Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V3 Chapter 6
Bab 6 - Perkara Cinta Hari Ini Adalah Perkara Yang Pelik
Anggota pertemuan Sena semuanya hadir di kantin sekolah.
Semua orang terhanyut oleh aura mempesona Aria-san, yang muncul bersamaku.
Seluruh kantin dipenuhi dengan keramaian, dan jelas bahwa meja kami menarik banyak perhatian.
Setelah membeli es kopi untuk kami berdua, Aria-san dan aku bergabung dengan mereka.
"Senang bertemu dengan kalian. Aku Aria, kakak Arisaka Yoruka. Terima kasih karena telah berteman baik dengan adik perempuanku. Tolong terus membantunya, ya. Oh, kalau kalian haus, aku akan mentraktir kalian. Pesanlah minuman lagi yang kalian suka."
Aria-san tersenyum menyapa mereka dengan ramah lalu duduk.
Anggota pertemuan Sena sudah terbiasa melihat Yoruka dari dekat. Namun demikian, ketidaknyamanan diperlakukan dengan ramah oleh wajah yang sangat mirip dengannya sedikit mengejutkan, dan tidak ada satu pun dari mereka yang memesan minuman lagi.
Aku adalah aku, dan aku berpikir, sungguh orang yang tidak terlihat cocok di kantin sekolah, dan memuaskan dahagaku dengan es kopiku. Ah, ini nikmat. Rasa hausku terpuaskan.
"Kamu tidak masalah minum tanpa gula, Sumi-kun?"
"Tidak masalah."
"Kalau begituu, berikan aku sirup permen karetnya. Aku suka yang lebih manis," katanya, menuangkan bagianku ke dalam gelasnya.
Aku diam-diam melihat ke arah semua orang yang tetap diam.
Sayu, yang kami temui sebelumnya, terlihat waspada, sementara Asaki-san tetap tersenyum dan menatapku seolah-olah dia sedang menilaiku. Miyachii duduk di samping Yoruka dengan penuh perhatian.
"......Aku tidak mengira bahkan Onee-chan juga akan datang."
Yoruka memandang kakaknya dengan heran.
"Karena aku sangat merindukannya, setidaknya aku ingin beristirahat di kantin sekolah."
"Padahal kamu selalu begitu sibuk. Kupikir kamu akan segera pergi setelah menyelesaikan urusanmu."
"Kalau Sumi-kun yang lucu memintaku untuk membantunya, aku tidak bisa menolak."
"Kalau itu memang benar, tapi tolong jangan mengatakannya dengan cara yang bisa disalahartikan!"
Maknanya sama, tapi kesan pada penerimanya berbeda.
Lihat, tatapan para gadis jadi semakin tajam.
"Eh~membosankan kalau minum sendirian. Aku ingin bertemu dengan beberapa teman Yoru-chan. Tapi, kenapa ada gadis-gadis manis di sini? Harem-nya Sumi-kun?
"Yang benar saja."
"Dikatakan ketika kau memiliki pacar, kau tiba-tiba jadi populer. Aku tidak mengira akan berlaku pada Sumi-kun juga."
"Bagaimana kamu bisa bercanda seperti itu di depan adik perempuanmu."
"Kalau itu karena aku sudah mendengar banyak tentang bagaimana dia jatuh cinta padamu di rumah."
"Yoruka, benar begitu?"
Aku sangat senang dan akhirnya aku mengonfirmasikannya.
"Karena Onee-chan memaksaku untuk berbicara."
"Eh, tidak seperti itu, kok. Yoru-chan saat berbicara tentang Sumi-kun terlihat sangat bahagia."
"Tidak! Bukan begitu! Tidak ada yang seperti itu!"
Privasi Yoruka terungkap melalui kesaksian keluarganya sendiri.
Kami semua melihat Yoruka dengan pandangan hangat.
"Tolong jangan bicarakan tentang aku seenaknya. Kisumi juga, jangan bersekongkol dengan Onee-chan."
"Sumi-kun. Kalau kamu ingin tahu lebih banyak, kita diam-diam dibelakang. Oke?"
