Tsumetai Kokou no Tenkousei wa Houkago, Aikagi Mawashite Amadereru [LN] J1 Bab 1.2
Bab 1
Bel berbunyi, menandakan dimulainya perwalian.
Seolah sudah menunggunya, seorang guru wali kelas wanita yang masih muda yang mengenakan setelan jas memasuki ruang kelas, lalu---para siswa ribut.
Ini karena, setelah sang guru, ada seorang gadis - seorang siswa pindahan - dengan seragam baru yang tidak terlalu familiar.
---Tidak.
Itu mungkin untuk SD ataupun SMP, tapi ada siswa pindahan di SMA itu tidak biasa, tapi itu bukan satu-satunya alasan.
Alasannya adalah karena siswa baru itu adalah seorang gadis dengan rambut perak pucat yang bersinar dan mata berwarna amber.
Saat ini, melihat orang luar negeri di jalan bukanlah hal yang perlu diributkan......tapi jika mereka menjadi teman sekelas, beda lagi ceritanya. Dan ketika itu adalah seseorang dengan penampilan yang tertata dengan sangat baik sampai-sampai membuatmu merinding, itu adalah alasan yang cukup kenapa anak di kelas ribut.
"Ah---harap tenang! Aku tahu bagaimana perasaan kalian, tapi tolong, tenanglah!
Itu memang kalimat yang tidak sesuai dengan suasana hati siswa, dan meskipun tidak memiliki kekuatan, kelas menjadi sunyi, mungkin karena bersimpati karena sang guru sudah berusaha sekuat yang dia bisa.
Meski begitu, ada beberapa yang mengobrol dengan berbisik dan juga terang-terangan......sang guru tampaknya telah memutuskan bahwa itu adalah harapan yang terlalu tinggi untuk sampai ke titik di mana mereka semua diam, dan dia mengabaikannya.
"Kalau begitu, bisakah kamu memperkenalkan diri?"
"Namaku Fatima Kurei."
Hanya itu, suaranya terdengar seperti suara lonceng yang berbunyi.
Suaranya menyegarkan, sebagai idiom, tapi juga tanpa emosi, sebagai sindiran.
Dengan suara seperti itu, si siswi baru---Fatima Kurei, memperkenalkan dirinya.
"......"
Itu saja.
Tidak menyebutkan dari mana dia berasal, alasan dia pindah, atau bahkan sapaan pada pertemuan pertama. Itu adalah perkenalan diri yang sangat kaku dan singkat.
"Um, mari kita lihat......."
Sang guru tampaknya telah memutuskan sesuatu ketika dia mengucapkan beberapa kata untuk melewati situasi dengan raut wajah yang bermasalah.
"Tempat duduk Kurei-san berada di sebelah tempat duduk Karasu-kun, jadi---Karasu-kun?"
"Ya."
---Seperti yang kuduga, beginilah jadinya.......
Meskipun sudah bisa ditebak ketika kursi di sebelahnya kosong, ia ingin memegang kepalanya saat ia memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya.
Di tengah-tengah gema iri dari para siswa, sambil menahan pemikiran seperti itu, Kuuya mengangkat tangannya dengan poker face untuk menunjukkan posisinya.
Fatima meliriknya sekilas, dan mulai berjalan.
"......Senang bertemu denganmu."
Dia berkata singkat saat duduk.
"Ya, senang bertemu denganmu."
Kuuya menjawab dengan acuh dan menghela napas kecil.
◆◇◆◇◆◇◆
Baca novel ini hanya di Gahara Novel
Istirahat makan siang---
Bahkan selama istirahat singkat setiap periode, teman-teman sekelas berkumpul di sekeliling Fatima.
Dan meski dia menanggapi pertanyaan mereka dengan kata-kata yang singkat dan ketus, sepertinya belum ada yang berkecil hati.
Hanya sedikit sekali yang makan siang dengan tenang, dan hampir semua orang di kelas berkumpul di sekelilingnya.
Sebaliknya, koridor ramai tidak hanya dengan siswa dari kelas yang berbeda, tapi bahkan siswa dari angkatan yang berbeda, sepertinya sudah ada desas-desus tentangnya.
---Mungkin mereka tidak menyadarinya......tidak, mungkin mereka menyadarinya tapi tidak memperdulikannya.
Kuuya menghembuskan napas, tampak sangat muak.
Dia begitu ketus bukan karena dia malu. Bukan juga karena dia dikelilingi oleh banyak orang dan gugup.
Itu semata-mata karena dia sudah jenuh.
