Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V3 Chapter 2



Chapter 2 - Arisaka Bersaudara




Aku pergi mengunjungi rumah pacarku---selain itu, tidak ada keluarganya di sana.


Hanya kami berdua di rumah seorang gadis.


"Jika tidak apa-apa denganmu, mau datang kerumahku? Umm, tidak ada seorang pun hari ini."


Kata-kata Yoruka terngiang-ngiang di otakku berulang-ulang.


Mau tak mau aku mengharapkan perkembangan menyilaukan yang mungkin menunggu di depan.


Ya, itu tidak terlalu buruk.


Bukan hanya ciuman pertama.


Bukankah ini kesempatan untuk sepenuhnya memasuki level berikutnya sebagai seorang pria?


Delusiku mengamuk dan terus berjalan, dan aku sudah menyelesaikan sebagian besar situasi yang tidak terjadi dalam pikiranku, dan sudah melewati klimaks kegembiraan dan sebaliknya, aku sudah tenang sekarang.


"Kisumi. Bukankah kamu jadi tidak banyak bicara sejak kita naik kereta?"


"Eh? Benarkah?"


"Apa kamu merasa tidak enak badan? Aku punya air, mau minum?"


"Aku akan menerimanya kalau begitu."


Aku menerima botol plastik dari Yoruka, menaruh mulutku di atasnya dan meminumnya dalam satu tegukan.


"Ah......"


Aku sudah menghabiskan airnya ketika Yoruka mengeluarkan suara kecil.


"Maaf. Aku meminum semuanya."


"Tidak, aku tidak keberatan kalau soal itu, tapi......"


"Tapi?"


"Ciuman tidak langsung."


Yoruka mengatakan itu dengan gugup.


Sambil terguncang di kursi kereta, kami menuju stasiun terdekat dengan rumah Yoruka.


Ini terlalu tidak realistis.


Masih akan lebih bisa dipercaya jika seseorang mengatakan padaku kalau ini adalah mimpi yang kualami setelah pingsan karena sengatan panas saat berkencan.


Begitulah perasaanku sekarang, seperti sedang melayang.


Selama kencan hari ini, aku sedang galau karena kami belum bisa berciuman.


Namun, dalam perjalanan pulang, kata-kata Yoruka tiba-tiba mengubah perkembangannya.


Apa yang harus kulakukan, aku belum siap sama sekali.


Aku ingin segera meminta saran dari teman sekelasku yang berpengalaman, Nanamura, lewat LINE.


Tapi tangan kananku menggenggam tangan Yoruka, jadi aku tidak bisa menggunakan ponselku dengan baik.


"Kamu gugup?"


Yoruka yang menyandarkan kepalanya di pundakku bertanya sambil menengadah.


Kenapa yang namanya kegugupan begitu mudah terlihat oleh orang lain, sih?


Selama Yoruka tahu kalau aku gugup, tidak keren untuk memaksakan diri bersikap keren.


"Sejujurnya, aku benar-benar gugup. Aku sangat senang karena tiba-tiba diberi kalimat yang ingin kudengar dari pacarku di akhir kencan."


"Karena itu? Kamu sepertinya masih punya banyak ruang untuk senang, meskipun kamu sedang gugup."


"Aku senang dan gugup. Ingin mendengar detak jantungku? Saking kerasnya, seperti sedang mengadakan festival musim panas, lho."


"Aku tidak begitu mengerti, tapi aku tahu kalau kamu baik-baik saja."


AC di dalam kereta bukan satu-satunya alasan kenapa tangan Yoruka terasa dingin saat dia tertawa.


"Yoruka, terima kasih sudah memberanikan diri untuk mengundangku. Aku beneran sangat senang. Aku sangat menikmati hari ini, jadi aku sangat enggan untuk pulang."


"Ya, aku merasakan hal yang sama, karena itulah aku mengundangmu."


Seolah-olah untuk menunjukkan kalau dia tidak ingin berpisah, Yoruka memberikan sedikit kekuatan pada tangannya yang menggenggam tanganku.


"......"


"Jangan tiba-tiba diam."


"Aka hanya sedang meresapi kebahagiaan ini. Yoruka juga bisa jadi agresif ya."


"Aku jadi penasaran caramu mengatakannya seperti ada makna tersembunyinya."