Kedipan mata Kakak pacarku terbang padaku.
Aku sangat ingin tahu. Aku ingin tahu, tapi tatapan para gadis kecuali Yoruka sangat menyakitkan.
"Hei. Dia terlihat cukup akrab dengan Kii-senpai, bukan?"
"Kisumi-kun juga ternyata suka dengan yang lebih tua ya. Ah, ia juga dekat dengan Kanzaki-sensei, jangan-jangan......"
"Sumisumi. Tidak peduli seberapa besar dia adalah tipemu, dia adalah kakak perempuan pacarmu lho."
Sayu dan Asaki-san menatapku dengan tajam. Dan Miyachii memiliki ekspresi khawatir di wajahnya.
"Aria-san itu guru les-ku saat SMP! Tidak lebih, tidak kurang."
"Benar. Pada saat itu, Sumi-kun itu anak kecil yang kurang ajar, jadi agak tidak mungkin aku menganggapnya menarik sebagai objek ketertarikan romantis."
Aku dan Aria-san menyangkal kecurigaan apa pun, dan mengatakan bahwa itu bukan lelucon.
Jika mereka hanya melihat Arisaka Aria dalam mode cantiknya saat ini, aku bisa mengerti kenapa mereka jadi curiga.
Tapi dia tidak terlihat seperti ini ketika dia mengajarku, dan aku tidak punya waktu atau ruang untuk jatuh cinta dengan seorang guru Spartan.
"Bagaimana dengan sekarang?"
"Kamu tahu, Asaki-san, Aria-san itu kakak Yoruka. Jadi tidak ada sekarang ataupun dulu!"
Asaki-san mengajukan serangkaian pertanyaan di luar jalur. Kenapa sih dia begitu bersikeras hari ini?
"Lalu, bagaimana kalau dia bukan kakak Arisaka-san?"
"Pembicaraan hipotetis semacam itu tidak ada artinya dan tidak relevan saat ini. Asaki-san, kamu agak aneh loh?"
Tanpa sadar aku merasa jengkel.
"Umm, aku bisa menjamin kurangnya waktu Ki-senpai saat periode ujian. Tidak ada sedikit pun tanda-tanda semacam itu. Jika ia naksir seseorang, aku akan menyadarinya bahkan jika aku tidak mau......."
Sayu dengan cepat membantuku pada sikap Asaki-san yang tidak seperti biasanya.
Sayu yang merupakan juniorku di SMP, melihat diriku pada saat itu dan kata-katanya memiliki kekuatan persuasif.
"Kamu sangat baik ya, Yukinami-chan. Kamu tidak perlu membelanya sampai menyiksa dirimu loh."
Nanamura yang pasti akan mendekati wanita secantik Aria-san, anehnya tenang hari ini.
"Nanamura, tidak biasanya kau kalem ya. Apa kau tidak enak badan karena belajar untuk ujian?"
"Idiot. Aku selalu memilih lawan bicaraku dengan sangat hati-hati. Itulah kunci untuk menang. Aku bukan orang aneh sepertimu yang akan melakukan serangan bunuh diri dan suka mengincar tujuan yang terlalu tinggi. Juga, aku tidak ingin terlibat dalam masalahmu."
"Apa-apaan itu?"
Ketika Nanamura dan aku berbisik-bisik, Aria-san sedikit mencolek lenganku.
"Hei kalian anak laki-laki, apa yang kalian pikir kalian lakukan, berbicara bisik-bisik dengan begitu jelas?"
"Maafkan aku, Onee-san. Itu karena Sena sangat menyukaiku."
Nanamura bercanda dan mencoba meredakan ketegangan.
"Mau bagaimana lagi. Kamu tinggi, atletis dan menyegarkan, jadi aku yakin kamu populer."
"Onee-san, maukah kamu berkencan denganku!?"
Tanpa ada jeda, Nanamura segera menyerang. Oi, di mana sikap menunggu dan mengamatimu yang tadi?
"Aku senang kamu mengajakku keluar, tapi aku sibuk sekarang, jadi tanyakan lagi padaku sepuluh tahun lagi."
