Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V2 Chapter 9
Chapter 9 - Keberadaan ombak
Ketika aku mengunjungi Kanzaki-sensei, dia berkata, "Ayo pindah tempat," dan pindah ke ruang upacara minum teh di klub upacara minum teh.
Alih-alih membuat matcha seperti biasa, sensei mulai bersiap untuk menyeduh sencha.
Tln : sencha, sejenis teh hijau Jepang, teh ini tanpa melalui proses penggilingan
Dia menyiapkan teko, mangkuk teh, dan cangkir teh untuk dua orang.
Meski hanya itu saja, tapi aku masih terpesona dengan postur tubuh dan sikapnya yang indah.
Aku juga duduk tegak dan menunggu air mendidih.
"Apa anda punya waktu untuk minum teh?"
"Kita akan menyelesaikannya sampai jam kelima. Paling buruk, kelas berikutnya akan berada di kelas A tahun kedua, jadi meskipun sedikit terlambat ....."
"Ini fleksibel jika itu kelas yang anda walikan, bukan?"
"Sudah cukup basa-basinya, jika kamu memiliki sesuatu untuk didiskusikan denganku, tolong beri tahu semuanya."
Ekspresi sensei tidak berubah meskipun dia sedang terburu-buru, dan tidak ada stagnasi di tangannya yang elegan.
"...seorang gadis junior menyatakan perasaannya padaku, dan aku menolaknya."
Tln : ada yang pernah ditembak cewe terus konsultasi ama wali kelas kalian?
Tangan sensei berhenti tiba-tiba saat dia akan memasukkan daun teh ke dalam teko.
"---Apa itu tadi?"
Aku mengatakan padanya seluruh rangkaian kejadian dengan Sayu tanpa menyembunyikan apapun.
Sensei mendengarkanku dengan diam sambil menyeduh teh sencha. Lalu, dia dia berkata,
"Sena-san sekarang berada dalam periode popularitas yang belum pernah terjadi sebelumnya."
"Tidak, konsultasinya bukan tentang saya, tapi tentang gadis junior itu."
Sikap seriusku membuatnya segera kembali ke ekspresinya yang bermartabat.
"Mari kita dengarkan."
Dia berkata begitu dan menawari secangkir teh.
"Namanya Yukinami Sayu, siswa tahun pertama. Apa anda mengenalnya, sensei?"
"Sekarang kamu menyebutkan itu, ada seorang gadis dengan nama itu yang datang untuk melihat-lihat klub upacara minum teh."
"Apa anda juga tahu bahwa dia yang menyebarkan rumor tentang Yoruka yang pulang di pagi hari?"
"Apa Yukinami-san itu sendiri yang memberitahumu?"
"Ya. Pagi ini, dia sendiri yang memberitahuku."
Sensei menghela nafas dan berkata mau bagaimana lagi.
Dia memulai ceritanya dengan kata pengantar, "Bukannya ini demi Sena-san atau Arisaka-san."
Tln : cara bicaranya ala2 tsundere
"Aku secara pribadi menyelidiki sumber rumor itu. Aku baru saja selesai mewawancarai semua anggota klub upacara minum teh."
"Semuanya...ya? Terima kasih atas kerja keras anda."
Aku terkejut bahwa sensei tidak menunjukkan sedikit pun membuat pergerakan seperti itu.
Kudengar ada lebih dari 10 orang dari setiap angkatan. Itu pekerjaan yang luar biasa untuk menanyai mereka semua hanya dalam dua minggu.
Bahkan dalam keadaan normal, guru adalah profesi yang sibuk.
Selain menjadi penasihat kegiatan klub, dia meluangkan waktu untuk melakukan itu.
Aku sangat menghormati Kanzaki-sensei, yang berusaha keras dalam hal ini.
"Ketika sumber rumor adalah klub upacara minum teh, itu adalah perilaku yang secara serius merendahkan martabat klub. Sebagai seorang penasihat, aku merasa hal ini tidak bisa dimaafkan."
"Jadi sensei bisa mengidentifikasi orang pertama yang memulai rumor, ya?"
"Aku memeriksa setiap anggota klub satu demi satu untuk melihat siapa yang memberi tahu mereka tentang rumor itu. Aku menelusuri permainan pesan kembali ke mereka, dan semua anggota klub tidak bersalah."
"Semua anggota klub, berarti seseorang yang bukan anggota klub terlibat dalam rumor tersebut."
