Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V3 Chapter 3

Bab 3 - Tidak Mungkin Pacarku Se-siscon Ini




Sebelum aku menyadarinya, matahari telah terbenam di luar jendela dan pemandangan malam berkilauan.


Tapi, ini bukan lagi suasana di mana aku bisa menikmati suasana manis bersama pacarku.


Ruang keluarga menjadi sunyi seolah-olah badai telah berlalu, hanya karena Aria-san telah pergi.


Seolah-olah bintang utama pesta telah pulang. 


"Kamu bisa seheboh itu saat bersama kakakmu ya, Yoruka."


"Kalau kakakku sendiri saling bersentuhan dengan pacarku dalam keadaan yang hampir telanjang, aku harus menghentikannya, bukan? Atau haruskah aku membiarkannya saja?"


Yoruka bertanya dengan suara dingin yang biasanya.


Ah, dia benar-benar marah. Perasaan cemberutnya ini mengingatkanku pada Yoruka sebelum kami mulai pacaran.


Kalau dipikir-pikir, aku jatuh cinta pada Yoruka yang dulunya tidak bersahabat, jadi aku merasa nostalgia sekarang.


"Kami tidak saling bersentuhan, dia mendorongku ke bawah! Dari lubuk hatiku yang terdalam, aku tidak akan mengharapkan situasi di mana keadaan kita jadi memburuk."


"Sepertinya akal sehatmu masih ada."


"Entah apa jadinya kalau aku mengikuti instingku," aku menertawakan itu sebagai hal yang tidak mungkin.


"---Aku tidak akan memaafkan siapa pun yang meletakkan tangan mereka ke Onee-chan."


Matanya serius.


Namun hanya bibirnya yang tersenyum.


Bahkan ketika ada gadis lain yang menyatakan persaan mereka padaku, dia tidak pernah sedingin dan semarah ini. Kebalikan dari ledakan emosi impulsifnya yang biasa.


Aku melihat sekilas sisi Yoruka yang baru bagiku.


Sepertinya, kakak perempuannya, Arisaka Aria, cukup istimewa baginya.


"Sekarang, Kisumi, jawab aku. Kenapa Onee-chan begitu akrab denganmu?"


Yoruka menatapku dengan sikap dingin, seakan-akan dia sedang menginterogasiku.


"......A-Apa yang tadi kamu katakan? Bisa ulangi sekali lagi?"


Apa aku salah dengar? Aku merasa kalau pertanyaan Yoruka agak melenceng. 


"Kisumi, apa kamu tidak ingin menjawabnya? Atau adakah rahasia antara kamu dan Onee-chan yang tidak bisa kamu ceritakan padaku? Yang mana?"


Yoruka memiringkan kepalanya.


Rambut panjangnya jatuh menutupi wajahnya, setengah menyembunyikan ekspresinya.


Jika ini adalah film atau semacamnya, aku akan dibunuh kalau aku menjawab salah.


"Tunggu sebentar. Yoruka, kamu tidak mencurigai aku dan Aria-san berselingkuh, bukan?"


"Hah?"


Maafkan aku, tolong jangan menatapku seperti itu.


"Tidak mungkin Kisumi akan selingkuh, kan. Atau, mungkinkah karena Onee-chan itu cantik, jadi......"


"Tidak akan! Jelas tidak! Sama sekali tidak!"


"Ya, itulah satu-satunya hal yang tidak kukhawatirkan."


Aku segera menyangkalnya, dan Yoruka mengangguk.


Aku sangat senang atas kepercayaan itu.


"Selain itu, aku tidak berpikir kalau Onee-chan itu akan memperlakukan Kisumi seperti seorang pria."


Mungkin aku seharusnya memberikan balasan, tapi sejujurnya aku juga setuju.


Orang itu berasal dari dunia lain. Bintang paling terang di langit. Seorang superstar yang jarang kau temui.


Pasangan yang bisa memenuhi harapan Aria-san akan menjadi manusia super dengan spesifikasi yang sangat tinggi.


Orang biasa sepertiku sudah tidak mungkin sejak awal.


Fakta bahwa Aria-san tidak terburu-buru, meskipun dia baru saja terbangun dan hampir telanjang, juga merupakan bukti bahwa dia tidak memikirkan apa pun tentangku.


"Um, jadi kalau kamu tidak mencurigaiku selingkuh, kenapa begitu marah?"


Meskipun aku lega karena dia tidak mencurigaiku selingkuh, aku tidak tahu kenapa Yoruka begitu marah.


Aku mendengarkan dengan seksama dan menunggu Yoruka berbicara.


"Yang kutanyakan itu kenapa Onee-chan menyukaimu, Kisumi."

Tln : suka disini bukan suka ke lawan jenis atau semacamnya yak


Ekspresi marah Yoruka tanpa sadar membuatku mundur.


"......Eh, yang itu?"


"Kenapa kamu malah begitu terkejut, Kisumi."


Suasana hatinya semakin memburuk karena tidak menyukai reaksiku.


"Apa dia menyukaiku? Aria-san?


"Ya. dilihat darimanapun, memang begitu."


Pacarku diam-diam menekanku.


"Kalau kamu marah karena aku terlalu menempel pada Aria-san, sejujurnya aku bisa mengerti. Aku pasti tidak akan suka kalau pacarku juga menempel dengan orang lain."


"Itu sudah jelas. Kisumi, kamu tidak sedang berpura-pura bodoh, kan?"


Ehh, apa ada yang salah dengan reaksiku?


Karena Yoruka begitu teguh membuatku bertanya-tanya, apa aku salah paham.


"Yoruka, biarkan aku meluruskan hal ini. Ini pertanyaan serius. Oke?"


"Mau bagaimana lagi."


Menanggapi reaksiku yang buruk, Yoruka dengan enggan menyetujuinya.