"Bagaimanapun, apa kamu merasa kalau pria yang lebih muda tidak sesuai dengan seleramu?"
Nanamura menggali lebih dalam topik cinta bahkan setelah ditolak. Aku jadi ingin memuji mentalitas riajuu dan keterampilan berbicaranya. Anak-anak yang lain juga tertarik dengan kisah cinta Aria-san.
"Usia tidak jadi masalah kalau kau menganggapnya menarik, kan."
Aria-san tersenyum, seolah memberikan harapan.
"Kamu dari dulu selalu terlalu bebas, Onee-chan," Yoruka mencibir.
"Yoru-chan, apa kamu masih marah tentang yang dulu?"
"Tidak juga."
"Itu sikapmu saat kamu marah loh."
Meskipun jengkel, Yoruka tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi.
"Hei, Sumisumi. Kurasa sudah waktunya kamu bercerita tentang perjodohan Kanzaki-sensei."
Miyachii yang telah menunggu saat yang tepat tiba-tiba memotong.
Aku melihat wajah Aria-san untuk mengkonfirmasikannya
"Sumi-kun, lebih baik kamu tidak melakukannya loh?"
"Tunggu sebentar! Bukankah kamu seharusnya membantuku!?"
"Aku berubah pikiran."
"Kamu terlalu seenaknya sendiri!"
Aria-san tiba-tiba membuat wajah pura-pura tidak tahu dan menyeruput es kopinya.
Aku tidak punya pilihan selain menceritakannya sendiri.
Rencana tentang menjadi pacar pengganti, bertemu dengan orang tua Kanzaki-sensei dan menolak perjodohan mereka.
Setelah mendengarkan, hanya Nanamura yang tertawa terbahak-bahak sampai otot perutnya hampir runtuh.
"Ini semua sangat mustahil!" Yoruka sangat marah.
"Bukankah strategi itu akan gagal?" Asaki-san mencemooh.
"Bahkan jika itu Onee-san, itu terlalu berlebihan," kata Miyachii.
"Kenapa kamu pikir itu akan berhasil kalau Kii-senpai yang melakukannya?" Sayu bingung.
Semua gadis menoleh ke arah Aria-san sekaligus sambil memprotes keras.
"Aku sudah bertemu dengan orang tua Shizuru-chan dan aku juga mengenal Sumi-kun dengan baik. Ini bukan taruhan yang nekat. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Aria-san tidak mengubah ekspresinya sedikit pun.
Sosoknya yang penuh percaya diri cukup ampuh untuk meyakinkan yang lain.
"Meski, aku hanya bisa membayangkan masa depan yang penuh kegagalan. Kanzaki-sensei akan berhenti dari pekerjaannya sebagai guru, dan pada akhirnya Kisumi-kun dan Arisaka-san akan putus."
Aku bahkan tidak bisa membuat senyum kecut pada pemikiran Asaki-san yang terlalu jujur.
"Hei, jangan seenaknya bilang kami akan putus."
Yoruka dengan cepat membalas Asaki-san.
"Kalau kamu ingin mengeluh, mengeluhlah pada kakakmu, jangan padaku."
"Aku juga setuju dengan Asaki-san. Yoruyoru juga berpikir itu aneh, bukan?"
Miyachii setuju dengan pendapat Asaki-san.
"Kalau itu, memang benar, tapi itu kata-kata Onee-chan, jadi......"
"Kenapa hanya pada saat-saat seperti ini kamu tidak jadi emosional? Sekaranglah waktunya kamu mengatakan apa yang harus kamu katakan."
Sikap tidak tegas Yoruka membuat Asaki-san jengkel.
"Oke oke, pertengkaran antar anak-anaknya setelah Onee-san pulang, oke?"
Aria-san menyela kata-kata Asaki-san dengan suara datar.
"Kali ini, kehidupan Shizuru-chan dipertaruhkan. Tidak ada seorang pun yang ingin dipaksa menikah. Dan tidak ada yang ingin pekerjaan mereka yang berharga direnggut karena hal itu, bukan?"
