Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V3 Chapter 1

Chapter 1 - Suka




"Yoruka, ayo ciuman?"


Hanya kami berdua di ruang persiapan seni saat senja.


Pacar tercintaku, Arisaka Yoruka, memejamkan matanya seolah-olah menyerahkan segalanya padaku.


Yang harus kulakukan adalah dengan lembut mendekatkan bibirku ke bibir kecil yang mengkilap itu.


Jarak di antara kami perlahan-lahan mendekati nol.


Akhirnya, kami akan bertukar ciuman pertama kami.


Akhirnya, kami mencapai momen ini.


Sedikit lagi, hanya sedikit lagi. 


Tapi, tak peduli berapa lama waktu berlalu, aku tidak bisa mencium Yoruka.


Seolah-olah dunia telah berhenti sejenak dan jarak antara aku dan pacarku tidak pernah tertutup. 


Yoruka berada tepat di depanku, tapi aku terus terdiam. 


Ini aneh. 


Kenapa ini. Apa yang salah?


Apa ada yang salah dengan prosedurnya? Pertama-tama, bagaimana prosedur yang benar untuk berciuman?


Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu.


"Bagaimana caranya berciuman------!?"


Pada saat yang sama ketika aku berteriak, guncangan hebat menghantam seluruh tubuhku.


"Ugh!"


Aku terbangun.


"Kisumi-kun, bangun."


"Eh, eeh? Itu, mimpi......"


Saat aku melihat sekelilingku, ini kamarku. Dan saat aku mendongak, ada adik perempuanku, Ei, yang melompat ke dalam kamarku.


"Mimpi, mimpi ya~~"


Dengan kecewa, aku menghela napas dalam-dalam.


Sudah berapa kali aku memimpikan berciuman ya. 


Seberapa besarnya aku ingin mencium Yoruka ya.


"Ei. Jangan lakukan jumping press untuk membangunkanku. Kau sudah besar, kau akan benar-benar mematahkan tulangku."


Dive polos dan habis-habisan dari adik perempuanku yang duduk di kelas empat SD menyisakan rasa sakit di tubuhku dari hari ke hari.


Dia pendek sampai dua tahun yang lalu, tapi tiba-tiba tumbuh lebih tinggi dan masih terus tumbuh. Namun dia masih seorang anak kecil di dalamnya.


"Hehehe. Soalnya Kisumi-kun kelihatan menderita."


"Lain kali, tolong gunakan cara yang lebih lembut untuk membangunkanku. Juga, panggil aku 'Onii-chan' dengan benar."


"Mengerti."


Balasannya bagus, tapi kedua janji ini tidak pernah ditepati, sekalipun tidak. 


Aku memindahkan Ei dari tempat tidur dan mencoba untuk tidur lagi, mengatakan, "Setidaknya biarkan aku tidur sebentar lagi di hari liburku."


"Hei, Kisumi-kun. Kamu punya kencan dengan Yoruka hari ini, bukan? Kalau tidak segera pergi, kami akan terlambat, kan?"


"Jam berapa sekarang?"


Rasa kantukku hilang ketika aku melihat jam.


Jika aku tidak pergi sekarang, aku akan terlambat.


"Karena itu aku membangunkanmu. Puji aku!"


"Maafkan aku, Ei. Aku menghargainya! Terima kasih!"


Aku juga sudah menyetel alarm pada ponselku sebelumnya, tapi sepertinya aku mematikannya lalu tidur lagi.


Aku buru-buru bersiap-siap dan meninggalkan rumah.


Saat aku membuka pintu, aku menyipitkan mataku pada silaunya matahari dan panasnya udara.


Langit biru dan awan putih besar.


Kicauan jangkrik yang berisik terdengar.


Musim hujan tahun ini berlangsung singkat dan dengan cepat berakhir.


Awal bulan Juli, mataharinya benar-benar melakukan tugasnya dengan serius. Musimnya sudah musim panas.

***




Berlari di bawah terik matahari, aku entah bagaimana berhasil naik kereta tepat waktu untuk ke tempat janjian kami.