"Yoruka, kamu tidak menyukai cara kakakmu yang akrab denganku, bukan? Dan terlihat seperti teman yang dekat."


Aku meremas kata-kataku.


"Itulah yang kukatakan sejak awal."


"Baiklah. Itu berarti Yoruka cemburu padaku."


"Jangan menunjukkan setiap hal yang kamu pikirkan. Apa kamu sedang menyindir?"


"Eh......"


Aku tidak punya pilihan selain kehilangan kekuatanku pada sikap ke-siscon-an Yoruka yang naik dengan pesat.


Singkatnya, dia tidak menyukai kalau kakak perempuan tercintanya memperhatikan orang lain selain dirinya sendiri.


Cintanya pada kakaknya terlalu kuat.


Bukankah ini sangat langka bagi seorang siswa SMA untuk memiliki perasaan yang murni dan polos seperti itu terhadap kakaknya. Ini mengingatkanku pada keterusterangan adik perempuanku.




"Pokoknya, aku tidak mengizinkanmu akrab dengan Onee-chan!"




Yoruka-san menunjuk jarinya ke arahku dengan tegas.


"......Aku tidak pernah berpikir akan melihat hari di mana Yoruka akan cemburu padaku."


Pacarku tidak senang bahwa aku dekat dengan kakak perempuannya.


Aku bingung dalam arti yang berbeda dari ketika Aria-san menunggangiku sebelumnya.


Mau sejauh mana kakak-beradik yang cantik ini ingin mempermainkanku?


"Soalnya, aku kesal kalau Onee-chan dan Kisumi begitu dekat! Memangnya tidak boleh!?"


"Tidak boleh katamu, aku hanya tidak mengerti."


"Ini kesempatan yang bagus, aku akan menjelaskan betapa istimewanya Onee-chan."


Aku disuruh duduk di sofa.


Mata Yoruka berbinar-binar saat ia berbicara dengan penuh semangat tentang kakaknya sambil tetap berdiri.


"Onee-chan itu orang yang kukagumi dan yang menjadi tujuanku! Aku selalu ingin menjadi seperti dia, dan aku mencoba menirunya dalam segala hal. Dia selalu yang terbaik, dia cantik, dia orang yang luar biasa yang bisa melakukan segalanya dengan mudah. Dia sempurna dan tidak ada yang tidak dia kuasai."


Pujian tiba-tiba mengalir deras. Sungguh mengagumkan dia bisa begitu mengagumi kakak perempuan tanpa malu-malu.


"Bukannya tadi kamu memperingatkannya sebelumnya saat dia hanya memakai pakaian dalam?"


"Onee-chan selalu mengeluarkan seluruh kemampuannya, dan ketika dia kehabisan energi, dia akan macet seperti baterai yang mati. Itulah sebabnya orang-orang di sekitarnya harus mem-follow up-nya."


Inilah yang itu, pola di mana kekurangan orang yang kau sukai juga terlihat sebagai sesuatu yang manis.


Ini sama dengan yang kurasakan terhadap Yoruka.


"Jadi, kamu suka mengurus Onee-san itu, termasuk memperingatkannya? Bukankah itu sulit?"


"Aku suka melakukan pekerjaan rumah tangga, jadi aku lebih senang melakukannya sendiri."


"Kam terlalu mencurahkan perhatian padanya!"


"Aku hanya suka menjaga kebersihan."


Yoruka tidak terusik.


Aku melihat-lihat ruang keluarga yang besar, yang bahkan memiliki grand piano seperti di ruang musik sekolah. Di mana-mana bersih. Ada beberapa kamar, tapi aku terkejut bahwa Yoruka menjaga kebersihannya sendirian.


"Bagaimana kamu bisa begitu puas diri dalam menjaga kakakmu yang merosot itu." 


"Hei, aku tidak menerima kritik terhadap Onee-chan."


Ucapan ceroboh apa pun segera dikecam. Polisi Onee-chan ada di sini. 


"Uhh, lalu, secara konkret, apa yang begitu hebat tentang Aria-san?"


"Kamu tidak memahami itu?"


Dia menatapku dengan wajah yang seolah mengatakan 'yang benar saja'.


"Sejujurnya aku tidak tahu apa perbedaannya, kecuali bahwa dia lahir sebelum kamu. Kenapa kamu begitu mengaguminya?"


Dari sudut pandangku, mereka berdua adalah kakak beradik yang cantik dan luar biasa. Aku tidak bisa melihat perbedaan apa pun di antara mereka kecuali bahwa mereka memiliki kepribadian yang berlawanan.


"Ketika aku masih kecil, aku cukup cengeng karena orang tua kami pergi bekerja, jadi satu-satunya orang yang memanjakanku adalah Onee-chan. Aku sering menangis karena hal-hal sepele, dan setiap kali aku menangis, dia akan memelukku dan menghiburku. Aku benci berada jauh dari Onee-chan, jadi kami selalu bersama pada masa itu."


"Kamu sudah jadi anak kakakmu sejak masih kecil ya."

Tln : kayak istilah anak mamah yang manja sama ibunya, tapi ini sama kakaknya


Yoruka mengangguk, sambil malu-malu.


"Ketika aku naik ke sekolah dasar, Onee-chan adalah orang yang sangat menonjol, jadi bahkan angkatan bawah pun mendengar banyak hal tentangnya. Setiap kali mereka mengatakan padaku betapa hebatnya dia, aku merasa seperti dipuji juga, jadi aku senang. Saat itulah aku mulai berpikir kalau aku ingin menjadi seperti Onee-chan."


Bukanlah hal yang langka bagi seorang adik untuk meniru kakak mereka.


Dalam keluarga Arisaka, khususnya, kakak beradik ini menghabiskan banyak waktu bersama-sama, jadi wajar kalau Aria-san menjadi panutan terbaik bagi Yoruka. 