"Cara bicara seperti itu tidak adil, loh. Situasi Kanzaki-sensei dan melibatkan Kisumi-kun adalah dua hal yang berbeda!"
"Sudah, jangan terlalu cerewet."
Aria-san memperlakukan Asaki-san seperti anak-anak.
"---Kamu sepertinya salah paham, jadi aku akan mengatakannya. Aku hanya meminta kerja sama dengan Sumi-kun."
Ekspresi Aria-san tetap lembut, tapi dia menarik garis yang jelas.
"Namun, kupikir masih ada cara yang lain."
"Kalau begitu, beritahu Onee-san ini tentang solusi luar biasa yang akan membuat semua orang senang. Tolong."
Tentu saja, Asaki-san tidak bisa langsung menjawab.
"Aku menilai bahwa Sena Kisumi adalah orang yang tepat untuk pekerjaan itu. Dan ia juga menerimanya atas kemauannya sendiri."
Meski Aria-san berbicara dengan pelan, tapi sikapnya tidak mendengarkan pendapat orang luar.
"Sudah kubilang, menerima pekerjaan itu sendiri itu sudah aneh! Kisumi-kun, kamu pasti sedang dimanfaatkan!"
Asaki-san jadi kesal dan suaranya semakin keras.
"Hei, kenapa kamu meninggikan suaramu sebegitunya?"
"Aku menghormati Kanzaki-sensei. Sebagai perwakilan kelas sama seperti Kisumi-kun, aku juga ingin dia terus menjadi guru."
"Oh, aku juga menghormati Shizuru-chan loh. Sama sepertimu."
"Sudah kukatakan kalau itu masalah kalau ia, seorang siswa, terlibat dengan kehidupan pribadi wali kelasnya!"
".....Kalau itu, evaluasimu padanya, bukan? Kalau aku berbeda."
"Itu adalah penilaian yang sesuai dengan akal sehat!"
"Tapi, itu akan lebih nyaman bagimu jika ia gagal, kan?"
Senyum penuh arti Aria-san semakin mengembang.
"Apa yang kamu bicarakan?"
"Ada yang lainnya di sini, tapi boleh aku mengatakannya?"
Aria-san sepertinya telah melihat sesuatu lagi.
Dia jelas-jelas sedang menguji reaksi Asaki-san seolah-olah dia sedang menentukan penilaian untuknya dengan ketenangan orang dewasa.
"Asa-senpai! Lebih dari itu tidak boleh! Stop!"
Sayu mengangkat suaranya. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan untuk menghentikannya.
"Silahkan lakukan yang kamu suka!"
Tapi, usaha Sayu sia-sia, dan Asaki-san dengan mudah menerima serangan yang diberikan padanya.
"Kamu juga menyukai Sumi-kun, kan."
"------!"
Asaki-san tersipu malu, dan kami semua juga kehilangan kata-kata.
"Bukankah aku lebih condong berada di pihakmu? Jika kali ini gagal dan kamu bisa memanfaatkannya, kamu mungkin akan mendapatkan kesempatanmu juga lho?"
Aria-san mengungkapkan perasaan cinta orang lain dengan tanpa ragu-ragu.
Sepertinya Sayu bisa mendeteksi perkembangan ini sebelumnya, karena dia mengalami hal yang sama pada awal pertemuan mereka.
Untuk kedua kalinya hari ini, dia melakukan tindakan tanpa belas kasihan. Benar-benar blak-blakan.
"Ya, aku masih menyukainya! Apa itu salah?"
Ditambah, Asaki-san berterus-terang di depan Yoruka.
Perkembangan yang super tak terduga membuatku dan Yoruka terdiam.
Miyachii dan Sayu sepertinya dari awal sudah tahu.
Nanamura berusaha mati-matian untuk menahan diri agar tidak tertawa.
Aku melihat Asaki-san, masih tertegun.
"Jangan lihat aku!"
"M-Maaf!"
Baca novel ini hanya di Gahara Novel
Ketika Asaki-san memarahiku, tanpa sadar aku memalingkan wajahku dan melihat Yoruka.