Aku berkeringat pada saat aku tiba ke stasiun terdekatku, jadi interior kereta yang sejuk terasa nyaman. Terima kasih untuk AC-nya.


Aku berpindah kereta dan berlari melewati gerbang tiket di stasiun Harajuku.


Pacarku sedang menungguku di tempat yang teduh.


Yoruka dalam pakaian kasualnya yang tertata terlihat lebih dewasa daripada saat dia mengenakan seragamnya.


"Yoruka."


"Selamat pagi. Ada apa, kenapa begitu terburu-buru."


"Aku ingin bertemu denganmu sesegera mungkin."


"......Apa kamu kesiangan?"


"Bagaimana kamu tahu? Aku tepat waktu, bukan?"


"Ah, jadi aku benar ya. Padahal aku hanya bermaksud untuk bercanda."


"Esper?"


"Kamu cenderung menunjukkannya diwajahmu, Kisumi."


"Kalau seperti itu aku jadi khawatir aku terlalu transparan."


Tanpa sadar aku menyentuh wajahku sendiri.


"......Meski, aku bersukur kamu mudah kumengerti."


Yoruka bergumam dengan suara yang tidak bisa kudengar.


"Eh, apa?"


"Sudahlah, ayo kita pergi!"


Yoruka menggenggam tanganku.


Sepertinya dia sudah tidak sabar. Kami telah berpacaran selama sekitar tiga bulan.


Pada akhir pekan sebelum ujian akhir, Yoruka meminta kencan di Harajuku.




Pertama-tama, kami mengunjungi IKEA di kompleks depan stasiun Harajuku.


Di sekeliling toko, yang berbasis warna putih, terdapat perabot modis dan barang-barang interior dengan pola dan warna yang menonjol.


"Ini lucu. Oh, yang itu juga bagus. Hei, apa pendapatmu tentang yang satu ini, Kisumi?"


Yoruka terlihat menikmatinya. Dia akan mengambil benda-benda yang menarik perhatiannya dan memberikan kesannya.


Aku juga senang melihatnya yang begitu, dan juga menarik bagi kami untuk berbicara tentang berbagai adegan dalam kehidupan, yang masing-masing perabot itu muncul dalam benak kami.


"Jika kita tinggal bersama, kupikir sofanya harus sebesar yang ini."


Yoruka duduk di sofa berukuran famili-size dan meregangkan kakinya dengan rileks.


"Kalau sebesar ini, akan nyaman juga untuk bersantai dan menonton film."


"Tapi itu agak kebesaran untuk diletakan di kamar untuk dua orang."


"? Kalau untuk bersantai, lebih baik yang besar, kan."


"Aku tahu kamu ingin sekali memilikinya, tapi itu membutuhkan ruangan yang besar untuk meletakkan furnitur besar."


"Kalau begitu tinggal pilih ruangan yang lebih besar, kan?"


Yoruka, yang keluarganya kaya, mengatakan hal ini seolah-olah itu adalah hal yang biasa.

Tln : sasuga anak orang kaya, gaperlu mikir masalah duit


Kalau itu, aku juga ingin tinggal di kamar yang luas dengan perabotan yang bagus.


Tapi kehidupan yang baik membutuhkan uang.


Tahun lalu, selama liburan musim panas SMA-ku, aku memiliki waktu luang setelah keluar dari klub basket.


Aku bekerja paruh waktu di waktu luangku dan belajar bahwa menghasilkan uang itu sulit.


Aku bisa pergi berkencan dengan Yoruka begini juga berkat uang yang kutabung.


"Aku akan melakukan yang terbaik," aku menegakkan punggungku.


"Kamu tidak harus melakukannya sendiri, Kisumi. Aku juga akan membantumu."


"Senang punya pacar yang bisa diandalkan."


"Aku juga senang kalau itu bersamamu."


Jika kami hidup bersama, hanya dengan membayangkan masa depan seperti itu saja sudah cukup untuk membuatku bersemangat.


"Nah, untuk saat ini, secara realistis sepertinya sofa yang ini, ya. Oh, ini juga nyaman."


Aku duduk di sofa untuk dua orang.


"Hee, yang mana?" kata Yoruka meluncur ke sampingku.