"Aku mencoba meniru semua yang dilakukan Onee-chan. Di tahun seniorku, aku bahkan mengajukan diriku sendiri di komite dan hal-hal seperti itu."


"Aku tidak bisa membayangkan hal seperti itu dengan Yoruka yang sekarang."


Aku juga berpikir begitu, kata Yoruka tersenyum pahit.


"Lalu, aku masuk ke SMP yang sama dengan Onee-chan, dan legenda Onee-chan masih tertinggal meski dia sudah lulus. Dia adalah apa yang disebut sebagai siswa teladan yang membuat para guru tidak tahu harus berbuat apa? Yah, dia populer karena dia adalah gadis terbaik di angkatannya dan cantik, dan dia juga sangat dinamis, jadi dia selalu menonjol di acara-acara sekolah dan selalu menjadi pusat pembicaraan selama tiga tahun di SMP."


"Oh, aku bisa membayangkannya. Rasanya seperti, sisi anak bermasalahnya juga Aria-san sekali."


"Lucu sekali bahwa kamu tidak memahami Onee-chan. Dasar kalian orang biasa."


Yoruka begitu ekstrem ketika berhubungan dengan kakaknya, seolah dia telah berubah jadi orang yang berbeda.


"Kalau begitu, Yoruka mendapat banyak perhatian karena menjadi adiknya, bukan?"


"Ya. Aku merasa aneh bahwa semua orang di sekitarku sepertinya mengenalku secara sepihak. Aku jadi merasa seperti, 'Jangan pedulikan aku, puji saja Onee-chan'."


Yoruka saat SMP telah menunjukkan sekilas tentang sikap ketidaksukaanya terhadap orang-orang, tapi yang bersangkutan sepertinya tidak menyadarinya.


"Nah, itu pasti berat berada di bawah tekanan."


"Sebaliknya, aku menyadari bahwa ini adalah misiku untuk menjaga legenda Onee-chan tetap hidup."


"Kamu terlalu memuja kakakmu!"


Apa kau seorang misionaris?


"Bagiku, Onee-chan itu seperti dewa."


"Meski, seorang dewa yang berkeliaran di sekitar ruang keluarga dengan pakaian dalamnya, statusnya itu agak rendah."


"Benar. Karena itu, hanya aku yang boleh melihat sisi tidak pantas Onee-chan. Tapi kamu malah seenaknya melihatnya, Kisumi."


Cih, katanya, mengeklik lidahnya.


Apa kemarahan itu akibat dari keinginannya untuk memonopoli kakaknya? Seberapa besar siscon-nya sih.


"Jadi, apa yang terjadi di SMP?"


Aku mendesaknya sebelum kemarahannya berkobar lagi.


"Pada akhirnya, itu adalah hari-hari yang membuatku merasakan frustasi karena perbedaan antara aku dan Onee-chan. Semakin aku mencoba menirunya, semakin banyak siswa senior dan guru yang mengenalnya berkata 'Dia sangat biasa ya'. Itu sangat menjengkelkan!"


"Kupikir itu lebih seperti pujian......"


Entah kenapa aku berpikir begitu. Aku merasa bahwa Yoruka lebih dihargai sebagai siswa teladan yang dapat menangani segala sesuatunya dengan lancar tanpa membuat segala sesuatunya menjadi lebih sulit dari yang seharusnya.


"Mananya!!"


Tapi, yang bersangkutan sepertinya tidak puas dengan hal itu.


Intensitas asumsinya mungkin disebabkan oleh dirinya yang masih muda, tapi sungguh mengagumkan, bahwa dia masih bisa berbicara tentang kakak perempuannya dengan cara yang begitu mengidealkannya dan penuh semangat.


"......Tapi, aku juga berpikir hal yang sama tentang diriku sendiri. Dibandingkan dengan Onee-chan, aku tentu saja tidak sebaik dia."


"Kamu terlalu meremehkan dirimu sendiri, Yoruka. Kalau dibandingkan dengan Aria-san, tidak ada yang bisa mengalahkannya."


"Aku akhirnya menyadari, ketika aku berada di kelas dua SMP. Bahwa semakin aku bercita-cita untuk menjadi hebat, semakin aku membenci betapa jauhnya aku dari itu."


Aku akhirnya mendapatkan petunjuk tentang hubungan dengan Yoruka yang sekarang.


"Butuh waktu yang lama, ya."


"Onee-chan sudah memperingatkanku berkali-kali untuk tidak menirunya lagi."


"Dia marah padamu, tapi kamu tidak bisa berhenti, ya."


Aku menunjukkan hal itu dengan intuisiku.


"Habisnya, aku tidak tahu apa yang harus dilakukan jika aku kehilangan tujuanku......"


Ketika orang kehilangan pandangan terhadap tujuan mereka, mereka menjadi bimbang.


Khususnya dalam kasus Yoruka, pasti sangat mengejutkan, karena seseorang yang dikaguminya secara langsung mengatakan bahwa dia tidak boleh seperti itu terus.


"Yoruka juga kikuk. Kamu mungkin jadi keras kepala dan kakakmu jadi lebih marah lagi."


"Ya. Setiap kali aku meminta nasihatnya, dia memperingatkanku."


"Apa yang terjadi pada akhirnya?"


"Dia sangat sibuk di SMA-nya dan semakin sedikit waktu untuk berbicara denganku, jadi jarang sekali aku mengeluh padanya tentang hal itu. Aku bertanya kepadanya kenapa dia tidak menghabiskan lebih banyak waktu denganku."


"Itu adalah kalimat yang sangat siscon, ya. Lalu, apa yang dia katakan?"


"'Waktu yang dihabiskan dengan pacar itu berharga, jadi mau bagaimana lagi, kan' katanya."