"Sudah kuduga kamu masih punya perasaan pada Kisumi! Sudahlah, menyerah saja!"
"I-Ini tidak ada hubungannya denganmu, Arisaka-san."
"Tentu saja ada! Jangan mengaku pada pacarku setiap kali ada kesempatan!"
"Aku tidak mengaku. Hanya saja, aku tidak sengaja mengatakan perasaanku."
"Intinya sama saja kan!"
"Sudah kubilang, kalau mengeluh katakan pada kakakmu!"
Seperti yang diduga, Asaki-san tidak memiliki ketenangannya yang biasa dan menunjuk ke arah Aria-san seolah-olah dia melampiaskannya.
"Kalian berdua, sebaiknya jangan terlalu ribut. Kita di kantin sekolah sekarang."
Aku mencoba menenangkan mereka berdua saat mereka semakin memanas.
""Diam!""
Yoruka dan Asaki-san menyatukan suara mereka.
Miyachii, Sayu dan Nanamura berdiri dan menengahi pertengkaran mereka.
Aria-san menyesap es kopi terakhirnya dengan elegan, lalu berkata, "Kalau begitu, aku akan pergi," dan bangkit dari tempat duduknya, aku bergegas mengejarnya.
Aku mengikuti Aria-san menyusuri koridor.
"Kamu bahkan mengantarku pergi? Sumi-kun, kamu seorang pria sejati. Sisi seperti itulah yang membuatmu memiliki poin yang tinggi."
"Aku hanya datang untuk mengeluh. Bukankah kamu akan membantuku?"
Bagaimana bisa orang ini bisa tetap berwajah tenang setelah semua yang dilakukannya?
"Bukankah aku sudah membantumu."
"Maksudmu menyebabkan semua kekacauan itu?"
"Percikan api sudah membara sejak lama. Dan lebih mengagumkannya lagi bahwa Sumi-kun dan yang lainnya mampu bertahan bersama sebagai sebuah kelompok, dengan semua anak yang jatuh cinta padamu."
"Terima kasih atas pendapat objektif Anda."
"Tidak, tidak, sama-sama."
"Aku hanya bermaksud menyindir lho."
Aku semakin menyadari akan bahaya Aria-san.
Bahkan Yoruka yang pendiam dan pasif pun memiliki pengaruh besar pada orang-orang di sekitarnya melalui kehadirannya. Kupikir, sudah lebih dari cukup memahami hal ini dari melihat Yoruka di ruang kelas.
Namun kakak perempuannya, Arisaka Aria, sangat terencana dan aktif. Setiap gerakannya melibatkan orang-orang di sekelilingnya, menstimulasi mereka menjadi lebih baik atau lebih buruk dan menciptakan gelombang besar.
"Yang diperlukan hanyalah satu kata yang menyentuh inti masalah untuk mempengaruhi perasaan orang."
Tidak, kau mengatakannya dengan begitu mudah, tapi itu sangat sulit. Seperti domino yang tumbang, mengungkapkan perasaan tersembunyi seseorang memicu reaksi berantai pada orang-orang di sekitarnya. Dengan cara ini, situasi dipaksa untuk berubah.
"Apa itu caramu berhasil menjadi ketua OSIS di tahun pertama SMA-mu?"
"Aku hanya sedikit pandai berpidato, itu saja. Dan aku membuat kesan pertama yang hebat."
"Tidak masalah kalau kamu mengenal senjatamu dengan baik, tapi jangan terlalu banyak menyalahgunakannya."
"Aku tidak menyalahgunakannya.".
"Kamu mengaduk-aduk hati adikmu dan membuat perpecahan di antara anggota pertemua Sena, kan."
"Teman-teman dari masa sekolah tidak akan bertahan setelah lulus kecuali kau benar-benar dekat."
"Jangan mengatakan hal seperti itu. Itu menyakitkan."
"Maksudku, itu bukan kelemahan, melainkan bahwa hubungan yang bertahan lama itu berharga, baik dalam cinta maupun persahabatan."