Tidak hanya itu, dia sekarang cukup jengkel. Sejak pagi, mereka bertanya padanya tanpa henti, 'Kamu berasal dari negara mana?', 'Apa kamu mengerti bahasa Jepang?', 'Kenapa kamu datang ke Jepang?', 'Apa kamu punya pacar?', dia ditanyai pertanyaan-pertanyaan ini berulang kali, jadi tidak mengherankan.
"Bagaimana aku harus mengatakannya......sekumpulan ikan piranha?"
"Piranha masih memiliki kelas yang lebih tinggi."
Pada Kouyou yang tidak ikut berbaur dengan kerumunan penanya, tapi menggumamkan pikirannya pada kumpulan orang itu dengan wajah masam, Kuuya menanggapinya tanpa repot-repot menyembunyikan ketidaksenangannya.
Kemudian, dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jam saku.
Memiliki tutup tembaga dengan ukiran sederhana dengan desain lima kelopak bunga yang berkumpul bersama untuk membentuk bunga sakura.
Bukan bertenaga baterai, tapi bertenaga pegas. Itu bukan tipe yang secara otomatis memutar pegasnya, tapi tipe manual---dilihat darimanapun, itu jelas kuno.
Jika kau memutar mahkotanya untuk memutar pegas dan membuka tutupnya, dial yang kau lihat terbalik, dengan jam 6 alih-alih jam 12 pada sisi yang ada rantainya.
Inilah yang disebut jam tangan perawat, jenis yang cocok untuk melihat waktu ketika kau mengambilnya dari posisinya yang tergantung. Namun demikian, jam tangan perawat yang sebenarnya tidak akan ada tutup yang akan menghalangi untuk melihat dial dengan cepat.
Apapun itu, Kuuya membaca dial yang terbalik sambil melihat jam kelas, lalu menyamakan waktunya dengan benar.
"Seperti yang kuduga, ini sudah berada dibatasnya. Baik aku, maupun yang di sana."
"Itu mengejutkan. Aku tidak menyangka Kuu-chan peduli dengan orang lain."
Kouyou terkejut, mungkin mengikuti garis pandang Kuuya yang diarahkan ke Fatima yang ada di tengah-tengah kerumumnan.
"Jangan bilang......bukan itu saja, kau berniat menolongnya? Ini seperti beralih dari berlumuran minyak menjadi terbakar, kau tahu?"
"Aku tahu itu......tapi aku muak dan lelah dengan keributan bodoh ini. Ini disebut 'belas kasihan bagi yang menderita', dan apa yang tidak menyenangkan untuk dilakukan, juga tidak menyenangkan untuk dilihat."
"...... Kuu-chan, pada dasarnya kau kuno, tapi ketika kau memutuskan untuk melakukan sesuatu, kau menjadi lebih kuno......."
Tln : Kouyou juga ngomentarin cara bicara Kuuya, cuma susah kalo diartiin
Ia pasti sudah menebak apa yang akan dilakukan Kuuya.
Kouyou mendesah pelan dan kemudian melanjutkan.
"Jadi, apa kau akan kembali selama istirahat makan siang? Atau apa kau akan terus melarikan diri?"
"Tergantung yang disana, tapi aku mungkin akan mengantar Kurei dan pulang juga."
"Hoi, hoi, pulang lebih awal, ya.......Kurei?"
Saat Kuuya berdiri diikuti suara derak meja, Kouyou memiringkan kepalanya.
---Fatima Kurei
Dengan kata lain, nama keluarganya adalah 'Kurei'. Dan karena Kuuya dalam mode kuno, ia mengucapkannya 'Kurei'.......?
Tln : jadi, nama Fatima ditulis dengan katakana, tapi pas Kuuya nyebut namanya ia pake hiragana 'くれい/Kurei. mungkin pelafalannya beda kali yak kalo pake beda huruf
"......a......aaaah!?"
Menyadari hal ini, Kouyou terkejut dan berteriak.
Kuuya tidak terkejut dengan kedatangan seorang siswa baru, ia sepertinya tahu sesuatu tentangnya, dan ia tidak bereaksi sama sekali ketika ia melihatnya, yang cantiknya tidak realistis.
Lalu, nama keluarga neneknya.
Semua hal ini menyatu membentuk kesimpulan yang seperti lelucon.
"Seriusan!? Seperti itu yang terjadi!?"
"Tebakan yang bagus, Meichi-kun."
Tln : meichi, cerdas/bijaksana
Kuuya menegaskan kesimpulan tak terucapkan Kouyou dengan tatapan cemberut.
"Begitulah adanya, jadi biarkan aku melarikan diri."
Bagaimanapun juga, Kuuya dengan santai menerobos kerumunan dan berdiri di depan siswa pindahan.
"Ayo pergi, Kurei. Sebagai pemandu, aku akan membantumu."
Tln : disini Kuuya nyebut nama Fatima pake kanji, 久礼/Kurei