"Itu pujian. Yoruka yang pemalu mengatakan apa yang diinginkannya."


Si takane no hana yang sulit berkomunikasi dan tidak percaya pada orang lain ini sudah banyak berubah.


Jika hubungan cintaku dengan Yoruka membantunya untuk berubah, maka itu lebih dari cukup. 


"Sukurlah. Kupikir itu kurang pantas kalau seorang gadis yang mengatakannya terlebih dahulu.


"Tentu saja tidak. Sepasang kekasih selalu setara. Dan aku menyukaimu, Yoruka."


"Ya. Aku juga menyukaimu."


Yoruka yang menjawab dengan senyuman tidak terlalu gugup seperti sebelum kami berkencan. Dia sepertinya mampu mengatakan apa pun yang terlintas dalam pikirannya secara sangat alami.


"Diperlakukan dengan istimewa oleh Yoruka itu yang terbaik. Menyenangkan rasanya bisa diinginkan oleh gadis yang kusukai."


"Kita akan segera disibukkan dengan ujian akhir dan tidak akan bisa berkencan untuk sementara waktu, kan. Aku hanya ingin menghabiskan waktu sedikit lebih banyak bersamamu hari ini."


Aku senang hanya dengan dia berpikir seperti itu.


"Kalau itu Yoruka, kamu pasti bisa menyelesaikannya dengan mudah, bukan?"


"Aku khawatir tentangmu. Aku akan merasa bersalah kalau nilaimu turun karena aku."


Perhatiannya itu juga menawan.


"Ayo kita belajar bersama lagi sebelum ujian. Pada ujian tengah semester kita berkumpul dengan semua anggota pertemuan Sena, tapi kali ini hanya kita berdua. Jika diajari Yoruka, itu akan sama seperti diajari seratus orang."


Selama ujian tengah semester, sesi belajar besar diadakan di acara pertemuan Sena, sekelompok teman dekat.


Yoruka yang tidak tergoyahkan di peringkat pertama di angkatan kami sejak memasuki sekolah juga sangat pandai mengajar. Berkat dia, aku juga meningkatkan peringkat tesku secara signifikan.


"Kali ini, aku ingin melakukan sesi empat mata denganmu, hanya kita berdua."


"Kalau itu tidak mungkin. Mustahil. Tidak."


"Kenapa?"


Aku diundang ke rumahnya sekarang, tapi kenapa dia tidak mau belajar untuk ujian berdua denganku?


"......Aku tidak yakin aku bisa berkonsentrasi pada belajarnya jika hanya berdua denganmu."


Yoruka memalingkan kepalanya dan mengatakan itu.


Hei, apa pacarku ini makhluk yang lucu dari bintang kecil yang lucu? Bagaimana aku bisa melindungi keberadaan berharga ini selamanya?


Berlawanan dengan penampilan luarnya yang keren, Yoruka lumayan manja.


Sepertinya, Yoruka juga suka menyentuhku.


"Itu ada benarnya."


Ketika kami berdua saja di ruangan kosong, aku selalu jadi ingin bermesraan dengan Yoruka. Mulai sekarang, mungkin tidak cukup hanya dengan saling berpelukan.


"Jadi untuk itu, hari ini adalah perpanjangan kencan kita."


Aku dan Yoruka adalah sepasang kekasih, dan kami saling jatuh cinta hingga saat ini.


Untuk pertama kalinya, aku turun bersamanya di stasiun di mana biasanya aku hanya mengantar Yoruka.

***




Kami berdua berjalan melewati gerbang tiket stasiun terdekat dengan rumah Yoruka.


"Seberapa jauh dari sini?"


"Dekat, kok. Sudah bisa terlihat juga."


Seperti yang dikatakan Yoruka, apartemen bertingkat tinggi tempat tinggalnya berlokasi dekat dengan stasiun.


"Di sinilah aku tinggal."


"Tingginya, dan juga, menakjubkan. Kamu tidak sedang mengejutkanku, kan?"


Aku mengatakan apa yang kupikirkan tentang tempat itu seperti yang kulihat. Tampak setinggi itu, baik secara fisik maupun dari segi harga.

Tln : Takai, bisa berarti tinggi, juga berarti mahal


"Aku tidak akan melakukan hal yang bertele-tele seperti itu. Ayo kita masuk."


Yoruka menarikku.