"Pada hari Sabtu ketika Arisaka-san terlihat di depan stasiun, ada kegiatan klub upacara minum teh di pagi hari. Ketika anggota klub menelusuri kembali dari siapa mereka mendengarnya, mereka menemukan seorang siswa tahun pertama yang datang bergabung untuk melihat-lihat klub. Siswa itu adalah Yukinami Sayu."
Penyelidikan Kanzaki-sensei dan pengakuan Sayu sejalan.
Keinginanku untuk melarikan diri dari kenyataan dihancurkan seluruhnya oleh penyelidikan mendalam sensei.
Sensei berkata, "Apa kamu terkejut?" padaku yang terdiam.
"......Apa yang akan anda lakukan?"
"Apa maksudmu?"
"Yah, pada Yukinami Sayu."
"Aku tidak akan melakukan apa pun."
Sensei berkata dengan jelas.
Aku mengangkat wajahku yang entah sejak kapan tertunduk.
"Dengar, Sena-san. Pertama-tama, Arisaka-san tidak pernah pulang ke rumah di pagi hari---kamu dan aku yang membuatnya seperti itu. Atau apakah kamu mencoba membalas dendam pada pelakunya, Sena-san?"
"Tidak. Saya tidak menginginkan yang seperti itu!"
Aku mencondongkan tubuh ke depan dan menyangkalnya.
"Selain karena masalah ini telah diselesaikan sebagai rumor tidak berdasar, aku tidak ingin mempermasalahkannya sekarang setelah sekian lama. Ditambah karena 'seseorang' membuat penyataan itu, apa kamu tahu seberapa bingungnya aku?"
Sudah kuduga Sensei masih marah tentang kejadian tempo hari.
"Maafkan saya."
Aku harus berlutut dan minta maaf padanya.
"Untuk melindungi junior dekatmu meski dialah pelakunya, kamu benar-benar orang yang baik ya, Sena-san."
"Jika melacaknya kembali, itu adalah kesalahan saya."
"......Berdasarkan yang kudengar, daripada menyebarkan rumornya, itu lebih seperti Yukinami-san tanpa sadar membocorkannya. Lalu anak-anak disekitarnya merasa itu menarik dan menyebarkannya, itulah kebenaran dari masalah ini, 'kan. Penyebaran rumor ini tidak serta merta merupakan niat sebenarnya Yukinami-san. Itulah yang kurasakan."
Mendengar kata-kata sensei, kurasa aku memahami motif sebenarnya kenapa dia mengungkapkan itu padaku di atap, yang tidak seperti dirinya.
"Jadi, itulah kenapa dia bertingkah yang tidak seperti dirinya, ya."
Sayu gadis yang baik. Bertingkah buruk tidak cocok untuknya.
Dia sengaja menyakiti orang lain dan dia tidak bisa menyembunyikan penyesalannya.
Apa kau melakukanya karena gelisah, atau apa kau melakukannya karena ingin menghukum dirimu sendiri.
Setidaknya, aku tidak bisa mempercayai bahwa itu adalah akhir yang benar-benar diinginkan Yukinami Sayu.
"Apa kamu mendapatkan suatu petunjuk?"
"Apa terlihat jelas diwajah saya?"
Tanpa sadar aku menyentuh pipiku.
"Melihat perubahan siswa adalah pekerjaan seorang guru."
Seriusan, sepertinya aku tidak bisa menyembunyikan apapun dari wali kelasku ini.
"Sensei. Sekali suatu hubungan hancur, apa bisa diperbaiki kembali?"
"Kecuali pihak lain tidak menginginkannya, itu akan cukup sulit."
Nasihat sensei sampai akhir objektif.
Aku bersukur untuk itu sekarang.
"Saya tahu itu adalah ide yang buruk bagi saya untuk setidaknya mencoba berbaikan dengan seseorang yang tidak bisa membalas niat baik saya. Tapi..."
"Bukanlah hal yang mudah untuk memperbaiki hubungan setelah rusak. Terutama jika itu adalah hubungan romantis."
"Begitu, ya......"
Aku dan Sayu berakhir di atap pagi ini. Tidak ada keraguan tentang itu.
"Ini adalah sikap orang dewasa yang baik untuk bisa memutuskan itu. Sayangnya, hidup ini terlalu singkat untuk mencurahkan waktu dan emosi pada sesuatu yang tidak memiliki harapan."
Seperti meninggalkan penyesalan pada cinta yang telah berakhir.
