?"


Kakaknya, yang berjalan di depannya, berbicara dengannya dengan suasana santai dan tenang. 


Yoruka dan Aria sedang berada di taman Jepang, yang menjadi ciri khas hotel ini.


Dikelilingi oleh pepohonan yang mengingatkan kita pada hutan lebat, di sini terasa sejuk berkat keteduhan yang tercipta dari rimbunnya dedaunan, yang meskipun berada di tengah kota Tokyo, namun jauh dari kebisingan tempat kerja. Tempat ini pas untuk mengobrol di luar ruangan.


"Di sana ada Kisumi dan yang lainnya, jadi aku tidak perlu khawatir."


"Yoru-chan, kamu mengandalkan teman-temanmu sekarang, kamu benar-benar sudah berubah ya. Aku pikir kamu tidak akan datang ke sini karena kamu membenci Shizuru-chan."


"Itu karena kebohongan aneh Onee-chan di masa lalu."


Itu adalah 100 persen kesalahan Aria karena hanya menjelaskan bahwa Kanzaki-sensei adalah pacarnya.


Ia masih ingat kebingungan dan kegugupan saat wanita yang menjadi guru wali kelasnya memperkenalkan diri sebagai "Kanzaki".


Pada saat itu, Yoruka tahu betapa jahatnya kakaknya, yang telah mengkhianatinya dua kali dalam rentang waktu yang berdekatan.


"Karena Yoru-chan itu sensitif tapi dia teguh pada dirinya sendiri, jadi dia tidak mendengarkan ceritaku dengan baik. Aku juga hanya memikirkannya seketika saja, aku tidak pernah berpikir akan berdampak sebesar ini. Sungguh, aku membuat masalah bagi Yoru-chan dan Shizuru-chan ya."


Aria duduk di bangku di dekatnya dan melepas kacamata hitamnya. 


"Jadi, pertengkaran kakak-adik tadi itu apa? Cara bicaramu terdengar sangat serius."


"Kita harus membicarakannya lebih awal."


"Kamu serius ya. Bertengkar tapi malah memberi pengumuman. Itu karena pengaruh Sumi-kun ya?"


"Kenapa Kisumi muncul disini?"


"Setelah menghilangkan gosip pulang di pagi hari, Shizuru-chan mengeluh sangat banyak hal."


"......"


"Áku terkejut bahwa pacar Yoru-chan begitu berani, tapi ketika aku tahu ia adalah Sumi-kun, aku mengerti. Kupikir perilakunya yang sembrono dan aneh itu adalah sesuatu yang ia pelajari dariku."


Wajah Aria tampak bahagia saat dia mengatakan itu.


Kisumi selalu rendah hati tentang dirinya yang biasa-biasa saja, tapi keberanian yang kadang-kadang ia tunjukkan pasti karena pengaruh kakaknya.


"Berkat itu, aku juga dibuat pusing."


"Tapi kamu masih mencintainya, bukan?"


"Tentu saja. Bagaimanapun aku pacar Kisumi."


"Aku merasa lega bisa melihat Yoru-chan yang terbuka. Terima kasih kepada Sumi-kun."


Kakak perempuannya memuji Yoruka tanpa ragu sedikit pun.


Dia mendengarkan cerita adiknya dengan ekspresi tenang dan kalem, tidak pernah sekalipun mematahkan senyumnya.


"Aku tidak pernah memikirkan untuk bertengkar dengan Onee-chan. Dia adalah orang yang kuanggap sebagai ideal, idola, dan target yang tidak akan pernah bisa kukalahkan dalam hidup ini."


Meskipun tidak ada superioritas atau inferioritas di antara kakak beradik yang dekat ini, namun ada hubungan hierarkis dalam hal pembagian peran.


Sang kakak membimbing dan sang adik mematuhi. Ada cinta dan kepercayaan yang tak tergoyahkan, dan karena itu tidak ada konflik.


"......Caramu mengatakannya membuat terdengar seperti kamu akan menang mulai sekarang."


"Ya, benar."


"Hee, menarik. Apa yang menentukan siapa yang menang? Oh, aku tidak suka perkelahian karena itu menyakitkan."


"Kamu tidak perlu berhati-hati kok. Katakan apa yang ingin Onee-chan katakan."


"Aku tak punya apa-apa untuk dikatakan."


"Serius?"


"Apa yang kamu curigai?


Yoruka akhirnya duduk di samping kakaknya.



"Soalnya Onee-chan, kamu sangat tertarik dengan Kisumi, kan?"



Yoruka tidak melewatkan napas samar kakaknya.


"Kamu mengatakan hal yang menarik. Memang benar kalau aku menyukai Sumi-kun. Tapi hanya saja aku menyukainya dari sudut pandang manusia. Aku tidak akan pernah menyentuh seorang siswa SMA, apalagi pacar Yoru-chan."