Kami melewati pintu otomatis dan naik lift, dengan pintu masuk yang luas seperti hotel mewah di sisi kami.


Lift besarnya terlalu luas untuk dua orang.


Panel kontrol menunjukkan tempat parkir mobil bawah tanah, dan area komunal mencakup gym dan ruang kerja hanya untuk penghuni. Jumlah lantai yang ditampilkan pada monitor meningkat pesat.


"Kisumi, mungkinkah kamu takut ketinggian?"


Yoruka merasa geli dengan aku yang gelisah, mungkin karena dia merasa tenang sudah berada di rumahnya.


"Tidak. Aku tidak takut ketinggian atau apa pun, jadi jangan khawatir."


"Sukurlah. Pemandangan malam dari rumahku sangat indah, jadi nantikanlah."


Aku berhasil menjawab entah bagaimana dengan suara kaku, "Yah, aku menantikannya."


"Jangan khawatir, kamu tidak akan bertemu siapa pun. Orang tuaku berada di luar negeri, dan Onee-chan di kampusnya."


Orang tua Yoruka bekerja di luar negeri, terutama di Amerika Utara.


Karena alasan itu, saat ini dia tinggal bersama kakak perempuannya di apartemen di Tokyo ini. Dia adalah seorang mahasiswa sains, sibuk dengan eksperimen dan tugas, dan bukan hal yang aneh baginya untuk tidur di laboratorium. Waktu dia pulang ke rumah juga tidak pasti, jadi dia tidak melihat Yoruka setiap hari.


"Entahlah. Ketika kamu datang ke rumahku, Ei ada di sana."


Sebagai lelucon, aku menyinggung saat Yoruka mengunjungi rumah keluarga Sena pada bulan April.


Aku pergi ke ruang ganti untuk mengambil handuk mandi untuk menyeka tubuh kami yang basah karena hujan yang tiba-tiba. Kemudian aku secara tidak sengaja bertemu dengan Ei yang baru selesai mandi. Benar-benar tidak terduga bagiku.


Terlebih lagi, Yoruka entah bagaimana mengira adikku sebagai selingkuhanku.


"Habisnya, aku mendengar kalau adik Kisumi itu siswa SD. Aku tidak menyangka Ei-chan akan terlihat sedewasa itu."


"......Itu membuatku merinding sampai ke tulang, lho."


"Tidak ada yang lebih mengejutkan dari itu yang akan terjadi nanti," kata Yoruka, secara spontan menempel ke lenganku.


Yoruka mungkin tidak menyadarinya, tapi dadanya yang besar menempel pada lenganku.


"Ini punya efek penyembuhan yang luar biasa, tolong lakukan di kelas juga."


"Aku tidak akan terbawa suasana."


"Yoruka pelit. Tidak perlu begitu sungkan."


"Aku punya standarku sendiri. Aku tidak sepertimu, Kisumi."


Sambil memperingatkan pun, Yoruka tersenyum.


Sejak aku menyatakan di kelas kalau kami berpacaran, dan berhubungan dengannya sebagai sepasang kekasih, ekspresi Arisaka Yoruka menjadi semakin banyak.


Sampai tahun lalu, Yoruka bersikap dingin dan pendiam dalam kata-katanya untuk menjaga jarak dari orang-orang di sekitarnya.


Dia yang seperti itu juga cantik dan misterius, tapi melihatnya menunjukkan berbagai ekspresi seperti yang dia lakukan sekarang juga menyenangkan.


Hanya aku, pacarnya, yang bisa melihat sisi dirinya yang bahkan teman-teman sekelasnya tidak tahu, dan itu membuatku sangat bahagia.


Ketika aku mulai masuk SMA, cintaku bertepuk sebelah tangan selama hampir satu tahun untuk Yoruka yang menghindari berhubungan dengan orang lain. Aku akhirnya mengakui perasaanku padanya, tapi dia melarikan diri karena terlalu senang, dan kami akhirnya mulai berkencan pada hari pertama tahun kedua kami. Kami hampir ketahuan kalau kami berkencan secara diam-diam dan dia juga hampir memutuskanku. Setelah beberapa liku-liku, kami menjadi pasangan resmi ketika aku menyatakan dia sebagai pacarku. Setelah itupun, anak-anak lain menyatakan perasaan mereka padanya, dan butuh beberapa waktu sebelum kencan hari libur pertama kami menjadi kenyataan.