"Eh? Aria-san punya pacar?"


Yang ini juga cukup mengejutkan. Siapakah manusia yang bisa memenuhi standar orang itu?


"Kan!? Aku sangat terkejut sampai-sampai aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya tidak peduli lagi."


"Jadi kamu terluka karena kakakmu yang selalu memanjakanmu memilih pria lain daripada dirimu."


Memprioritaskan kekasih daripada keluarga. Ini sangat khas remaja.


"K-Kisumi juga, pasti akan sedih kalau Ei-chan tiba-tiba membawa pacarnya saat dia sudah SMA."


"Tidak mungkin......!"


Membayangkan hal itu, tanpa sadar wajahku tertunduk.


"Memang benar, aku mungkin merasa sedikit gundah."


"Kan! Ini seperti, meskipun kalian adalah keluarga, ada bagian darinya yang tidak kau ketahui, dan imajinasimu hanya membuatmu berputar-putar."


Yoruka sepertinya masih belum melupakan kegalauan yang dirasakannya pada saat itu.


"Saat aku tiba-tiba dihadapkan pada sisi lain dari Onee-chan yang sangat kukagumi dan idealisasikan, dan aku jadi membenci semuanya."


"Terlebih, pasangannya itu agak istimewa atau harus kubilang rumit......" kata Yoruka tiba-tiba.


"Hm, apakah itu sesuatu yang tidak boleh diselidiki terlalu banyak?"


Aku jadi sedikit penasaran.


"Pokoknya! Teman-teman sekelas yang langsung berbicara denganku dengan ringan membuatku tertekan, dan aku benci dengan orang-orang yang melihatku seenaknya. Aku akhirnya menyadari bahwa kontak dengan orang-oranglah yang menyebabkanku stres sejak awal."


Dia mungkin berpikir bahwa itu adalah penemuan yang hebat.


Dengan begitu, lahirlah Arisaka Yoruka yang kukenal, yang tidak mempercayai orang lain.


"Jadi, karena itulah kamu mulai menghindari komunikasi bahkan di SMA?"


"Ya, sampai 'seseorang' mulai terus-menerus mengunjungi ruang persiapan seni."


Yoruka dan aku saling memandang dan kami tertawa.




"Yoruka, kenapa kamu tidak duduk sekarang? Apa kamu tidak lelah terus berdiri sambil menjelaskan?" 


"Kau tidak bisa membiasakan diri dengan musuh. Skenario terburuknya, aku harus menendang Kisumi ke jurang."


Uwah, kau terlihat begitu serius. Kau masih saja melihatku sebagai musuh.


"Seberapa hebatnya Aria-san?"


"Itu, aku juga tidak suka kalau kamu memanggilnya Aria-san dengan begitu santai." 


Dia ini juga sangat rewel tentang bagaimana caraku memanggil kakaknya.


"Kalau begitu, aku tidak akan menjelaskan hubunganku dengan kakakmu kecuali kamu duduk di sampingku."


"Itu curang!"


"Ah, aku tidak bisa berbicara denganmu kalau kamu tidak duduk di dekatku."


Aku menepuk-nepuk sofa dan mempersilakan Yoruka untuk duduk.


Sambil memperhatikan ke arah koridor, Yoruka duduk di sampingku.


Seketika, aku dengan cepat memeluk bahu Yoruka, seolah tidak akan membiarkan mangsa yang terperangkap melarikan diri.


"H-Hei. Kita di rumahku sekarang!"


Yoruka yang mengkhawatirkan kehadiran kakaknya mati-matian menekan suaranya. 


"Jika ingin membicarakan rahasia, akan lebih mudah untuk berbicara dalam jarak dekat."


"Sudah kubilang berbahaya di sini. Kita juga tidak tahu kapan Onee-chan akan kembali."


"Kalau begitu, haruskah kita pindah ke kamar Yoruka?"


"Kalau itu......"


"Aku tidak keberatan, lho."


"Kisumi mesum."


"Kita hanya akan berbicara."


"......Apa akan berakhir hanya dengan itu?"

Tln : keterusan si, pastinya bakalan keterusan


Yoruka bertanya dengan tatapan menengadah.


Yoruka yang tadinya gelisah berhenti melawan.


"Aku sudah mengatakannya berkali-kali dan tidak akan pernah berubah, satu-satunya gadis yang paling kucintai di dunia ini adalah Arisaka Yoruka. Mustahil hatiku berpindah pada orang lain selain Yoruka."


"Ya, terima kasih. Kisumi."


Yoruka melepaskan kebingungan dan ketegangannya dan mendapatkan kembali ketenangannya yang biasa.


"Tapi, kamu tidak mengatakan kalau kamu mengenal Onee-chan. Jelaskan dengan rinci. Tergantung situasinya, itu tidak akan berakhir dengan damai."


Ekspresinya tetap tersenyum. Dia meminta penjelasan dariku lagi dengan suara yang membuatku merinding.


Baca novel ini hanya di Gahara Novel


Kepada si adik perempuan yang sangat siscon yang kubuat marah, aku mengatakan kebenarannya.


"Sebelum Golden Week, kita semua pergi ke karaoke bersama, kan. Dalam perjalanan pulang dari sana, apa kamu ingat aku menjelaskan tentang Nisshu Juku di depan stasiun?"


"Ya. Berkat pengajar yang andal, kamu lulus Eisei."


"Pengajar itu adalah Aria-san. Aku juga baru ingat itu."


"Kamu menyadarinya saat kamu menjelaskannya padaku, kan. Karena kami sama-sama Arisaka."


"Kamu benar sekali. Tapi, hal itu begitu traumatis sehingga otakku telah menghapus semua kenangan tentangnya, termasuk keberadaannya."