Mirip dengan mengejar mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Serupa dengan mempercayai cinta bertepuk sebelah tangan secara membabi buta.
---Manusia adalah makhluk yang tergoda untuk mempercayai hal-hal yang tidak ada.
Kanzaki-sensei kemudian bertanya.
"Hanya, sama seperti Yukinami-san yang mengenalmu dengan baik, kamu juga mengenal Yukinami-san dengan baik. Orang macam apa dia sebenarnya? Apa yang diinginkannya jauh di lubuk hatinya?"
"Eh?"
"Waktu tidak berputar kembali, tapi perasaan bukan hal yang tidak dapat diubah. Sangat mungkin persahabatan berubah menjadi cinta dan kemudian kembali lagi menjadi persahabatan."
Tln : yah, kalo bisa segampang itu
"Tidak mungkin, hal yang nyaman seperti itu..."
"Kalau begitu, mengapa kamu tidak menyerah, Sena-san?
Secara tersirat, dia menggali alasankku mengenai Yukinami Sayu.
"Karena saya, adalah seorang anak kecil yang tidak bisa membuat keputusan."
"Tolong jangan mengatakan itu. Kamu lebih dewasa daripada yang kamu pikirkan. Kamu bisa menyerah pada hal-hal yang sudah tidak ada harapannya lagi. Kamu tidak hanya terbawa perasaan karena kamu merasa bersalah, tapi karena kamu masih melihat kemungkinan untuk memperbaiki hubungan itu......Bukankah itu, dirimu yang biasa yang tidak pernah menyerah pada apa pun?"
Meski begitu, sensei memberiku dorongan terakhir.
Sangat mudah untuk memutuskan kembali menjadi orang asing.
Jika aku melihatnya di sekolah, aku berpura-pura tidak memperhatikannya. Bahkan jika saling berpapasan, kami tidak berbicara satu sama lain.
Tapi, aku tidak ingin menjadi orang asing seperti itu.
Jika Sayu menyesal telah menyebarkan rumor itu, aku masih punya kata-kata untuk dikatakan kepadanya.
"Saya pikir saya bisa menghentikannya."
"Betapa lebih mudahnya jika Sena-san adalah siswa yang dengan patuh mendengarkan apa yang kukatakan."
"Kalau begitu, itu adalah kesalahan sensei karena menjadikan saya perwaakilan kelas, ya."
"Tidak mungkin. Aku sendiri yang memilihmu. Kamu telah melakukan cukup baik untuk membuatnya sepadan dengan masalahnya. Tolong teruslah lakukan yang terbaik."
"Anda masih akan membuatku bekerja keras?"
"Sebaliknya, pekerjaan yang sesungguhnya baru saja dimulai. Tolong jaga agar festival olahraga dan budaya musim gugur tetap tenang tanpa ada masalah."
"Bukan berarti aku berniat menambah masalah."
"Apa tidak ingin mendengarnya darimu."
Sensei meletakkan tangannya di pipinya dan tampak khawatir tentang apa yang akan terjadi.
"Apa karena anda mempercayaiku atau karena mengkhawatirkanku?"
"Keduanya. Sena-san."
Akhirnya, aku menyeruput teh hijau yang telah diseduh sensei untukku.
"Ah. Ini enak."
"Itu karena daun tehnya bagus."
"Maaf telah mengganggu anda."
"Ketika kamu datang ke ruang staf dengan ekspresi serius di wajahmu, aku merasa harus berpindah tempat untuk berjaga-jaga."
"Saya senang mendapat nasihat dari seorang guru yang populer."
Berbicara dengan Kanzaki-sensei membuatku merasa seperti rintangan didadaku menghilang. Aku merasa seperti akhirnya aku kembali ke diriku yang biasa.
"......Kenapa kamu berasumsi bahwa aku populer?"
"Bukankah memang begitu?"
"Aku tidak tahu, aku belum pernah berada dalam situasi itu sebelumnya."
"Hah. Saya yakin banyak yang mendekati sensei, 'kan?"
Kupikir Kanzaki-sensei pasti bermain bodoh.
Seorang wanita yang begitu cantik sampai-sampai akan sayang sekali kalau hanya meninggalkannya sebagai seorang guru, bagaimana mungkin dia tidak memiliki satu atau dua episode cinta yang penuh warna.
"Misalnya, ketika anda masih seorang mahasiswi? Anda diundang ke pesta-pesta dan para pria akan mengajak anda keluar."
Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, jika ada wanita seperti Kanzaki Shizuru, orang-orang disekitarnya pastinya tidak akan meninggalkannya sendirian.
"Ketika aku pertama kali masuk, aku sering didekati oleh anak-anak di kelasku, tapi sebelum aku menyadarinya, aku tidak diundang lagi. Mereka mengatakan padaku dengan ekspresi seperti akan menangis di wajah mereka, "Ketika Shizuru ikut, pestanya menjadi pesta pada gadis,"......Mereka mengatakannya dengan penuh ancaman yang membuatku merasa tidak enak."
Ah, jadi sensei dijauhi karena dia akan mengambil semua pria dari mereka jika dia ada di sana.
"Cara apik macam apa yang anda gunakan untuk memenangkan hati para pria?"
"Aku tidak melakukannya. Aku hanya menjawab apa yang mereka tanyakan."
Aku tidak mengerti, kata Kanzaki-sensei, meletakkan tangannya di dagu.
"Lalu, bagaimana dengan pekerjaan paruh waktu atau klub anda?"
"Orang tuaku melarangku untuk bekerja paruh waktu. Aku bergabung dalam klub tari tradisional Jepang, tapi aku selalu dikelilingi oleh teman-teman wanita yang mengatakan padaku, "Jangan sampai tertipu oleh pria-pria mencurigakan'."
"Anda dijaga dan diperlakukan seperti spesies yang dilindungi ya. Meski saya bisa sedikit memahami perasaan teman anda."
Aku sangat bersimpati dengan teman sensei itu.
"Kenapa?"
"Mereka khawatir kalau teman baiknya akan ditipu oleh rayuan pria jahat."
Keanehan Kanzaki-sensei bisa dimengerti, tergantung pada bagaimana kau melihatnya, sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan akan duniawinya.
Tidak berarti bahwa tidak akan ada pria jahat di luar sana yang akan memanfaatkannya.
"Teman-teman yang overprotektif."
"Bagaimana dengan setelah lulus dari universitas?"
"Setelah lulus aku mendapat pekerjaan mengajar di SMA Eisei, jadi aku sibuk setiap harinya."
"Eh. lalu, apa anda bertemu dengan orang baru sejak anda bergabung dalam dunia kerja ......?"
"Tidak, ada apa dengan itu?"
Hm? Itu aneh. Ada sesuatu yang menggangguku tentang guru yang cantik dan indah ini. Banyak orang yang mendekatinya, tapi belum ada pembicaraan konkret tentang dia yang memiliki suatu hubungan.
"Apa anda punya kekasih sekarang, sensei?
"Tidak punya."
"Apa anda pernah punya?"
"......Tidak."
Kanzaki Sensei berpaling seolah-olah ingin mengelak.
"Sensei."
"Ada apa?"
"Saat saya menanyakannya, anda menjawab saya dengan cukup jujur ya."
"----! Sena-san!!"
Tanpa sengaja, aku mengetahui tentang rendahnya tingkat pengalaman percintaan wali kelasku.
Fakta ini entah kenapa membuatku agak gugup.
Tidak heran temanmu menjagamu. Dia terlihat solid, tapi dia memiliki terlalu banyak celah.
Jika wanita kelas satu seperti dirinya memberikan jawaban tanpa pertahanan, itu saja sudah akan membuat para pria salah mengira bahwa mereka bisa bercumbu dengannya.
Aku sudah mengintip Kanzaki-sensei yang tidak tahu bagaimana dunia ini bekerja dan polos, yang tidak bisa kubayangkan dari mode gurunya yang tegas.
Meskipun ekspresinya tidak muncul seperti biasa, aku bisa menebak kalau sensei merasa malu.
Tln : harusnya ada ilustrasi Kanzaki-sensei yang lagi malu-malu yak
"Menurut saya, luar biasa sekali anda bekerja keras dalam pekerjaan anda, sensei."
Aku menindaklanjuti sebelum aku membuatnya marah. Biasanya, dia akan segera memarahiku dengan suara dingin, tapi entah kenapa, sensei tetap diam.
Ruang teh diselimuti keheningan.
Eh, perasaan apa ini.......Rasanya aku mulai merasa malu juga. Aku sangat bingung dengan kesenjangan dirinya yang tak terduga, sampai-sampai aku tidak bisa membuat satu lelucon pun. Udara di ruangan ini anehnya terasa tidak nyaman, dan fakta bahwa kami berduaan di ruang teh, situasi yang tadinya tidak terlalu kusadari, sekarang membuatku sangat gugup.