Aku memikirkan kembali banyak hal yang terjadi selama waktu yang panjang namun singkat dan intens itu.


Dan hari ini, aku akhirnya datang ke rumah Yoruka.




"Maaf mengganggu."


Setelah melewati koridor yang panjang, ruang keluarga yang luas memiliki pemandangan yang luar biasa, seperti yang kudengar tadi.


Pemandangan malam Tokyo yang gemerlap bisa dilihat dari jendela yang besar.


Pemandangan landmark Tokyo yang memukau, semuanya sangat menakjubkan.


"Aku akan membuatkan teh, jadi bersantailah dan anggap seperti rumah sendiri."


Aku menarik napas dalam-dalam, memastikan bahwa Yoruka sudah menjauh saat dia menuju dapur.


Yang satu ini adalah situasi yang lebih romantis daripada yang diperkirakan.


Senja musim panas berubah dari jingga menjadi ungu yang indah.


Apa aku boleh menghabiskan waktu yang manis seperti ini berdua dengan pacarku di tempat yang begitu mewah ini?


Aku tidak bisa menghentikan jantungku yang berdebar-debar.


Sofa di tengah ruangan cukup besar, dan bahkan jika keempat anggota keluarga duduk di atasnya, mereka masih bisa meregangkan kaki mereka. Sofa untuk dua orang akan terlalu kecil baginya yang setiap harinya duduk disini.


Sambil menunggu Yoruka, aku mendekati jendela dan mencoba mengalihkan perhatianku dengan pemandangan.


Tapi, ekspektasiku yang tinggi hanya membuatku tidak bisa tenang. Aku juga ragu-ragu untuk duduk di sofa yang terlihat mahal.


Saat sedang melihat ke sekeliling ruangan dengan gelisah, aku melihat sesuatu yang bergerak di atas sofa.


Aku belum pernah mendengar dia memiliki hewan peliharaan. Jadi, apa itu?


Aku dengan takut-takut berjalan ke depan sofa.


Ada sebuah objek misterius X, ditutupi dengan selimut.


Aku tidak menyadarinya karena tersembunyi di balik sandaran.


Baca novel ini hanya di Gahara Novel


"Apa itu? Apa itu orang?"


Siapa orang itu?


Sulit membayangkan seorang pencuri tertidur di gedung apartemen bertingkat tinggi dengan keamanan yang ketat.


Kalau begitu, tidak mungkin ada orang lain selain penghuni yang berbaring di sofa di ruang keluarga.


"Tidak mungkin, kan?"


Meski aku punya firasat buruk tentang ini, tapi aku ingin tahu bagaimana cara menghadapi objek X yang bersembunyi di balik selimut ini.


Yoruka juga tidak mungkin akan membuat kejutan, jadi dia pasti tidak tahu ini ada di sini.


Tiba-tiba, aku melihat ke bawah dan melihat apa yang tampak seperti pakaian yang berserakan di lantai.


Tapi sebelum aku bisa memahami apa artinya, selimut itu melompat, mungkin merasakan aku mendekatinya.


"Selamat datang, Yoru-chan! Aku sangat lapar, rasanya aku akan mati~." 


"---!?"


Yang di dalam objek X kemudian melompat ke atasku.


Terlalu kaget untuk berteriak, aku didorong oleh objek X, yang melompat ke arahku. Dia meletakkan tangannya di leherku sekeras yang dia bisa dan kepalaku langsung membentur lantai.


Tapi sebelum aku bisa berteriak kesakitan, lagi-lagi, sebuah benda lembut misterius menekan wajahku, membuatku tidak bisa bernapas.


Aku buru-buru mendorong benda elastis yang melekat pada wajahku.


Kurasa aku mendengar suara aneh yang seksi berkata, 'Ah'.


"A-Apa, apa itu?"


Akhirnya aku bisa melihat dengan jelas, tapi ada sesuatu yang bergerak di bawah selimut.


"Yoru-chan mesum! Hmm, rasanya agak keras. Kenapa?"


Aku terlalu takut untuk bergerak. Objek yang merayap di dadaku, X, mengeluarkan suara mengantuk.


"Hmm, di mana dadamu? Di mana pantatmu, di sini ya?" 


Dengan tangan yang tak terkendali, ia mencoba meraba-raba seluruh tubuhku.