"Meski, ikatan yang mungkin bisa menjadi hubungan seumur hidup dihancurkan oleh Aria-san."
"Kalau hanya yang seperti itu tidak perlu dipikirkan. Sebaliknya aku agak terkesan."
"Tentang apa?"
"Yoru-chan jauh lebih tegas daripada dulu. Itu mengejutkan. Padahal dia dulu sangat buruk dalam mengekspresikan perasaannya yang sebenarnya."
"Kalau itu, Yoruka juga telah banyak berubah sejak tahun lalu."
"Gadis pintar itu juga luar biasa, dia tidak takut mengungkapkan pikirannya meski lawan bicaranya itu aku dan Yoru-chan. Itu hal yang cukup hebat."
Memang benar, Asaki-san itu luar biasa. Dia mampu bertukar kata dengan Arisaka bersaudara tanpa ragu-ragu. Kebanyakan orang akan kewalahan dengan kecantikan gadis-gadis ini dan tidak akan bisa berkomunikasi dengan baik dengan mereka.
"Tapi, meski kamu mengakuinya, kamu memprovokasinya?"
"Habisnya aku tidak suka kalau dia mengeluh tentang Shizuru-chan atau Sumi-kun."
"......Aku tidak bisa mengerti Aria-san."
"Wanita yang lebih tua biasanya misterius."
"Kamu terlalu spesial, Aria-san."
"Senangnya. Aku suka perlakuan khusus, lho."
Apa yang kukatakan sepertinya hanya membuatnya terhibur.
"Mengantarnya sampai sini saja tidak apa-apa kok. Aku akan meneleponmu kalau aku sudah memutuskan detailnya. Sampai jumpa lagi."
Aku benar-benar berpikir kalau aku bukan tandingan orang ini.
***
Suasana buruk antara Yoruka dan Asaki-san tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, dan pertemuan Sena hari ini dibubarkan.
Miyachii mengikuti Yoruka dan Sayu mengikuti Asaki-san, meninggalkan aku dan Nanamura sendirian.
"Bagaimana sekarang, haruskah kita pulang?"
"Sesekali temani aku makan ramen. Aku lapar."
Atas saran Nanamura, kami pergi ke kedai ramen favoritnya di depan stasiun.
"Yah, Asakura-chan benar-benar mengejutkan, ya."
Sambil menyeruput semangkuk ramen ala rumahan yang kental, Nanamura spontan mengingat kembali yang terjadi di kantin sekolah.
"Membawa Aria-san benar-benar menjadi bumerang."
Aku berharap dia akan membantuku tentang pacar pengganti dengan baik, tapi ternyata yang terjadi justru sebaliknya.
"Sena. Kalau kau berpikir itu sudah cukup untuk menyebutnya sebagai perkelahian, kau masih belum memahaminya."
"Aku tidak ingin mengalami perkelahian seperti itu."
"Sebaliknya, kau diselamatkan kakak Arisaka-chan kali ini, bukan?"
Nanamura mengatakan hal yang sama seperti Aria-san.
"Bagian yang mananya?"
"Kau tidak mengerti?"
"Ya."
"Biayanya, satu potong chashu."
"Mahalnya."
Aku memindahkan chashu-ku ke mangkuk Nanamura.
"Dari awal, saat kalian memutuskan melakukan metode gila seperti pacar pengganti sudah dipastikan akan sulit. Mustahil yang lainnya akan setuju."
"Aku tahu itu."
"Sena. Kau itu orang yang bertanggung jawab. Aku bisa mengerti kenapa kau menunjukkan keberanianmu pada kakak Arisaka-chan, yang tidak bisa meninggalkan seseorang dalam masalah dan membantunya, dan juga Kanzaki-sensei. Kalau untuk wali kelas yang pasti akan kulihat setiap harinya, aku juga lebih suka kalau itu wanita cantik seperti Kanzaki-sensei."
"Sisimu yang seperti itu tidak pernah berubah ya."