Aku, kenapa aku begitu gelisah?
"---Tolong jangan menggoda gurumu. Apa seperti itu caramu merayu Arisaka-san?"
Kanzaki-sensei membuka mulutnya lebih dahulu.
"Bukan seperti itu! Saya hanya mengungkapkan rasa hormat saya kepada anda sebagai seorang siswa."
"Ini menggangguku karena ketika aku berbicara dengan Sena-san, mulutku menjadi ringan."
Tln : artinya jadi banyak bicara
Sensei melanjutkan percakapan dengan sikapnya yang biasa.
"Bukankah itu hanya karena anda adalah orang yang simpel, sensei?"
"Sena-san."
Seolah lelah denganku yang banyak bicara, dia memarahiku.
"Tapi, sensei. Ini adalah pemandangan yang menyedihkan untuk siswa. Sungguh, berhati-hatilah dengan pria yang tidak baik."
"Haa. Sangat menyedihkan muridku mengkhawatirkanku."
"Saya serius mengatakannya. Jika anda sedih, saya juga akan sedih."
Justru karena aku mempercayai Kanzaki-sensei, aku mengkhawatirkan dia.
Aku ingin wali kelasku yang selalu memperhatikan siswanya juga bahagia.
"......itulah maksudku."
"Saya juga menjelaskan situasiku padamu dengan terus terang. Kita setara dalam hal ini."
"Apanya yang setara antara murid dan guru?" kata sensei mengabaikannya.
"Bagaimanapun, aku mengerti situasinya. Tapi akan lebih baik untuk menghindari pertemuan rahasia dengan gadis di masa depan. Jika kamu menimbulkan masalah lagi, aku tidak akan bisa membantumu."
"Apa sekarang ini dan dengan sensei juga dihitung?"
"Tolong jangan menyeretku ke dalam hubungan cintamu juga!"
"Maafkan saya!"
Di bawah tatapan seperti haus darah dari Kanzaki-sensei, aku meneguk tehku dalam sekali teguk dan meninggalkan ruang teh.
Waktu itu tepat lima menit sebelum dimulainya jam kelima.
Kami menyelesaikan konsultasi tepat pada waktunya untuk masuk kelas.
***
Para siswa tahun pertama mengakhiri hari itu dengan kelas jam kelima mereka.
Suasana hati Yukinami Sayu yang murung tidak ceria kembali dan tanpa disadari sudah waktunya untuk meninggalkan sekolah.
Kesedihan, kemarahan, penyesalan, dan banyak emosi lain berputar-putar dengan hebatnya.
Hatinya bagaikan layang-layang dengan tali yang putus. Melayang tanpa tujuan di udara, masih belum bisa memutuskan bagaimana caranya mendarat.
Tidak, apa yang menantinya bukanlah mendarat, tapi terjatuh.
Sekalinya terjatuh, maka akan hancur berantakan dan tidak akan pernah bisa disatukan kembali.
---Dirinyalah yang memutuskan hubungan.
Wajah Sena Kizumi terlihat sangat sedih ketika ia menolak pengakuannya.
Ketika dia menceritakan bahwa dialah yang telah menyebarkan rumor, ia sangat terluka.
---Bagaimanapun cinta yang tidak akan terwujud, daripada berlarut-larut dengan menyedihkan, biarkan cinta itu hancur secara menyeluruh.
Itulah niatnya.
Namun senpai yang baik hati itu masih mengatakan bahwa itu adalah kebohongan dan tidak pernah mau mempercayainya.
Dirinyalah yang mengkhianatinya ketika ia mencoba mempercayainya.
Tln : agak mbingungin lagi, kalo ia itu cowo, kalo dia itu cewe
Jika dia tidak melihat mereka berdua berjalan bergandengan tangan pada Sabtu pagi itu, sejujurnya dia bisa saja tersesat.
Tinggal di lingkungan yang sama tidak pernah menjadi bumerang seburuk ini.
Tapi dirinya tidak pernah bisa melupakan pemandangan yang terbakar di matanya.
Karena tidak bisa menerima kenyataan ini, tanpa disadari dia menumpahkannya dalam kata-kata.
Pada saat dia sadar, sudah terlambat.
Dia tidak akan pernah melupakan wajah-wajah di sekelilingnya saat mereka mendengarnya.
Wajah setiap orang bersinar dengan kepolosan dan rasa ingin tahu. Dalam waktu singkat, rumor itu telah menyebar.