"A-Aku bukan Yoruka!"


Kataku, merasa dalam bahaya.


Gerakannya berhenti dengan sekejap, dan selimut yang tadinya menutupinya mengepak terbuka, memperlihatkan wajahnya.


Kejutannya seperti disambar petir.


Pada saat seseorang melihat suatu objek yang menusuk rasa keindahannya, waktu terasa lebih lama.


Yang muncul adalah seorang wanita cantik dengan wajah yang mirip dengan Yoruka.


Karena aku terbiasa melihat wajah Yoruka, aku jelas menyadari perbedaannya.


Usianya sekitar 20 tahun. Dia memiliki rambut panjang, mata besar, bulu mata lentik, alis yang indah, hidung mancung dan bibir menggoda, yang sangat seimbang di wajahnya yang kecil.


Tidak memakai make-up membuat kecantikan luar biasa dari wajahnya menjadi lebih menawan. 


Wanita ini telah kehilangan kepolosan yang dimiliki Yoruka, dan kecantikannya lebih terekspresikan sepenuhnya.


Terus terang, dia adalah wanita yang luar biasa cantik.


Mataku bertemu dengan seorang wanita cantik misterius---yang tadinya objek X.


Aku merasa seperti aku tahu wajah itu.


Tapi aku tidak bisa langsung mengingat di mana kami bertemu.


"......Siapa kamu?"


Si wanita cantik yang terbangun menatapku dengan wajah mengantuk.


"Itu kalimatku!"


Aku juga tidak yakin apakah dia mengerti apa yang kukatakan, karena dia tampak sangat mengantuk.


Sebaliknya, kenapa kewaspadaan atau rasa malunya tidak bisa bekerja dalam situasi ini? Dia terlalu tanpa pertahanan.


"Hmm---kamu, kita pernah bertemu di suatu tempat, kan?"


Dia menatap wajahku lebih dalam dengan tatapan mengantuk di matanya.


Wanita yang terlihat seperti Yoruka ini juga sepertinya mengenaliku.


Bagaimana mungkin aku bisa melupakan seorang wanita cantik yang terlihat seperti Yoruka?


Aku ingin mencari tahu identitas wanita ini, tapi situasi ini sangat buruk.


"Um, bisakah kamu pergi dariku untuk saat ini!?"


Aku mendesak, masih terdorong ke bawah oleh wanita yang terbungkus selimut. 


"Tunggu. Sedikit lagi. Sedikit lagi sepertinya aku hampir mengingatnya."


"Setidaknya, tolong berpikir di tempat lain, jangan diatasku!"


Mungkin orang yang mengantuk tidak mendengar apa yang dikatakan orang lain, atau wanita itu terlalu sibuk mencoba mengingat kembali ingatannya sendiri dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan bergerak. Seberapa beraninya dia untuk berpikir sambil menunggangi seorang laki-laki?


Situasi ini benar-benar tidak biasa dimana aku pergi ke rumah pacarku untuk pertama kalinya dan ditunggangi oleh wanita lain.


Tiba-tiba, aku merasa kalau aku hanya mengenal satu orang yang sejauh ini bertindak sesuai keinginannya.


"Ah, aku tahu! Kamu Sumi-kun, kan?"


Wanita itu, yang baru saja menemukan jawabannya, terbangun dari rasa kantuknya dan tampak berseri-seri dengan raut wajah cerah.


"Sumi-kun katamu, memang benar namaku Kisumi, tapi......"


Aku kebingungan ketika namaku tiba-tiba dipanggil. Dan aku sedikit mengenal cara dia memanggilku.


"Kamu itu Sena Kizumi. Aku mengingatnya sekarang. Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?"


Wanita itu, yang sepertinya sudah tahu siapa aku mengangguk puas dan menyapaku dengan santai, seolah-olah seperti sedang berpapasan di tengah jalan. Tidak, ini sangat aneh!


"Bagaimana kamu tahu namaku?"


Aku mencari tahu siapa dia dengan hati-hati.


"Eh---kamu tidak ingat aku? Padahal kita menghabiskan waktu yang begitu bergairah bersama-sama~"


Meskipun dia mengatakan kalimat yang menggugah pikiran seperti itu, aku tidak bisa mengingatnya. 