"Itu adalah kemewahan bisa diajari Onee-chan."


"Kamu tahu, periode ujian hanyalah hari-hari yang penuh dengan belajar. Jika aku fokus pada hal lain, aku tidak akan diterima di Eisei."


Aku mengatakannya dengan sedikit penekanan.


Sayangnya, aku bukan tipe orang yang bisa belajar dengan baik jika dibiarkan sendiri. Jika aku tidak bekerja keras, nilaiku tidak akan meningkat, dan selama tujuanku jauh lebih tinggi dari kemampuanku, aku harus bekerja dengan sangat keras.


"Hei, kenapa kamu mendaftar ke Eisei, Kisumi?"


"Karena dekat."


"Rasanya kamu berbohong."


"Aku serius. Bagaimanapun, aku akan pulang pergi sekolah selama tiga tahun, jadi lebih mudah kalau dekat, kan. Lalu, dibawah bimbingan spartan Aria-san, entah bagaimana aku berhasil lulus ujian. Saat itu, aku berjuang untuk memenuhi tuntutan Aria-san yang tidak masuk akal setiap hari, dan aku tidak benar-benar memiliki kenangan yang menyenangkan."


"Hee......tapi, kamu memanggilnya dengan nama belakannya meskipun kalian adalah seorang pengajar dan seorang siswa. Onee-chan juga memanggilmu 'Sumi-kun', yang terdengar kalian sangat akrab."


Menakutkan. Yoruka-san, kamu benar-benar menakutkan.


Aku bisa merasakan api kecemburuan berkobar. 


"Kamu pasti sudah mengenal kakakmu dengan baik, kan. Orang itu, dia sangat blak-blakan dengan semua orang. Aria-san dan aku murni hanya pengajar dan siswa."


"Tapi apakah suatu kebetulan bahwa kakak perempuan pacarmu adalah seorang pengajar di sebuah bimbingan belajar yang kamu hadiri?"


Yoruka masih belum terpuaskan.


"Kesan yang kumiliki tentang Arisaka Aria saat itu terlalu berbeda. Arisaka Aria yang kutahu tidak secantik itu."


"Onee-chan selalu cantik."


Yoruka sangat keberatan.


Yoruka yang marah terlihat seperti seorang gadis kecil, meskipun dia seangkatan denganku.


"Aku bukanlah keberadaan yang berbahaya bagi kakak tercintamu, jadi tenang saja."


Yoruka tidak menolak saat aku menyentuh rambutnya dengan lembut.


Setelah melakukannya selama beberapa saat, pacarku tiba-tiba menggumamkan sesuatu yang lucu.


"......Entah kenapa, rasanya aku kesal karena Onee-chan yang lebih dulu mengenalmu."


"Baru sekarang. Biasanya reaksi itu yang lebih dulu muncul."


"Terserah aku, kan! Kalian berdua adalah orang yang berharga, kamu tahu?"


Yoruka dengan ringan memukulku seolah dia melampiaskan kemarahannya padaku.


"Jangan memukulku. Itu sakit," Kataku memegang pergelangan tangan Yoruka.


"Kisumi, lepaskan aku."


"Tidak mau."


"Kenapa?"


"Karena aku ingin menjadi nomor satunya Yoruka."


Aku menarik tubuhku ke arahnya.


"Kamu sudah menjadi nomor satu, kok."


"Aku ingin lebih merasakannya."


Aku mendekat ke arah Yoruka, jadi aku bisa menatap wajahnya.


"Apa yang akan kamu lakukan?"


"Kadang-kadang, aku ingin memastikannya selain dengan sekadar kata-kata."


Aku menggeser tanganku dari memegang pergelangan tangannya dan menggenggam tangannya, menjalinkan jari-jari kami.


"Itu memalukan."


"Kalau begitu, tutup matamu."


Aku dengan lembut meletakkan tanganku yang lain di pinggang ramping Yoruka yang kaku.


"Itu geli."


"Santai saja."


Yoruka dengan patuh mengikuti dan bersandar ke belakang, dadanya perlahan-lahan bergerak naik dan turun seiring dengan napasnya.


"......Aku tidak begitu tahu tentang ini, ini pertama kalinya bagiku."


"Aku juga."


"Yang lembut, ya."


"Ya."


Setelah mengatakan itu, Yoruka menutup matanya.


Berbeda dengan mimpi yang kualami pagi ini. Kehangatan sentuhan Yoruka benar-benar terasa.


Aku mencoba menutup jarak di antara kami---


"Dasar canggung. Cepatlah dan berciuman."



Menyelinap melihat melalui pintu, Aria-san menatapku dengan sangat tajam.


Dia mengamati interaksi kami dengan seksama dengan napas terengah-engah, ada kilau penasaran di matanya.


Maksudku, seseorang dengan aura seperti itu akan menonjol meskipun dia berusaha bersembunyi.


"Aria-san!"


"Iyah---aku tidak sabar untuk melihat kalian di saat-saat pertama kalian. Tanpa sadar suaraku bocor."


"O-Onee-chan! Sejak kapan ada di situ?"


Yoruka juga panik dan menjauhkan diri dariku.


"Sejak 'Kisumi, lepaskan aku'"


"Dari situ!?"


Dia menyaksikan seluruh percakapan kami, dari saat sebelum akan berciuman sampai saat ini. Sungguh memalukan.


Juga, jangan mengatakannya dengan meniru Yoruka. Kalian ini terlalu mirip.


"Dasar, kamu terlalu lama! Biarkan saja mengalir dan cium bibirnya. Kamu terlalu banyak berpikir!"


"Kenapa aku harus dikomplain oleh orang yang menggangguku......"


Aku agak tidak puas.


