Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Chikasugiru Karera no, Juunanasai no Tooi Kankei [LN] V1 Chapter 4.5

Bab 4 - Di dalam Kamarnya




Ketika aku membuka pintu depan, rumah benar-benar gelap. Izumi seharusnya ada di rumah, tapi tidak ada suara. Aku ingin tahu apa dia masih tidur di kamarnya.


Aku melepas sepatuku, pergi ke ruang keluarga, memasukkan obat flu ke dalam kotak obat, dan memasukkan bahan-bahan dan minuman suplemen nutrisi yang Yuriko berikan padaku di kulkas. Cahaya dari kulkas menyebar ke dapur yang gelap.


Setelah itu, aku naik ke atas dan melihat ada cahaya yang bocor melalui celah di pintu kamar Izumi.


Aku mencoba mendengarkan dengan seksama untuk memeriksa apa dia sudah bangun, tapi yang bisa kudengar hanyalah suara hujan yang menghantam atap.


"Izumi, kamu sudah bangun?"


Aku bertanya begitu sambil mengetuk pelan. Tapi tidak ada jawaban. Suaraku dan suara ketukan segera menghilang ke dalam kesunyian sekelilingku.


Setelah ragu-ragu, aku meletakkan tanganku di gagang pintu. Itu tidak terkunci. Aku membuka pintu sedikit. Aku hendak memanggil dari sini tapi segera menghentikan diriku.


Futon yang berada di tengah ruangan, dan selimut yang meringkuk di atasnya, muncul di hadapanku. Rambut hitam terurai di sekitar bantal. Aku juga bisa melihat bahwa selimut yang melengkung sedikit bergerak naik turun.


......Mari matikan lampunya.


Berpikir bahwa dia tidak akan bisa beristirahat kalau lampu dibiarkan menyala, aku membuka pintu yang sedikit terbuka dan masuk ke kamarnya.


Aroma di kamar Izumi berbeda dengan aroma kamar ketika masih menjadi ruang penyimpanan. Ada penyegar udara merah muda di atas meja. Benda di kamar ini masih sedikit, dan seragam yang tergantung di dinding terlihat menonjol.


Ketika aku menekan saklar di dinding dan mematikan lampu, seluruh ruangan tiba-tiba menjadi gelap gulita.


Meskipun aku telah tinggal di rumah ini selama sekitar sepuluh tahun, aku tidak merasa bahwa kamar Izumi yang gelap dan remang-remang dengan gema suara hujan adalah bagian dari rumahku.


Aku berdiri di dekat kaki Izumi. Wajah tidur Izumi hampir tertutup oleh rambutnya.


---Kurasa dia pasti kelelahan.


Meskipun kami tidak menghabiskan banyak waktu bersama dalam sehari, aku tahu dia telah bekerja keras setiap hari. Dia tidak terlihat sekuat itu, dan dengan perubahan lingkungan seperti ini, akan aneh jika dia tidak sakit.


"Kerja bagus," gumamku dalam hati. Kemudian, saat aku hendak meninggalkan kamar, Izumi tiba-tiba bergerak dalam selimutnya dan berbalik terlentang. Rambut yang menutupi profilnya jatuh dengan lembut, dan wajahnya yang tertidur tercermin dalam penglihatan monokromku yang remang-remang.


Tatapanku tanpa sadar tertuju pada pipinya yang terlihat lembut dan bibir halusnya yang sedikit terbuka, dan denyut nadiku berdenyut kencang. Rambut hitamnya menempel di telinga dan dahinya karena keringat dari tidurnya, yang membuatnya terlihat menawan. Selain itu, kupikir bajunya terangkat saat dia membalikkan badannya saat tidur, dan area di bawah tulang selangkanya, yang mulai menonjol dengan lembut, juga......


Baca novel ini hanya di Gahara Novel


---Aku seharusnya tidak berada di sini, aku merasakan di kedalaman kesadaranku, yang telah melebur ke dalam kegelapan dan agak mengaburkan kesadaranku akan kenyataan. Aku mengalihkan pandangan dari Izumi, berjalan keluar dari kamarnya, dan perlahan menutup pintu.


Lorong, tanpa lampu menyala, sama gelapnya dengan kamarnya. Aku mengembuskan napas hangat yang menumpuk di dalam diriku dan kemudian menarik napas. Udara di luar terasa nyaman dan menyegarkan, dan dadaku terasa dingin.


Aku memasuki kamarku, menyalakan lampu, dan berbaring di tempat tidurku. Dalam benakku, aku terus membayangkan wajah tidur Izumi yang kulihat dalam kegelapan. Setiap kali aku memikirkan wajahnya, hatiku memanas dan mulai berdetak kencang. Suara hujan tidak menjadi lebih kuat atau lebih lemah, tapi terus bergema dengan cara yang sama sepanjang waktu.