"Kenyataannya begitu, kan. Semua orang bisa diganti. Jika satu atlet cedera, pemain yang lain akan bermain. Hanya dengan naik kelas, teman-temanmu juga akan berubah. Begitu juga guru wali kelas. Dan bagaimana dengan setelah lulus? Tentu saja, jumlah orang yang kau temui terbatas. Untuk sepasang kekasih bahkan lebih kejam. Bahkan jika kau sudah berhubungan s*ks, kalau sudah datang waktunya putus, kalian akan putus. Jarang ada yang mutlak only one."
Aku ingin menyanggah pernyataan Nanamura, tapi aku tahu begitulah kenyataannya.
"Onee-san, dia telah mengubah titik kemarahan Arisaka-chan kepada orang lain selain kau. Masalah pacar pengganti jadi abu-abu dan mereka jadi bertengkar hebat memperebutkanmu, bukan? Aku merasa kasihan pada Asakura-chan, karena dia benar-benar kalah."
"Tapi itu tidak menyelesaikan apa pun. Selain itu, bahkan perasaan Asaki-san juga......."
"Sena. Memilih seseorang berarti tidak memilih orang yang lain."
Nanamura menatap mataku dan berkata.
"Siapa yang paling penting bagimu? Jangan membuat kesalahan dalam hal itu. Selalu peduli pada orang yang kau tolak bukanlah kebaikan, itu hanya sentimentalitas pribadi. Kau tidak bisa melakukan apa pun untuk mereka lagi. Kalau urutan prioritasmu berubah setiap saat, kau akan kehilangan orang yang kau sayangi."
Nanamura memperingatiku dengan nada serius.
"Aku tahu. Prioritas nomor satuku adalah Yoruka. Itu tidak akan pernah berubah."
Nanamura tersenyum lebar puas mendengar jawabanku dan menggigit chashu-ku.
"Yah, aku tidak meragukan keseriusanmu pada Arisaka-chan. Sebaliknya, fakta bahwa kau menyadari hal itu dan bahkan peduli dengan yang lainnya yang membuatnya menjadi rumit."
"Maaf saja ya, karena bersikap lunak."
"Sena, kau itu orang biasa, tapi kau punya idealisme yang tinggi, itulah sebabnya kau membuat segala sesuatunya menjadi lebih sulit bagimu."
"Aku tahu......"
"Aku yang tahun lalu diselamatkan olehmu sudah pernah mengatakannya, jangan sampai hancur karena dilema. Arisaka-chan akan menangis."
"Kau salah, Nanamura. Orang yang paling dalam dilema itu Yoruka. Kalau sampai Aria-san turun tangan, semuanya tidak akan seperti biasanya. Kupikir akan ada berbagai macam perasaan rumit."
Aku dan semua orang yang adalah orang asing, tidak punya pilihan selain pergi ketika hubungan hancur.
Tapi kali ini Yoruka berbeda.
Dalam skenario terburuk, dia harus terus menjadi keluarga dengan Aria-san, bahkan jika dia memiliki perselisihan dan ketidakpuasan.
"Kau tahu sebanyak itu, dasar."
"Serius. Aku sangat gelisah Yoruka akan menyerah padaku."
"......Kau masih berbicara omong kosong seperti itu?"
Nanamura menatapku dengan tatapan tidak percaya.
"Tidak, itu juga salahku karena terlalu banyak mengacaukanmu. Maaf. Teman-teman sekelas juga tidak lagi menganggap kalian sebagai pasangan yang berbeda. Melihat bagaimana Arisaka-chan di kelas, semua anak tahu dia serius. Sena, kau bukanlah figuran untuk Arisaka-chan, Arisaka-chan itu pacarmu."
"Nanamura, kau orang yang baik ya."
"Aku selalu menjadi orang yang paling bisa diandalkan."
Kata-kata pendorong temanku membuat ketakutanku hilang.
"Mulai dari sini, aku akan memeberikan layanan. Sena, aku akan mengajarkanmu senjata terhebatmu. Ini disebut kartu truf."
"Apa aku memiliki yang seperti itu?"
"Ya."
"Kartu truf macam apa?"