"Oh, kamu benar. Yang ini bagus, Ki---"


Kami duduk berdampingan, dalam jarak yang sempurna, dengan bahu kami nyaris bersentuhan.


Wajah cantik Yoruka sangat dekat.


Ketika Yoruka juga menyadari jarak di antara kami, dia dengan lembut mengalihkan pandangannya.


Dia merasa malu dan tubuhnya jadi kaku, telinganya memerah.


Di tempat duduk yang sempit, tidak ada tempat untuk berlari kecuali berdiri, dan gerakan sekecil apa pun akan membuat lengan dan lututnya menyentuhku.


Meskipun begitu, Yoruka tidak bereaksi berlebihan dan melarikan diri seperti yang dilakukannya ketika kami pertama kali mulai berkencan.


"I-Ini lebih kecil daripada yang dikira, ya."


"Mungkin ini dibuat untuk pasangan untuk bermesraan seperti ini. Hanya mereka yang duduk yang bisa mengerti."


Dia memiliki wajah yang tertata, mata besar yang dibingkai oleh alis yang indah dan bulu mata yang panjang, dan tahi lalat yang lucu di sekitar mata kirinya, yang menawan. Pipi yang lembut. Pangkal hidung yang tinggi dan bentuk telinga yang indah. Bibir kecilnya yang terlihat mengkilap dan lembut. Jika aku menelusuri lehernya yang ramping, aku bahkan bisa melihat tulang selangkanya dalam pakaiannya hari ini.


Gaun one piece-nya didesain dengan elegan dalam warna-warna musim panas yang menyegarkan.


Dia memiliki bahu yang ramping dan lengan yang kecil. Kulit seputih saljunya sedikit merah, dan itu bukan hanya karena musim panas.


"Wajahmu sangat dekat."


"Bukankah saat kita berpelukan lebih dekat lagi?"


"Kalau saat itu, aku tidak melihat ke arah wajahmu."


Ketika Yoruka memelukku, dia selalu membenamkan wajahnya ke leher atau dadaku. Ternyata itu agar aku tidak bisa melihat wajahnya yang malu-malu. 


"Kita berpegangan tangan dan berpelukan, jadi harusnya kamu sudah terbiasa."


"Habisnya, aku merasa kita akan berciuman kalau seperti ini."


Ya, hal serius yang paling dekat bagi kami, daripada hidup bersama di masa depan, adalah berciuman.


Tiga bulan setelah menjadi sepasang kekasih, kami masih belum berciuman.


Aku ingin mengambil langkah baru ke depan, tapi belum menemukan kesempatan yang tepat.


Bagiku, Yoruka adalah pacar pertamaku.


Tentu saja, berciuman adalah wilayah yang tidak kuketahui.


Bagaimana aku bisa membuat seorang gadis menerima ciuman tanpa membuatnya merasa tidak nyaman, ya.


Aku tidak tahu yang seperti itu. Kalau aku tahu, aku sudah lama kehilangan keperawanan ciumanku.


Kami selalu bersama saat makan siang, sepulang sekolah dan di ruang persiapan seni di sekolah.


Sejujurnya, kupikir kami punya banyak kesempatan untuk berciuman.


Tapi, tidak berjalan dengan lancar.


Duduk bersebelahan. Mata bertemu. Saling tersenyum. Sentuhan tubuh yang ringan menjadi hal yang biasa, berpegangan tangan, dan sesekali berpelukan.


Setiap kali Yoruka yang menawan menempel padaku, hati dan tubuhku seperti hampir meledak.


Suatu waktu, kami saling berhadapan, dan saat aku mencoba mendekat untuk menciumnya,


"Ah, cangkirmu kosong! Aku akan menyeduhkan teh hitam lagi untukmu!"


Dia segera berdiri.


Di lain waktu, ketika kami berpelukan dan dia mencoba menarik diri, tapi aku tidak melepaskannya,


"Kisumi, matamu agak menakutkan."


Dia ketakutan. Aku menyesal aku terlalu terburu-buru pada waktu itu.