Aria menganggapnya sebagai lelucon.


"Aku telah memikirkan kenapa kedekatan antara Onee-chan dan Kisumi menggangguku. Pada awalnya, aku cemburu dengan kedekatan Kisumi dengan Onee-chan."


Yoruka mengira dia hanya tidak menyukai jarak yang terlalu dekat di antara mereka.


"Hmm? Apa maksudnya? Bukankah Yoru-chan marah karena Sumi-kun memperlakukanku dengan kasar seperti Raja Iblis dan lain-lain? Ah, karena sikap yang terkesan dekat itu? Tentu saja, meskipun aku adalah kakakku, tapi kamu tidak ingin pacarmu dekat dengan wanita lain ya. Yoru-chan, maafkan aku."


Aria meminta maaf dengan mudah, seolah-olah itu adalah kesalahannya.


"......Seperti yang kuduga, reaksimu terlalu normal."


Yoruka yakin.


"Eh?"


"Itu bukan reaksi yang wajar dari Onee-chan. Kenapa kamu minta maaf?"


Yoruka menatap wajah Aria, seakan mencari reaksinya. 


Tatapannya tidak mencurigakan, tapi tegas.


"Tidak," bibir Aria berkata, tapi dia terhenti sebelum melanjutkan kata-katanya.


Aria tidak melihat wajah Yoruka yang berada tepat di sebelahnya. Dia tidak bisa melihatnya. Dia tiba-tiba tidak tahu bagaimana harus menghadapinya.


"Aku menyadarinya tanpa disadari. Bahwa perasaan sebenarnya dari Onee-chan telah terungkap. Pada saat yang sama, aku tidak bisa memastikannya, jadi aku hanya memperingatkan Kisumi terlebih dulu, karena lebih mudah dikatakan. Sebenarnya, itu sebaliknya. Itu karena situasinya tidak akan berubah selama lawan bicaranya salah."


"Kali ini karena Shizuru-chan memiliki perjodohan, jadi kebetulan saja. Selain itu, aku belum bertemu dengan Sumi-kun selama sekitar dua tahun."


"Itu alasan yang bagus untuk bertemu dengannya tanpa ragu-ragu."


"Yoru-chan, kamu terlalu berlebihan."


"Aku juga berpikir begitu. Soalnya, aku tahu Onee-chan juga menyayangiku. Kamu tidak akan pernah melakukan sesuatu yang membuatku merasa tidak nyaman."


"Tentu saja!"


Aria setuju dengan tegas.


Dia tidak berbohong tentang perasaannya. Yoruka tahu itu.


Itulah kenapa hal itu berakibat fatal.


"Ya. Aku juga menyayangi Onee-chan, bahkan sampai sekarang. Itulah kenapa aku selalu mengesampingkan kemungkinan itu di kepalaku, karena Onee-chan adalah kakakku sendiri."


Kasih sayang yang kuat terkadang mendistorsi persepsi tentang kenyataan.


Lebih dari itu, Yoruka selalu memiliki rasa sayang, rasa hormat, dan kepercayaan yang lebih besar kepada kakak perempuannya yang sempurna dan ideal daripada yang mungkin dilakukan manusia.


Dia percaya bahwa kakaknya, yang selalu baik padanya, tidak akan pernah mengkhianatinya. 


"Bahkan ketika aku menirumu, kamu tidak pernah membentakku atau memaksaku untuk berhenti, tidak peduli betapa khawatirnya kamu, karena kamu menyayangiku. Tapi tidak kali ini."


Dia tidak tahu cara yang tepat untuk bertengkar dengan kakaknya.


Tapi dia pandai meniru kakaknya.


Dia memperhatikan lawan dengan cermat, tidak melewatkan sedikit pun petunjuk, langsung ke inti permasalahan, dan membangun keseluruhan gambaran. Dan yang diperlukan hanyalah satu kata yang menyentuh inti permasalahan untuk mempengaruhi perasaan seseorang.


"Onee-chan, kamu terus melakukan hal-hal yang tidak kusukai. Kamu mencoba mendekati Kisumi. Padahal kalau biasanya kamu pasti akan berhenti."


"---"


"Ketika kamu datang ke sekolah, dan ketika kamu mengungkapkan perasaan Sayu-chan dan Hasekura-san yang sebenarnya seenakmu, kamu sendiri cemburu pada gadis-gadis lain yang bisa berada di dekat Kisumi. Karena itulah kamu mencoba untuk menghancurkan pertemuan Sena."


"Sudah kubilang grup apapun tidak akan berjalan dengan baik. Anak-anak yang ditolak akan terus disuguhi adegan mesra antara Yoru-chan dan Sumi-kun di depan mata mereka."