Kecuali jika itu adalah saat upacara pernikahan, apakah momen ketika saudaramu berciuman adalah sesuatu yang ingin kau saksikan? Atau apakah tidak apa-apa untuk melihatnya karena kalian sudah membicarakannya dalam girl-talk kalian atau semacamnya?


Tidak, sepertinya tidak, dilihat dari wajah Yoruka yang penuh keputusasaan. 


"Mau bagaimana lagi. Silakan, jangan pedulikan aku, One More Try! Kali ini aku hanya akan diam dan melihat kalian."


"Jangan melihatnya!"


Yoruka akhirnya tersentak.


"Aw---kamu bisa begitu jujur dan egois di depan pacarmu, ya."


Aria-san muncul dengan celana pendek denim dan kamisol, pakaian yang minim.


"Onee-chan, kamu itu berada di depan seorang laki-laki, jadi pilihlah sesuatu yang tidak terlalu terbuka." 


"Lebih baik daripada negligee, kan?"

Tln : negligee, semacam pakaian rumah untuk wanita


"Kalau itu jelas tidak boleh!"




Aria-san mengatakan bahwa dia lapar dan kami pindah dari ruang keluarga ke ruang makan.


Meja persegi panjangnya besar, meskipun faktanya hanya dua orang yang tinggal di sini. Ada juga banyak kursi, jadi sepertinya pesta kecil bisa dengan mudah diadakan di sini. 


"......Tidak, kenapa kamu datang ke sisiku?"


"Eh, lebih mudah berbicara kalau begini, kan."


Ketika aku duduk di kursi, Aria-san datang ke kursi di sebelah kanan kursiku.


Terlebih, kursinya ditempatkan pada jarak yang sangat dekat, sampai-sampai bahu kami hampir bersentuhan.


"Onee-chan, jaga jarakmu dengan Kisumi."


Yoruka yang kembali membawa minuman, roti, buah, ham dan makanan lain yang mudah dimakan dari dapur, merasa tidak puas dengan posisi tempat duduknya.


"Aku juga mengajarimu tepat di sebelahmu seperti ini ketika jam tambahan, kan."


Aria-san tidak berniat untuk bergerak sama sekali sejak awal.


Yoruka lalu duduk di sisi yang berlawanan dengan kakaknya.


"Dua bunga di masing-masing tangan ya, sejak kapan kamu jadi pria yang nakal yang bermain dengan kakak beradik seperti ini, Sumi-kun."


"Kisumi. Menjauhlah sejauh mungkin dari Onee-chan."


"Apakah itu berarti ia harus memeluk Yoru-chan? Kamu sangat agresif, ya."


"Bukan itu yang kumaksud!!"


Si kakak yang jahil, si adik yang dijahili.


Ada dua bersaudara yang cantik di kedua sisiku, dan ini adalah situasi yang sempurna bagi seorang pria.


Aku ingin menikmatinya, tapi salah satu dari mereka adalah raja iblis yang menakutkan dalam bentuk seorang wanita cantik.


"Ini, Sumi-kun. Kupas untukku," katanya, sambil menyerahkan apel merah cerah dan pisau buah.


"Tolong lakukan sendiri."


"Aku suka kalau orang melakukannya untukku. Tolong."


"Onee-chan! Aku yang akan melakukannya."


Si adik yang siscon mengambil inisiatif dan mulai mengupas apel. Tangannya sudah terbiasa, dan dia dengan cepat mengupas kulit apel itu.


Akhirnya aku mengajukan pertanyaan yang selama ini ingin kutanyakan di sini.


"Maksudku, Sang raja iblis terlihat sangat berbeda. Apa-apaan transformasi besar ini? Apakah kamu dulu memakai penyamaran atau semacamnya?"


Kesan luarnya sama berbedanya dengan bentuk kedua dari bos terakhir. 


Ke mana pengajar yang biasa-biasa saja itu menghilang?


Pada saat itu, aku bahkan tidak menyadari bahwa di balik maskernya, dia menyembunyikan kecantikan yang tidak kalah cantiknya dengan Yoruka.


"Ketika aku masih menjadi guru les, aku hanya mengenakan pakaian biasa, tapi sebagai mahasiswa, kau tidak memiliki seragam lagi, bukan? Itu melelahkan untuk memilih pakaian yang berbeda setiap hari. Dan aku tidak perlu khawatir tentang penampilanku karena aku hanya akan tinggal di lab dan melakukan eksperimen sepanjang waktu. Make-up juga merepotkan, jadi kupikir aku bisa menyembunyikan wajahku dengan masker dan kacamata." 


"Bukan saja ini alasan yang sangat acak, tapi juga terlalu kasar."


Tidak peduli betapa cantiknya dia terlihat di luar, dia tetaplah guru les yang kukenal di dalam.


"Sumi-kun sendiri, Yoru-chan memiliki wajah cantik yang mirip denganku. Normalnya akan jelas kalau dia adalah adikku."


"Aku begitu sibuk menyelesaikan buku-buku latihan jadi aku tidak punya waktu untuk melihat wajah Aria-san."


"Yah, kalau kamu begitu terpikat padaku, tidak mungkin kau bisa masuk ke Eisei, bukan? Ketika kamu masuk bimbel, kamu tidak memiliki prospek, tapi kamu menetapkan tujuanmu sangat tinggi."


Aria-san menjilat selai yang ada di tangannya dengan lidahnya.


"Ah, itu membawa kembali trauma yang telah kulupakan. Tugas massal itu neraka, hanya dengan mengingatnya saja sudah membuatku......"


"Bahkan itu hampir tidak cukup untuk membuat Sumi-kun lulus, lho."


"Seriusan......?"


Dalam kehidupan Sena Kisumi, tidak pernah ada periode waktu ketika ia begitu berkonsentrasi pada studinya. Sejujurnya aku ingin dengan tulus memuji usahaku saat itu. Tapi, kalau itu hanya 'hampir', itu mungkin karena keterampilan mengajar Aria-san.