Ketika ujian tengah semester selesai, aku memanfaatkan rasa kebebasanku dan dengan berani mengatakan padanya.


"Yoruka, mau berciuman?"


"Masih terlalu dini!"


Tentu saja, aku tidak bermaksud memaksanya, dan aku juga agak terburu-buru.


Aku berjuang, gagal, bertahan, dan aku bahkan memimpikannya, seperti pagi ini.


Tidak tentu semuanya berjalan dengan lancar meski pacar tercintamu berada di depanmu.


"......Hei, Kisumi."


"A-Apa?"


"Kamu terlalu banyak melihat bibirku."


"Maaf, aku berpikir tentang berciuman."


"Kalau itu sangat jelas."


"Ah, jadi begitu ya."


Bukan karena Yoruka adalah seorang esper, tapi karena dia menebak-nebak dari reaksi kecilku.


"......Apa kamu sangat ingin melakukannya?"


"Ya."


Aku langsung menjawabnya.


"Kita ada di dalam toko, jadi tidak boleh!"


Para pelanggan di sekeliling kami menatapnya, dan Yoruka meninggalkan sofa terlebih dulu.


"Eh, jadi kalau tidak ada orang boleh?"


"Ini bukan masalah tempatnya."


"Kalau begitu, apa?"


"Tergantung padaku!"


Aku bergegas mengejar Yoruka yang menghindari perhatian.




Kami melewati jalan Takeshita dan pergi ke Omotesando.


Aku sendiri tidak familiar dengan daerah Harajuku, jadi hari ini aku mengikuti Yoruka berkeliling.


"Aku sudah sering ke sini membeli pakaian untuk Onee-chan, jadi aku tahu di mana toko-tokonya. Serahkan saja padaku."


"Yoruka, kamu tidak suka dengan keramaian bukan."


"Aku tidak suka keramaian, tapi aku suka berbelanja. Membuat Onee-chan memakai ini itu juga menyenangkan," kata Yoruka, saat dia memasuki butik, yang agak mahal bagi anak SMA.


"Apa kamu yang memilihkan pakaian kakakmu?"


"Dia begitu cantik jadi dia terlihat bagus dalam segala hal yang dikenakannya, dan entah sejak kapan, dia kehilangan minat tentang pakaiannya."


Kalau itu kakak Yoruka yang berbagi darah yang sama dengan Yoruka, dia pasti memakai pakaiannya dengan sangat modis yang bahkan manekin-pun tidak akan bisa menang melawannya.


Suasana toko yang dewasa dan apik membuatku sedikit gugup.


Sosokku yang terpantul pada cermin di dinding adalah seorang anak laki-laki yang sesuai dengan usianya, sedangkan Yoruka adalah seorang nona muda yang anggun.


Aku merasa seperti aku satu-satunya yang tidak pada tempatnya, dan aku sedikit gugup.


Selain berkencan dengan gadis cantik seperti dirinya, aku adalah siswa SMA kelas dua yang normal, biasa saja, yang tidak menonjol. Tuan Standar, yang harus bekerja keras.


Aku merasa perbedaan yang tidak kurasakan ketika dia mengenakan seragam di sekolah tiba-tiba menjadi sangat jelas.


Aku merasa seperti anak kecil yang begitu galau tentang ciuman.


Aku melihat label pada kaos pria di depanku. Ya, harganya sama seperti penampilan tokonya.


"Mahalnya."


"Kisumi. Ayo kita keluar dari sini."


"Kamu yakin?"


"Ya. Tidak ada yang aku inginkan disini," kata Yoruka, kembali setelah melihat-lihat sekeliling toko.


Baca novel ini hanya di Gahara Novel


Dengan itu, kami memasuki toko-toko yang menarik perhatiannya dan keluar dalam sekejap.


Setelah mengunjungi beberapa toko, Yoruka menemukan sesuatu yang dia suka di toko aksesori terkenal, yang bahkan aku pun tahu namanya.


"Apa ini akan terlihat bagus untukku?"


Yoruka menunjuk ke kalung perak yang sederhana.