"Aku mengatakan pada semuanya bahwa mereka boleh melakukan apapun yang mereka inginkan. Aku tidak memaksa mereka untuk melakukan apa pun, dan jika mereka tidak menyukainya, mereka tidak perlu berpartisipasi. Tapi aku tidak ingin Onee-chan ikut campur."


Nada bicara Yoruka semakin menguat.


"Aku tahu kalau kau menyukai seseorang, kau tidak bisa menahan diri."


Aria akhirnya menatap Yoruka.


Duduk di bangku yang sama, dengan tatapan mata yang sama, kakak beradik itu saling bertukar kata.


"Aku jatuh cinta pada Kisumi dan aku senang ia menyatakan cintanya padaku. Aku merasa bahagia karena sekarang aku bisa merasakan kegembiraan setiap hari karena saling mencintai. Jika aku bisa bertemu dengan Kisumi, aku pikir sekolah itu tidak begitu buruk. Aku juga bisa dengan mudah berbicara dengan teman-teman di pertemuan Sena."


"Yoru-chan......"


"Aku minta maaf karena telah membuatmu merasa buruk. Meskipun Onee-chan lah yang bertemu dengannya lebih dulu. Namun ia memilihku. Si adik perempuan Arisaka Yoruka, bukan Aria."


Ini adalah pertama kalinya dia memanggil kakaknya sendiri dengan nama belakangnya seperti ini.


Aria juga mengalami dilema yang sama.


Dia mungkin merasakan penderitaan yang sama.


Jika memungkinkan, dia tidak ingin mengucapkan kata-kata ini kepada kakak tercintanya. 


Tetapi jika dia tidak mengatakannya sekarang, mungkin akan lebih buruk di masa depan.


Yoruka berusaha sekuat tenaga untuk menahan air mata, tapi dia memberikan semua pikiran dan perasaannya.


"Aku tidak ingin membuat Onee-chan kecewa! Aku tidak ingin Onee-chan membenciku! Aku ingin kita menjadi saudara yang rukun selama sisa hidup kita, jadi jangan pernah menjadi saingan cintaku!"


Yoruka merasa seolah dia sedang melukai dirinya sendiri.


Tidak peduli gadis seperti apa yang menyukai ia, dia bisa melawannya. Pada akhirnya, dia akan menang dan melupakannya.


Tapi tidak dengan Aria.


Jika mereka serius, mereka akan menjalani sisa hidup kalian dengan bekas luka yang tak terhapuskan satu sama lain.


Dia harus menghabiskan sisa hidupnya dengan membenci kakaknya, yang dia sayangi lebih dari siapapun.


Yang tersisa hanyalah berdoa.


---Kumohon, jangan mencoba untuk melawan.


"Tolong, jangan jatuh cinta pada orang yang kucintai."


Yoruka sudah menangis.


Membayangkannya saja sudah membuatnya sangat takut dan tidak bisa berhenti menangis.


"Aku tidak ingin Onee-chan dan Kisumi pergi dariku."


Itu adalah masa depan terburuk yang mungkin terjadi pada Yoruka.


Dia tidak bisa membayangkan bahwa dua orang yang dia sayangi akan meninggalkannya pada saat yang bersamaan.


Dia tidak ingin kehilangan kakak tercinta dan kekasihnya.


"Aku mungkin juga merasakan sedikit kekaguman, melihat Yoru-chan yang telah menemukan seseorang yang sangat dia cintai."


"Eh?"


"Tapi membuat adik perempuanku yang paling berharga menangis, itu tidak bisa dimaafkan. Sebagai kakak perempuan yang buruk, aku minta maaf."


Yoruka dipeluk oleh Aria.


"Bagaimanapun, hanya Kisumi saja yang tidak boleh Onee-chan......"


"Jangan khawatir. Aku akan selalu menjadi kakakmu, Yoru-chan."


"Onee-chan."


"Aku juga menyayangimu. Jadi jangan menangis."


Terbungkus dalam kehangatan kakaknya, Yoruka ingat bagaimana perasaannya dulu.


Dia selalu dimanjakan oleh kakaknya ketika orangtuanya tidak di Jepang. Setiap kali dia merasa kesepian, sedih atau kesakitan, dia selalu dipeluk dengan lembut oleh kakaknya. 


Itulah satu-satunya hal yang membuatnya tenang. Air matanya mereda dan dia merasa aman. 


"Aku sudah mengenalmu sejak kamu lahir. Tidak mungkin aku mengkhianati Yoru-chan."


"Sudah lama sekali sejak Onee-chan memelukku."


"Padahal kamu selalu bermanjaan padanya."


"Onee-chan lah orang yang mengajariku bahwa pelukan membuatku merasa aman."


"......Yoru-chan, kamu sudah besar ya."


Aria menyadari bahwa adiknya bukan lagi seorang gadis kecil.