"Juga, kenapa kamu bekerja paruh waktu di dekat SMA, Aria-san? Kamu tinggal di rumah ini dan mungkin sibuk dengan tugas sekolahmu."


Melihat apartemen ini, sulit dipercaya bahwa Aria-san sedang membutuhkan uang.


"Tujuanku bekerja paruh waktu adalah untuk menghabiskan waktu sampai aku bertemu Shizuru-chan."


Kulit apel yang telah terkupas dari apelnya itu tercabik-cabik ketika bahu Yoruka bergerak dengan sentakan.


"Jadi aku disiksa untuk menghabiskan waktu?"


Seseorang seperti Arisaka Aria pasti akan disebut jenius. Dia tidak peduli dengan penampilannya dan polos dalam perkataan dan perbuatan. Tapi pikirannya luar biasa cepat, dia memahami situasi secara akurat dan memberikan instruksi yang tepat.


Dia segera memahami di mana aku tersandung pada suatu masalah, bagaimana menuntunku ke jalan tercepat untuk tumbuh, dan memberikan nasihat tentang cara melampaui batas. 


Yang sangat penting adalah bahwa dia sangat pandai mengendalikan motivasi.


Sering kali kami melakukan apa yang seharusnya menjadi percakapan santai, tapi sebelum aku menyadarinya, aku jadi terbawa.


Aku merasa bahwa kemauan dan kehendakku untuk melakukan sesuatu telah dimunculkan dalam diriku oleh pujian penuh dan provokasi yang indah. Kalau tidak, tidak mungkin aku bisa menyelesaikan tugas-tugas yang banyaknya tidak masuk akal itu hanya dengan semangatku sendiri.


Tanpa disadari, aku telah terpengaruh oleh bujukan Aria-san, dan aku mampu mendorong diriku melampaui batas kemampuanku dan berhasil lulus dari SMA Eisei, yang merupakan pilihan pertamaku.


Namun, aku menghabiskan seluruh waktuku belajar untuk ujian seperti kuda, dan aku kelelahan pada saat yang sama dengan pengumuman penerimaanku.


"Tidak apa-apa kan. Jika bukan karena Spartan, Sumi-kun tidak akan lulus."


"Jika mengatakan hasilnya baik-baik saja, maka kamu benar."


"Sudah sewajarnya, karena kamu percaya padaku. Dan sekarang kamu berpacaran dengan seorang gadis cantik, Yoru-chan. Dasar, orang yang beruntung ini."


Aria-san menusuk pipiku dengan jarinya.


"Sakit, itu menyengat hatiku, dan mencungkil pipiku."


"Kisumi dan Onee-chan terlalu dekat! Obrolan kalian terlalu santai!"


Pipi Yoruka menggembung seperti kue beras.


"Jangan salah paham. Apa yang dikatakan orang ini selalu beracun. Untuk baik atau buruknya, sebagai bayaran untuk pencapaian yang luar biasa, dia akan memaksaku untuk melalui banyak kesulitan. Jika aku tidak menyukai sesuatu, aku harus melampiaskannya di tempat atau aku akan mengalami gangguan mental! Ini jelas bukan karena aku dekat! Alasan sikap ramahku adalah untuk memastikan bahwa aku memiliki sedikit sopan santun di dalam diriku!"


Aku menjabarkan tidakan pencegahan berdasarkan pengalaman pribadi secepat yang kubisa.


Ada dua cara utama untuk tetap berhubungan dengan seorang jenius, seorang yang sangat berpengaruh.


Entah kau menjadi terpesona dan memuja mereka seperti yang dilakukan Yoruka, atau kau menjaga jarak tertentu dari mereka seperti yang kulakukan, sehingga kau tidak kehilangan pandangan terhadap dirimu sendiri.


"Agak menarik bagiku untuk mendengarkan Sumi-kun mengoceh."


"Lihat, yang bersangkutan juga tidak keberatan, jadi tidak ada masalah!" 


Makhluk hidup mencoba untuk beradaptasi dengan situasi agar tidak mati.


Aku secara spontan mulai mengatakan apa yang ingin kukatakan pada Aria-san agar stress ujianku tidak menumpuk banyak.


Menurutku, alasan aku mampu berusaha dan tidak menyerah sampai akhir, adalah karena aku mampu dengan jujur mengeluhkan kelemahan-kelemahanku, sambil mempercayai bimbingan Aria-san.


"Tapi kamu sangat ramah padanya."


"Paling-paling, kami seperti kakak perempuan yang pemaksa dan adik laki-laki yang nakal, jadi jangan khawatir tentang hal itu."


"Jangan seenaknya jadi keluarga Onee-chan!"


Pengandaianku gagal!


Tapi itu berhasil bagi sang kakak, yang untuk pertama kalinya melihat sikap adiknya di depan pacarnya.


"Yoru-chan sangat mencintai Sumi-kun, ya. Kamu begitu bergairah. Mungkinkah kalian selalu bermesraan di ruang persiapan seni setelah pulang sekolah?"


Aria-san menggodanya.


"Aku tidak akan memberitahumu!"


Yoruka, itu sudah seperti sebuah pengakuan.


Aria-san menyipitkan matanya dengan penuh arti dan menatapku.


"Adik perempuanku yang manis sedang jatuh cinta pada seorang pria. Aku sedikit terkejut. Apakah ini yang disebut usia pemberontakan?"


Huhuhu, Aria-san dengan sengaja menangis di sandaran tangan sofa.


"......Kamu payah dalam hal ini ya, Aria-san."


"Apa katamu, kau pencuri adik kecilku."


"Itu tidak masuk akal."


Sikap bersahabat terhadap mantan muridnya tampaknya hanya fatamorgana, dan dia tiba-tiba menjadi sangat tegas.