Liontinnya, dengan batu kecil pada rantai tipis, terlihat elegan dan modis tanpa hiasan apa pun. Tampaknya cocok dengan paduan dewasa dan imut, yang merupakan preferensi Yoruka.


"Terlihat sangat bagus untukmu!"


Aku memberikan stempel persetujuanku.


"Benarkah? Hmm, mungkin aku benar-benar menginginkannya."


"Bagaimana kalau mencobanya?"


"Tidak. Aku akan jadi lebih menginginkannya nanti."


"......Lalu, bagaimana kalau aku memberikannya padamu sebagai hadiah?"


"Tidak perlu. Lagipula ini juga lumayan mahal."


"Kalau begitu, untuk peringatan hari jadi kita yang ke tiga bulan."


Aku segera mencari alasan.


Untuk saat seperti inilah tabungan pekerjaan paruh waktuku.


"Hmm? Sudah berapa bulan kita berkencan?"


"Tergantung dari kapan kamu menghitungnya. Aku mengaku padamu pada awal April, kalau sejak saat itu sudah tiga bulan penuh. Kalau menghitungnya dari setelah aku menyatakan kalau kita berkencan, maka itu akan menjadi dua bulan lebih, seperti itu?"


"Agak membingungkan ya."


"Karena Yoruka melarikan diri tepat setelah aku menyatakan perasaanku."


"A-Aku sangat senang, jadi aku sedikit panik! Maksudku, kamu setidaknya bisa memberiku waktu untuk memikirkan jawabanku, kan."


"Kupikir kalau kamu sebegitu senangnya, kamu akan mengatakan YA tanpa ragu-ragu."


"Sulit bagiku untuk mengatakan itu saat itu juga!"


Hati seorang gadis yang rumit.


Seperti yang kuduga, aku merasa bahwa laki-laki cenderung lebih terburu-buru untuk mendapatkan hasil daripada wanita.


"Jadi, bagaimana? Selama kamu bahagia, aku tidak peduli dengan alasan hadiahnya."


"Kalau seperti itu, disetiap peringatan akan ada hadiah."


"Kamu tidak harus begitu sungkan."


"Bukan seperti itu. Dengan perasaanmu seperti itu, itu juga sudah membuatku sangat bahagia."


"Yoruka."


"Apa?"


"Aku akan jatuh cinta lagi padamu, lho."


"Berapa kalipun silahkan."


Yoruka sekarang mengungkapkan perasaannya dengan lebih jujur.


Pacarku ini memang luar biasa, bukan benda ataupun pengalaman, dia menerima perasaanku terlebih dulu.


Hmm, itu membuatku ingin memberinya hadiah lebih banyak lagi. Namun, aku juga merasa bahwa memberinya hadiah dengan paksa dan membuatnya merasa tidak nyaman adalah ide yang buruk.


Aku sangat tidak dewasa, aku bahkan tidak tahu kapan harus memberikan hadiah, apalagi ciuman.


Saat kami berhenti di depan sebuah kalung, seorang pegawai toko dengan cepat mendekati kami.


"Apakah anda ingin mencobanya?"


"Ah, tidak."


Yoruka mengambil waktu sejenak untuk menutup pikirannya dan meninggalkan tempat.


Dia masih belum pandai berbicara dengan orang asing.


"Mungkinkah, kamu tidak ingin pegawai toko berbicara denganmu, jadi kamu hanya akan melihat-lihat sebentar dan pergi?"


Aku bertanya setelah kami meninggalkan toko.


"Tepat."


"Aku juga tidak suka dilayani, jadi aku mengerti perasaanmu."


"Aku tidak bisa tenang berada di sekitar orang yang tidak kukenal, dan ketika mereka berbicara denganku, aku merasa gugup dan tiba-tiba merasa aku harus membeli sesuatu. Juga merepotkan untuk mengatakan tidak."


"Terutama untukmu, Yoruka."


Dari sudut pandang Yoruka, yang tidak suka dilihat orang lain, bisa dimengerti kalau dia ingin melarikan diri dari pegawai toko yang datang padanya, bahkan jika itu adalah pekerjaan mereka.