Manusia lebih takut daripada senang ketika mereka benar-benar menghadapi perkembangan lucky sukebe.

Tln : Lucky sukebe, cari di google yak


"S-Siapa......?"


"Kamu masih belum tahu? Kalau begitu, aku akan memberimu petunjuk khusus. Siapa yang membuatmu lulus ke Eisei, sekolah pilihan pertamamu?"


Kata-kata itu mengingatkanku pada ujian.


Trauma yang seharusnya sudah dilupakan, tiba-tiba muncul kembali, dan tubuhku gemetar.


"Jangan-jangan---tidak, itu tidak mungkin......."


Orang yang ada dalam ingatankuu dan wanita cantik yang mirip Yoruka ini tidak terhubung dengan baik.


Guru les yang mengajarku saat masih SMP adalah orang yang biasa-biasa saja, yang tidak peduli dengan fashion atau penampilannya.


Rambutnya selalu kusut, pakaiannya acak-acakan, dan dia memakai kacamata dan masker di wajahnya---kalau dipikir-pikir, aku tidak ingat pernah melihat wajah aslinya dengan benar.


"Jangan begitu, Sumi-kun, pura-pura tidak tahu. Apa kamu sudah lupa hari-harimu di Nisshu Juku di depan stasiun?"


Tapi, kalau mengesampingkan perbedaan penampilannya, sikap dan keriangan ini tidak salah lagi adalah orang itu.


Nisshu Juku adalah nama sebuah tempat bimbel yang kuhadiri saat SMP untuk mempersiapkan ujian masuk SMA.


Berkat bimbingan spartan dari guru les di sana, aku bisa lulus ujian masuk SMA Eisei.


Nama guru yang mengajarku itu, seingatku---Arisaka.


Nama pacarku Arisaka Yoruka.


Dan nama wanita yang ada di sini adalah,


"Ah, Arisaka, Aria, -san."


Kebetulan yang mengerikan ini membuatku memastikan kembali dengan suara gemetar.


"Eh, beneran Aria-san? Raja Iblis yang menakutkan itu."


Cara lama untuk memanggil seorang guru Spartan keluar dari mulutku.


Sejak pertemuan pertama, dia adalah seorang guru les yang sederhana, mengenakan masker, jas putih, dan pakaian yang tidak modis di baliknya. Aku tidak akan pernah melupakan kalimatnya yang paling awal tentang kepatuhan mutlak.


"Oke, aku akan memberikan apa yang kamu inginkan. Kamu bisa memanggilku Aria-san. Mari kita saling berhubungan baik. Ah, jika kamu tidak mendengarkanku, aku akan menyerah padamu, dan jika kamu tidak mematuhiku, aku akan memberimu lebih banyak tugas tanpa ampun. Jika kamu ingin lulus ujian, ikuti aku sampai mati."


Kata-kata ceria dan sombong dari guru les misterius itu, yang bahkan tidak memperlihatkan wajah aslinya, membuatku sangat skeptis pada awalnya.


Tapi kemampuan mengajarnya itu asli.


"Raja iblis yang menakutkan, benar-benar tidak sopan ya. Aku hanya memberimu tugas untuk membuatmu lulus ujian. Tapi, sudah lama sekali ya. Sumi-kun, kamu sudah dewasa ya."


Mantan guruku---Arisaka Aria sangat terharu.


"Umm, Aria-san, karena nama keluargamu itu Arisaka. I-Itu artinya Aria-san itu..."


"Ya. Aku kakak perempuan Yoru-chan."


Memperkenalkan diri dengan suara yang sejuk dari atasku. Aku hanya bisa bingung. 


Kenapa sih orang ini selalu tidak bisa berkomunikasi dengan cara yang aman?


Dia selalu memaksa, dan dia tanpa ampun melibatkan semua orang di sekitarnya dalam langkahnya sendiri.


Aria-san yang senang bertemu denganku lagi, menepuk kepalaku seolah-olah aku sudah mengerjakan tugas dengan baik seperti dulu.


Aku masih tidak bisa menyembunyikan kegusaranku.


Kebenaran yang mengejutkan kalau Raja iblis yang menakutkan itu adalah kakak kandung Yoruka.


"Aria-san, kamu mengingat namaku dengan baik, ya."


Bukannya aku bangga akan hal itu, tapi aku tidak banyak meninggalkan kesan pada orang-orang.