"Kamu berani bermesraan di depan dermawan yang mengirimimu foto baju renang Yoru-chan, ya. Palingan juga kamu tidak menghapusnya."


"Ugh. Dari semua orang, kamu mengangkat topik itu didepan yang bersangkutan?"


Ditembak tepat sasaran oleh Aria-san, aku kesal pada kekejamannya.


Selama Golden Week, keluarga Arisaka pergi ke pulau selatan dalam liburan ke luar negeri. Foto baju renang eksklusif Yoruka, yang dikirim oleh Aria-san, tersimpan dengan rapi di ponselku.


"Kisumi. Kamu belum menghapusnya?"


"Aria-san sendiri, bagaimana bisa kamu mengutak-atik ponsel adikmu tanpa izin? Terlebih, kamu repot-repot untuk mengirimkannya pada pacarnya, itu adalah pelanggaran privasi."


Aku mencoba mengalihkan target kemarahan Yoruka.


"Tidak apa-apa kan. Kamu senang dan aku juga bisa mengobrol dengan riang dengan Yoru-chan. Kita sama-sama untung, kan."


Aria-san mencoba menyimpulkannya seolah-olah itu adalah cerita yang indah.


"Aku tidak bersenang-senang! Aku marah sepanjang waktu, bukan?"


"Bahkan cacian adikku adalah berkah bagiku."


Omelan Yoruka juga sepertinya tidak banyak berpengaruh pada Aria-san.


Aria-san ya Aria-san, dan sepertinya dia juga sangat menyukai Yoruka.


Dasar kakak beradik yang sangat rumit.


"......Kamu bisa langsung mengirimnya padaku tanpa ragu aku bukan pacarnya, ya."


Aku mengajukan pertanyaan, memilih kata-kataku dengan hati-hati.


Bahkan jika itu tidak mungkin, kupikir Aria-san berbohong kepadaku.


"Kalau itu, nama Sumi-kun ada di bagian atas sendiri, jadi aku langsung tahu."


Aria-san membual seperti anak kecil yang bangga dengan kejahilannya.


Aku teringat kembali pada pesan yang dikirimkan padaku bersama dengan foto itu 'Berterima kasihlah, Kareshi-kun. DARI kakak perempuan Yoru-chan'. Dan aku jadi yakin.


"---Aria-san, kamu sudah tahu kalau aku adalah pacar Yoruka, kan."


Aku bertanya seperti seorang detektif yang sedang menginterogasi seorang kriminal yang tidak bisa dimaafkan.


"A-Apa yang kamu bicarakan?"


"Setidaknya kamu menyadarinya ketika kamu mengirim foto itu. Kalau tidak, kamu tidak akan mengirimnya."


Ketika aku mengatakan itu, mata Aria-san berenang.


"Kisumi. Apa maksudmu?"


Yoruka yang curiga dengan perubahan kakaknya meminta penjelasan dariku.


"Satu-satunya kontak yang tesimpan di ponsel Yoruka, selain keluargamu, adalah aku dan semua anak pertemuan Sena, kan?"


"Ya."


"Siapa yang paling sering berhubungan denganmu di antara mereka?"


"Kisumi, tentu saja."


"Untuk mengirim foto dan pesan, kau harus membuka chatroom kita. Jika dia melihat obrolan kita, dia akan tahu kalau kita berpacaran."


Mata Yoruka melebar dan dia bahkan lebih terkejut.


Yoruka tidak terbiasa bertukar pesan sampai dia mulai berpacaran denganku.


Selain itu, Sena Kisumi adalah nama yang tidak biasa, bahkan kecuali aku, aku belum pernah melihatnya sebelumnya.


Dengan kata lain, Aria-san menyadari dari awal bahwa pacar Yoruka adalah aku, mantan muridnya.


Dia tahu dan bertindak seolah-olah dia belum pernah mendengar tentangku sebelumnya.


Maksudku, normalnya itu memalukan kalau percakapan sepasang pacar dilihat oleh orang lain.


"Seperti yang diharapkan dari mantan muridku. Aku terkesan melihat betapa pintarnya dirimu daripada yang kukira."


Aria-san bertindak tidak peduli tentang hal itu sampai hari ini, mengetahui bahwa pacar Yoruka adalah Sena Kisumi.


"Kenapa kamu melakukan hal yang berputar-putar seperti itu?"


"Ini yang disebut pikiran seorang gadis yang rumit. Aku tidak berpikir kalau adikku jatuh cinta padamu."


"Orang yang peka seperti itu tidak akan mengirim foto seperti itu tanpa izin."


Kalau itu orang biasa, mereka akan memaafkan kenakalan Aria-san yang cantik.


Tapi Yoruka, yang memiliki hubungan darah dengannya, itu tidak mungkin.


"Ya, Onee-chan. Itu tidak bisa dipercaya."


Invasi jahat kakaknya terhadap privasinya, seperti yang diharapkan, disambut dengan suara tanpa emosi.


Saat dia buru-buru mencoba membuat suasana hati adiknya membaik, terlihat jelas bahwa Aria-san juga dengan tulus menyukai Yoruka. Sepertinya dia tidak ingin adiknya benar-benar membencinya.


Yoruka yang marah, masih akan memasak makan malam untuk kakaknya, jadi hari ini, aku juga memutuskan untuk pulang.


Aria-san mencoba dengan penuh antusias untuk menahanku, tapi Yoruka menolaknya.


Setelah mengantarku ke pintu masuk, Aria-san mengucapkan beberapa kata terakhir yang sangat bermakna bagiku.


"Kita mungkin akan bertemu lagi dalam waktu dekat, Sumi-kun."


"Itu benar-benar menakutkan, lho."


Dan benar saja, dugaanku tepat sasaran.