Kupikir itu karena dia sudah terbiasa dengan toko-toko mahal, jadi dia dengan cepat meninggalkannya. Ternyata, dia seperti Yoruka yang kukenal, dan aku sedikit lega bahwa rasa malu adalah alasannya.




Sambil menikmati window shopping, aku melihat ada banyak aula upacara pernikahan di area ini. Mereka memiliki eksterior yang modis, seolah-olah mereka digunakan untuk syuting drama, dan saat itu, seorang pria dan wanita dengan pakaian formal berkumpul di luar untuk merayakan dimulainya pernikahan secara besar-besaran.


"Yoruka, mereka mengadakan pernikahan di sana. Oh mewahnya."


"Kamu benar. Gaun pengantinnya sangat indah."


Di halaman depan aula, para pengiring yang berbaris di kedua sisi menaburkan sejumlah besar kelopak bunga.


Kedua mempelai tampak bahagia saat mereka berjalan melewati hujan bunga. 


Kami yang hanya lewat juga merasa seperti suasana yang ada disana juga menyebar kearah kami.


"Ah, mereka berciuman."


Pengantin wanita yang diliputi rasa haru, menempelkan bibirnya ke pipi pengantin pria.


Mereka tampak penuh dengan kebahagiaan, seolah-olah itu adalah momen terbaik dalam hidup mereka, meskipun bermandikan suara yang menyoraki mereka.


Untukku yang masih duduk di bangku SMA, aku belum bisa benar-benar memikirkan tentang peristiwa yang disebut pernikahan.


Bersumpah didepan orang-orang terdekat mereka untuk hidup bersama orang yang dicintai saat sakit maupun sehat.


"Mereka bisa berciuman di depan banyak orang ya."


Yoruka memberikan kesan yang lebih dingin daripada aku saat dia menyaksikan pernikahan itu.


"Memang, ini bisa menjadi peristiwa yang cukup sulit bagimu," kataku, tersenyum pahit.


"Aku tidak suka diberi selamat oleh banyak orang seperti itu. Soalnya mereka benar-benar melihatiku."


"Tentu saja, karena kamu adalah bintang pernikahannya, dan pengantin wanita khususnya akan banyak mendapat perhatian."


"Tidakkah terasa seperti dipaksa untuk bahagia?"


"Mereka benar-benar bahagia, jadi tidak apa-apa."


"......Apa kamu ingin melangsungkan upacara pernikahan, Kisumi?"


"Yah, demi keluarga, kupikir itu akan membuat mereka bahagia. Aku juga pernah diundang ke pernikahan seorang kerabat, dan itu cukup emosional. Keluarga pengantin wanita dan pria banyak yang menangis, lho."


"Hmmm. Aku belum pernah ke upacara pernikahan, jadi aku tidak benar-benar tahu seperti apa rasanya."


"Oh, benarkah?"


"Pada usia kita, kita hanya pergi ke pesta pernikahan ketika keluarga kita diundang. Orang tuaku berada di luar negeri, jadi meskipun diundang, mereka tidak akan bisa hadir, dan Onee-chan masih kuliah dan lajang."


"Begitu ya."


Kecuali pernikahan kerabat atau diundang oleh seseorang yang memiliki hubungan yang erat dengan mereka, siswa SMA tidak memiliki banyak kesempatan untuk menghadiri pernikahan.


"Selain itu, aku mendengar bahwa para tamu terbebani oleh biaya hadiah pernikahan, dan bahwa pengantin wanita dan pria memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam persiapan. Apakah mereka benar-benar ingin dirayakan dengan kemegahan dan keadaan seperti itu, ya."


Yoruka tidak tertarik dengan peristiwa ini seolah-olah berada di belahan dunia lain.


"Ada sejumlah orang di dunia ini yang ingin dirayakan secara besar-besaran."


"Ah, dalam hal itu, Onee-chan mungkin juga begitu. Dia sangat suka yang meriah." 


"Kalau itu pernikahan kakakmu, sudah jelas kamu akan hadir, kan."


"Tentu saja. Meski, agak sedikit berat."


"Tinggal dengan jujur menyelamatinya saja. Kamu tidak membencinya, kan?"