Ketika aku berbaring, tiba-tiba aku merasa lelah. Seolah ditarik oleh kegelapan di balik kelopak mataku, kesadaranku perlahan-lahan kabur.......

☆ ☆ ☆




"Aku pulang," suara ibuku membangunkanku.


Saat aku membuka mata, cahaya neon memutihkan penglihatanku. Aku merasakan sakit dan memejamkan mata dengan erat. Ketika aku perlahan membuka kelopak mataku lagi, langit-langit kamarku yang aku kenal terlihat.


Seluruh tubuhku terasa panas dan berkeringat. Aku mengalihkan pandanganku ke bawah dan melihat seragam dan tempat tidurku.


Aku mengambil jam di samping tempat tidurku. Kedua jarum jam menunjukkan bahwa sudah lewat jam 9 malam.


Saat itu sekitar jam 6 sore ketika aku sampai di rumah, berarti aku sudah tidur hampir tiga jam.


Bagian tengah kepalaku mati rasa dan aku merasa malas. Aku berbaring linglung untuk beberapa saat, tapi kemudian aku ingat kalau aku belum memasak makan malam, dan aku segera bangun. Aku melepas seragamku dan menggantinya dengan baju santai.


Aku memasukkan kemeja yang telah kukenakan sepanjang hari ke dalam mesin cuci dan membuka pintu ruang keluarga.


"Ah. Kenichi-kun," kata Izumi, yang kelihatannya sedang mengobrol dengan ibuku, sambil menatapku. Ketika ibuku berbalik dan menatapku, dia mengeluh, "Dasar, makan malam itu tugasmu, bukan?"


"Maaf aku ketiduran."


"Apa yang harus kulakukan sekarang kalau kau ketiduran."


"Sudah kubilang maaf. Aku akan segera membuatnya."


Aku mengambil bahan yang sudah kubeli dari kulkas. Lalu ibuku berkata pada Izumi dengan lembut, "Kamu terlihat jauh lebih baik ya," dan meninggalkan ruang keluarga. Kukira dia pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya.


Izumi dan aku ditinggalkan sendirian. Izumi mengenakan piyama dan hoodie, sama seperti pagi ini. Dalam cahaya terang, ekspresinya jauh lebih jelas daripada tadi pagi ketika demam mengaburkannya. Denyut nadiku berdebar sekali lagi, mengingat pesona memikat dari Izumi yang tertidur yang kulihat sebelumnya.


Ketika aku bertanya padanya, "Kondisimu sudah baikan?" dia menjawab, "Ya, batukku sudah berhenti, dan kupikir aku akan bisa pergi ke sekolah besok."


Melihat penampilan lembut Izumi yang biasa, aku merasakan sakit di dadaku lagi.


---Gawat. Aku merasa dia sangat manis.


Aku segera memalingkan wajahku dari Izumi, mengeluarkan minuman bernutrisi yang kusimpan di kulkas, dan menyerahkannya pada Izumi.


"Ini dari Yuriko. Aku mampir ke toko obat dalam perjalanan pulang. Dia berkata, 'Cepat sembuh,'"


"Terima kasih," kata Izumi, menerimanya dengan penuh kelembutan.


"Katakan padanya terima kasih," kata Izumi.


"Ya. Mengerti."


Jawabku cepat, berusaha untuk tidak terlalu melihat wajah Izumi, dan berdiri di dapur untuk memasak makan malam. Ibuku dan aku baik-baik saja dengan bubur sekarang. Kalau aku membuat menu khusus hanya untuknya, aku akan kembali sadar akan dirinya.


"Ada apa? Tingkahmu agak aneh lho."


Izumi berdiri di sampingku dan memiringkan kepalanya seolah ingin melihat wajahku.


"Mungkinkah kamu masuk angin?"


"Jangan khawatir, bukan seperti itu!"


Dia semakin memiringkan kepalanya saat aku berkata dengan tegas.


"B-Begitukah? Sukurlah kalau begitu......Oh, mau aku membantumu memasak makan malam?"


"Tidak apa-apa. Duduk saja. Kamu baru saja baikan."


Aku berkata begitu, dan mengirim Izumi kembali ke ruang keluarga.


Ketika aku sendirian di dapur, aku merasa lega sesaat. Mencuci tangan dengan air dingin sepertinya menyejukkan hatiku yang terbakar, dan akhirnya aku mulai merasa tenang.


Tapi, apa sebenarnya perasaan panas dan menyesakkan yang kurasakan tadi ya.


Akhir Bab 4

Post a Comment for "Chikasugiru Karera no, Juunanasai no Tooi Kankei [LN] V1 Chapter 4.5"