Aku orang yang biasa-biasa saja, tidak mencolok, dan tidak memiliki ciri khas, jadi aku mudah dilupakan oleh orang lain.


Aku sudah tidak melihat Aria selama sekitar dua tahun dan aku hanyalah salah satu dari sekian banyak siswa di bimbelnya. Aku tidak mengira dia akan mengingatku. 


"Kalau itu karena Sumi-kun itu murid yang kuajar dengan serius."


"Apa itu sebabnya aku disiksa seperti itu?"


"Itu hanya gaya mengajar yang penuh semangat."


"Begitu, ya?"


Aku mengingat masa lalu dan wajahku jadi kaku.


"Ngomong-ngomong, kenapa Sumi-kun ada di sini? Pencuri?"


"Yang benar saja! Aku mampir ke sini dalam perjalanan pulang dari kencan dengan Yoruka."


"Pacar Yoru-chan benar-benar Sumi-kun ya."


Hm? Ada yang aneh dengan reaksinya barusan.


Aku mencoba memikirkan apa sebenarnya perasaan tidak nyaman itu.


"Hei, Sumi-kun, apa kamu gugup? Apa kamu tergugah denganku?"


"Aku tidak cukup dewasa untuk bersikap santai dalam situasi ini!"


Pikiranku terputus oleh ungkapan Aria-san yang disengaja.


"Kisumi? Apa yang kamu ributkan dari tadi---"


Yoruka kembali untuk memeriksaku. Seketika, dia kehilangan kata-kata, seolah dia baru saja menyaksikan akhir dunia.


"Yoru-chan, selamat datang."


Pada saat aku memahami arti dari pakaian yang jatuh di sofa, itu sudah terlambat.


Aria-san mengangkat tangannya dan selimut yang ia kenakan terlepas dari bahunya.


Setidaknya dia mengenakan pakaian dalam.


Seperti yang diharapkan dari DNA yang sama. Terlebih, dadanya lebih luar biasa daripada Yoruka.


"---Aria Onee-chan, kenapa kamu ada di rumah?"

Tln : lah malah nanya gitu, pacarmu itu lagi ditunggangi kakakmu yang cuma pake daleman loh, Yoruka


Wajahnya terlihat kaku dan suaranya serak. Sepertinya dia tidak tahu kalau kakaknya sudah pulang ke rumah.


"B-Bukankah kamu bilang kamu tidak pulang hari ini?"


"Eksperimenku mengalami masalah dan harus ditunda. Tidak ada yang bisa kulakukan, jadi aku pulang ke rumah."


Yoruka berniat mengajak pacarnya ke rumah diam-diam saat kakaknya tidak ada, tapi dia tidak menyangka akan bertemu dengannya.


Neraka.


Yoruka hampir meledak karena rasa malunya ketika tindakan beraninya tiba-tiba ketahuan oleh keluarganya.


"S-Selain itu, apa yang sedang kamu lakukan?"


Dia juga bingung ketika kakaknya yang hanya mengenakan pakaian dalam, mendorong jatuh pacarnya di ruang keluarga.


"Hei hei, pacar Yoru-chan itu Sumi-kun, kan! Kebetulan sekali ya, ia itu muridku! Sumi-kun juga, padahal kita punya nama keluarga yang sama, tapi dia tidak menyadari kalau aku kakakmu, lho! Lucu sekali, kan! Bagian itu tidak berubah sejak kamu masih SMP, ya. Sisi cerobohmu, atau harus kukatakan sisi manismu."


Di atasku, kakak perempuan Yoruka, Arisaka Aria, jadi sangat bersemangat.


"Sudahlah, menyingkir dari Kisumi! Kenapa kamu berada di atasnya sih!"


"Aku mencoba untuk mengejutkanmu, tapi anehnya, yang ada malah Sumi-kun."


Dari awal, kurasa bukan ide yang bagus untuk mendorong jatuh orang lain sebagai kejutan.


"Maksudku, baju! Pakai bajumu!"


"Eh, aku selalu begini kan."


"Sekarang kan ada Kisumi!"


Sepertinya, sudah menjadi kebiasaan sehari-hari bagi Aria-san untuk tidur di sofa dengan pakaian dalamnya.


Kakak perempuannya yang empat tahun lebih tua darinya, sepertinya memiliki pola hidup yang jauh lebih buruk daripada adik perempuannya.