"Aku menyukainya, tapi aku tidak suka berada di acara besar seperti itu."


"Tidak apa-apa......karena aku juga mungkin akan duduk di sebelahmu saat itu."


"Eh, maksudmu?"


Yoruka menatapku dengan ekspresi terkejut.


"Tentu saja, kalau Yoruka tidak keberatan. Dan juga kalau sudah mendapat persetujuan dari keluargamu."


"Pemikiranmu jauh sekali ya."


"Saat kita berkencan, itu mungkin akan berlalu begitu cepat."


"Saat aku memikirkan kamu mengaku padaku saat musim semi, tiba-tiba sekarang sudah musim panas. Waktu berlalu dengan cepat ketika aku bersamamu."


"Bagaimanapun juga, yang penting adalah bahwa yang bersangkutan bahagia."


"Ya, ya. Itu poin yang bagus, Kisumi."


"Hanya saja."


Aku sedikit tidak yakin apakah harus mengucapkan kata-kata yang tiba-tiba muncul di benakku atau tidak.


"Ada apa? Dengan jarak kita sekarang, tidak perlu sungkan seperti itu, bukan?"


"Aku ingin melihat Yoruka dalam gaun pengantin."


Yoruka dalam gaun putih pasti sangat cantik. Membayangkannya saja dia sudah cantik, jadi dia pasti lebih cantik lagi nantinya.


"Yoruka?"


"Jika kamu mau selalu berjalan di sampingku, aku mungkin akan mempertimbangkannya."


Meskipun sambil memalingkan wajahnya, Yoruka dengan malu-malu memberiku jawaban positif.


Upacara pernikahan yang kita bicarakan sebagai siswa SMA adalah sebuah mimpi kosong.


Tapi suatu hari nanti, ketika aku sudah bisa disebut dewasa, aku ingin berada di sisi Yoruka. Itulah yang kupikirkan.


"Ya. Terima kasih."


"M-Maksudku, aku juga ingin melihat Kisumi memakai tuksedo!"


Aku terpesona oleh Yoruka yang sedang terburu-buru untuk meringankan makna kata-katanya.


Seorang siswa kelas dua SMA yang sedang berjuang dengan ciuman pertamanya mungkin masih jauh dari yang namanya pernikahan.


Aku masih sedang berusaha sekarang. Ada banyak yang membuatku gugup dan ada banyak hal yang tidak kuketahui.


Namun, aku tidak akan membiarkan cinta ini sebagai kenangan masa mudaku.


Aku selalu ingin menjadi pria yang bisa memenuhi keinginan Yoruka. Dengan sumpah rahasia ini di dalam hatiku, kami melewati aula pernikahan, yang masih tidak ada hubungannya dengan kami.




Matahari menyilaukan dan pancaran panas dari aspal menghangatkan udara tanpa ampun.


Kencan musim panas di kota ini sekarang mematikan. Ini seperti berjalan di sauna.


Tidak peduli seberapa besar semangatmu, sangat penting untuk sering menghidrasi diri dan melakukan tindakan pencegahan terhadap serangan panas.


"Rasanya jadi ingin minum sesuatu yang dingin, ya."


"Aku juga lapar, mari kita pergi ke suatu tempat untuk makan siang."


Waktu makan siang sudah lama berlalu dan saatnya untuk beristirahat.


Kami menemukan toko hamburger yang bagus dan memutuskan untuk masuk ke sana.


Kami mendesis begitu memasuki restoran ber-AC.


Udara sejuk terasa nyaman di kulit kami yang terbakar.


Segera setelah kami diantar ke tempat duduk, aku segera meminum air dingin di atas meja. Dan itu sungguh ide yang bagus, mereka menyediakan air lemon. Hawa dingin yang menyegarkan menyegarkanku.


Aku memesan burger teriyaki, kentang goreng, dan cola, yang tampaknya merupakan set standar.


Yoruka memesan burger alpukat, salad dan lime soda.

Tln : di jepun, alpukat dikategorikan sebagai sayuran


Sambil menunggu makanan datang, aku bertanya tentang kakak Yoruka. 