"Hanya kau yang bisa mengeluarkan keseriusan Arisaka-chan."
Aku bersyukur atas persahabatan kami.
Apa yang menantiku ketika aku pulang ke rumah setelah makan ramen bersama Nanamura adalah sambutan polos adik perempuanku.
"Kisumi-kun, selamat datang."
"Aku pulang."
"Sebelum ujian pulangmu jadi lebih larut ya. Kencan dengan Yoruka-chan?"
"......Sejak kapan kau mulai memeriksa pergerakanku, Ei?"
"Mama menyuruh Ei untuk mengawasi Kisumi-kun agar tidak bermalas-malasan."
Suruhan ibu, ya. Aku tidak mempercayainya. Peringkatku meningkat dalam ujian tengah semester, dia seharusnya bisa mentolerir sedikit hal itu.
"Ei. Katakan pada ibu, aku belajar dengan baik."
"Oke."
Untuk anak kelas empat SD, dia mungkin terlihat dewasa di luar, tapi di dalam dia masih anak-anak. Gampangnya.
Aku tidak langsung menuju ke kamarku dan berbaring di sofa di ruang keluarga di lantai bawah.
Sejujurnya, aku lelah karena pacar pengganti dan insiden kantin sekolah. Aku juga sangat kenyang karena ramen jadi aku bahkan tidak punya energi untuk belajar untuk ujian.
Di sebelahku yang sedang bersantai di sofa, Ei sedang mengutak-atik ponselnya dengan saksama.
"Kisumi-kun, apa tidak apa-apa kamu tidak belajar?"
"Panggil aku Onii-chan. Juga, aku sedang istirahat. Kau sendiri, apa yang sedang kau lakukan?"
"LINE dengan teman."
"Heh."
Sambil melihat ke samping, jari-jari Ei jauh lebih cepat daripada jari-jariku. Kelihatanya pihak lain juga cukup cepat dalam mengetik, dan suara notifikasi terus-menerus berbunyi. Anak SD sekarang-sekarang ini luar biasa ya.
Meski begitu, suara notifikasinya benar-benar berisik.
"Ei. Ponselmu berisik, setidaknya atur ke mode senyap."
"Kenapa tidak Kisumi-kun saja yang pergi ke kamarmu?"
"Aku lebih ingin di sofa daripada tempat tidur sekarang."
"Ei juga ingin menonton TV."
Bunyi notifikasi terus berbunyi bahkan saat kami berbicara.
Apa boleh buat, aku bangkit dan berniat pergi ke kamarku.
"Ah, tunggu. Kisumi-kun."
"Hmm. Aku akan pindah kok."
"---Apa sesuatu terjadi antara kamu dan Yoruka?"
Aku sangat terkejut jadi aku segera melihat kembali ke arah Ei.
Ada apa, wahai adikku? Kau anehnya luar biasa tajam hari ini. Apa kau terbangun dengan model yang baru?
"Ada apa tiba-tiba?"
"Sudahlah beritahu saja!"
"Ini bukan pertengkaran, hanya saja ada masalah dan itu rumit."
Meski aku tahu berkonsultasi dengan anak SD tidak akan membantu apapun, aku tetap berbicara.
"Tidak boleh seperti itu. Kalian harus segera berbaikan. Ei tidak suka Kisumi-kun jadi seperti saat liburan musim semi lagi."
"Apa aku seburuk itu saat itu?"
"Saat itu, Kisumi-kun itu sangat sangat sangat aneh."
Dia mengulanginya sampai tiga kali dan menekankanya.
Karena Ei mengatakannya sampai seperti ini, sepertinya aku sangat menyedihkan selama liburan musim semi.
"Aku akan berusaha agar tidak jadi seperti itu."
"Ya, semoga berhasil!"
Aku menaruh tanganku di kepala Ei.
"Omong-omong, kenapa kau berpikir sesuatu terjadi antara aku dan Yoruka?"
"Um, intuisi!"
Bunyi notifikasi lain terdengar dari ponsel Ei.
Post a Comment for "Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V3 Chapter 6"