Keterampilan Yoruka yang tinggi dalam pekerjaan rumah tangga pasti dikembangkan melalui hidup dengan kakak perempuannya yang melakukan sesuatu seenaknya sendiri ini.


"Kalau mau tidur, tidurlah di kamarmu sendiri! Lagi-lagi buka baju dan membiarkannya berantakan di lantai."


"Aku tidak sepenuhnya telanjang, jadi safe."


Aria-san tidak terlalu peduli dan menarik selimutnya kembali dan menjauh dariku.


Aku segera bangkit dan melangkah ke samping jendela, seolah-olah menunjukkan kalau aku tidak bersalah.


"Sudah jelas out hari ini! Itu meracuni mata Kisumi! Wanita cabul!"


"Aku tidak memiliki tubuh yang membuatku malu untuk dilihat. Ini bukan masalah besar, dan sekalian, haruskah aku tidak meminta pendapatnya?"


Segera setelah dia mengatakannya, Aria-san melenggang di atas sofa dan dengan riang melepaskan selimutnya.


Tubuh Aria-san mewujudkan kepercayaan dirinya, ramping namun memiliki lekuk yang luar biasa.


Proporsi artistiknya yang tidak kalah dengan patung marmer, tanpa malu-malu diekspos.


"Kenapa malah jadi begitu."


"Tentu saja tidak boleh! Kamu terlalu berani, Onee-chan!" 


Aria-san tidak peduli dengan teriakanku dan Yoruka. 


Aria-san adalah tipe orang yang pada akhirnya melewatkan proses memastikan maksud orang lain.


Keinginannya sendiri adalah prioritas utamanya, dan tidak ada keraguan dalam apa yang dia katakan atau lakukan.


Akibatnya, orang-orang di sekelilingnya kebingungan menangani situasi yang dibuatnya. 


Yoruka menutupi kakaknya dengan selimut dalam hitungan detik.


"Kamu melihatnya?"


Dia menatapku seperti akan menembak mati aku. Pengelihatannya terlalu tajam.


"Aku akan segera menghapusnya dari ingatanku!"


"Serius?"


"Aku juga mengatakan itu sebelumnya!"

Tln : jilid 1 bab 3, waktu Kisumi liat pantsu Yoruka


Saat-saat ini mengingatkanku pada tahun lalu.


Itu adalah hari di mana aku memasuki ruang persiapan seni untuk pertama kalinya. Aku mendorong Yoruka untuk melindunginya dari lukisan yang jatuh. Yoruka yang marah memberiku tendangan tajam ke dinding, dan akibatnya, isi roknya terungkap tepat di depan mataku. Adegan berani itu masih segar dalam ingatanku.


......Aku berjanji akan melupakan tentang hari itu, tapi aku masih belum bisa.


Maaf.


Kakak beradik ini menandai terlalu banyak momen intens dalam hidupku.


"B-Benar juga."


Sanggahan putus asaku membuat Yoruka tanpa sadar percaya.


"Hee, kamu sudah melihat pakaian dalam Yoru-chan ya. Seperti yang diharapkan dari sang pacar."


"Bukan begitu!"


"Itu adalah kecelakaan!"


Yoruka dan aku buru-buru menyangkalnya.


"Aku tidak akan memberitahu papa dan mama kalau kamu membawa pacarmu ke rumah saat aku pergi. Aku juga tidak memberitahu mereka saat kamu pulang ke rumah di pagi hari itu, jadi jangan khawatir."


Aria-san memandang kami dengan senyum yang penuh arti.


"S-Sudahlah, pergilah ke kamarmu dan berganti pakaian! Sekarang juga!"


"Sumi-kun. Banyak yang harus kita bicarakan, jadi jangan pulang dulu, ya. Aku juga ingin meminta bantuanmu."


"Aku mengerti, jadi tolong cepat pergi!" aku juga mendesaknya untuk meninggalkan ruangan.


Yoruka dengan paksa mengeluarkan Aria-san dari ruang keluarga.


Benar-benar mengejutkan, ternyata kakak perempuan pacarku adalah guru lesku saat SMP.


Aku sangat kaget pada reuni ini dan tidak menyangka bahwa 'permintaan' Aria-san akan mengarah pada situasi yang sangat rumit.