"Kakak Yoruka itu ketua OSIS sekolah kita bahkan sejak tahun pertamanya, kan. Aku mendengar bahwa festival olahraga dan budaya menjadi semakin besar karena reformasinya."


SMA Eisei, tempat kami bersekolah, terkenal dengan acara sekolahnya yang mewah, meskipun itu adalah sekolah persiapan.


Para siswa menangani berbagai acara atas inisiatif mereka sendiri, dan pada hari acara, mereka sangat sukses sehingga jumlah pengunjung melebihi jumlah pengunjung taman hiburan yang tidak terorganisir dengan baik.


Orang yang berhasil memperluas skala acara sekolah tersebut adalah kakak Yoruka, yang empat tahun lebih tua.


"Kisumi, kamu tahu banyak tentang hal itu, ya."


"Aku mendengarnya dari Kanzaki-sensei."


"Beraninya kamu menyebut nama wanita lain saat kencan. Terlebih, guru itu, dari semua orang."


Yoruka menganggap guru wali kelasnya, Shizuru Kanzaki, sebagai musuh alaminya.


Itulah kenapa dia tidak suka aku, sebagai perwakilan kelas, berbicara dengan Kanzaki-sensei, tapi sebenarnya dia tidak perlu khawatir, sebagian besar percakapannya berkaitan dengan kelas, dan sisanya biasanya tentang Yoruka.


"Hei Kizumi, apa yang akan kamu lakukan selama liburan musim panas?"


"Aku mungkin harus pergi ke sekolah untuk tugas perwakilan kelas, tapi Yoruka adalah prioritasku!"


"Benarkah?


"Tentu saja."


Aku menyatakan dengan tegas.


Apa pun yang terjadi, Yoruka adalah yang terpenting.


"Fufu, terima kasih. Aku menantikannya, liburan musim panas."


Senyum yang Yoruka layangkan terlalu menyilaukan.


Ah, aku senang berkencan dengan gadis ini. 


Bukan karena aku menjadi pacar seorang gadis cantik. Perasaan disukai oleh seorang gadis yang benar-benar memikirkan tentangku menyentuh hatiku lagi dan lagi.


Saat kami sedang membicarakan rencana liburan musim panas kami, makanan kami datang.


Makan siang yang sedikit terlambat di sebuah restoran hamburger. Setelah kami selesai makan, kami mengobrol dan memesan minuman dan menu makanan penutup baru, dan ternyata kami tinggal di sana untuk waktu yang cukup lama.


Ketika kami keluar, panasnya sudah mereda dan jauh lebih mudah untuk berjalan.


Sebenarnya aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengannya, tapi aku tidak bisa membuat seorang gadis pulang terlalu larut.


Matahari terbenam dan kami mulai berjalan menuju stasiun.


Kencan hari ini sudah berakhir.


Aku dipenuhi dengan rasa enggan. Kencan di hari libur berikutnya mungkin akan dilakukan setelah ujian, jadi akan ada jeda beberapa saat. Kami bertemu di sekolah dan bisa saling berkomunikasi sebanyak yang kami inginkan melalui ponsel kami, tapi sangat istimewa untuk menikmati waktu berdua saja seperti ini.


Saat stasiun semakin mendekat, Yoruka dengan gelisah memainkan ujung rambut panjangnya.


Biasanya kami berbicara sambil memikirkan kembali kencan hari itu, tapi hari ini Yoruka sangat pendiam.


Aku suka melihat profil Yoruka, jadi ini tidak masalah bagiku.


Saat aku terpesona oleh pacarku, tiba-tiba Yoruka berhenti.


"Ada apa?"


"U-Umm!"


"Ya?"


"Pinjam telingamu sebentar."


Aku melakukan apa yang dia minta dan sedikit menekuk lututku.


Dengan tekad bulat, Yoruka melangkah lebih dekat dan mendekatkan mulutnya ke telingaku.


"Jika tidak apa-apa denganmu, mau datang kerumahku? Umm, tidak ada seorang pun hari ini."


Yoruka berbisik manis dengan suara malu-malu. 


Musim panas membuat perempuan sedikit lebih berani.

Post a Comment for "Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V3 Chapter 1"