Pada akhir minggu, satu kalimat cerobohnya diketahui di seluruh sekolah, dan dia menjadi ketakutan.
Jika ia tahu bahwa dirinyalah sumber rumor itu, ia akan membencinya. Dengan pemikiran itu, dia menyerah untuk bergabung dengan klub upacara minum teh, meskipun dia tertarik.
Sementara menyalahkan dirinya sendiri karena merasa bersalah, di suatu tempat di dalam hatinya, dia berharap kalau akan bagus jika mereka berdua putus.
Ada bagian dirinya yang berharap seperti itu.
Hasilnya, hubungan mereka menjadi terpublikasi.
Sayu menyadari bahwa dia tidak bisa menang lagi.
Tentunya, hal seperti itu disebut cinta yang ditakdirkan.
Apa pun rintangan yang mereka hadapi, mereka bisa mengatasinya, dan setiap kali mereka melakukannya, ikatan mereka tumbuh lebih kuat.
Ini adalah kebalikan dari cintanya.
Yukinami Sayu tidak bisa mengumpulkan keberanian, melewatkan waktunya berkali-kali, meski begitu masih tidak bisa menyerah, dan akhirnya tidak bisa melakukannya tepat waktu.
Dia menyalahkan pihak lain, dengan mengatakan bahwa dia ingin anak laki-lakilah yang menyatakan perasaannya padanya.
Siapa di dunia ini yang memutuskan bahwa anak perempuan harus menunggu?
Jika kau menyukai seseorang, katakan kalau kau menyukainya.
Dia membenci dirinya di masa lalu karena tidak mampu melakukan hal sederhana seperti itu.
Dia berharap dia bertindak lebih cepat, tapi menyesalinya juga sudah terlambat.
Pada akhirnya, ingin menyakiti orang yang dia cintai hanyalah karena dia ingin dibenci sebagai balasannya.
Dia tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan dengan dirinya sendiri.
Dia berlari keluar kelas seolah-olah ingin melarikan diri dan mencoba meninggalkan sekolah sesegera mungkin.
Dia menuruni tangga dan berganti sepatu. Pergi ke luar dan mendekati gerbang sekolah.
"Ah. Ketemu."
Kemudian, berjalan dari sisi lain adalah Arisaka Yoruka dalam seragam sekolahnya.
"Sukurlah waktunya tepat."
"......Kenapa Yoru-senpai datang dari luar?"
Sayu tidak tahu bahwa Yoruka absen hari ini.
Kebingungannya akhirnya mencapai puncaknya ketika saingan cintanya tiba-tiba muncul di depannya.
"Aku sebenarnya berniat absen karena penerbangan pulangku tertunda, tapi......ada alasan aku harus datang."
"Sekarang sudah jam keenam."
"Aku tidak berniat mengikuti kelas dari awal."
Yoruka dengan anggun mengibaskan rambut panjangnya dan berdiri di samping Sayu.
"Bisa kita bicara sebentar?"
"Tapi......"
Rasa bersalah berputar-putar di dalam hatinya dan dia ingin melarikan diri sekarang juga.
Namun, dia juga ingin berbicara dengannya.
Seolah memikirkann perasaan Sayu yang tersesat, Yoruka menggandeng tangannya.
"Mari kita pergi."
Keduanya menuju ke halaman di antara gedung-gedung sekolah.
"Apa kamu ingin minum sesuatu?"
"Kalau begitu, milktea hangat."
Yoruka membeli minuman untuk dirinya sendiri dan Sayu dari mesin penjual otomatis di dekatnya.
Mereka duduk bersama di bangku yang menghadap ke halaman.
"Ini."
"Terima kasih," kata Sayu, menerima botol plastik dari Yoruka dengan rasa hormat.
Yoruka yang menuntunnya datang kesana, tapi Sayu tersadar ketika ia duduk di bangku.
Entah bagaimana situasi ini.
Dalam perjalanan pulangnya, dia tiba-tiba disambar oleh Arisaka Yoruka, dan mereka memutuskan untuk berbicara berdua saja.
Memikirkannya dengan tenang, ini adalah situasi yang cukup tidak biasa.
Arisaka Yoruka, yang terkenal karena membenci orang, sedang bersama seseorang di sekolah. Terlebih lagi, orang itu adalah adalah dirinya.
Hanya dengan berada di samping Yoruka, yang merupakan orang paling terkenal di sekolah, para siswa yang melewati halaman melihat ke arahnya untuk melihat apa yang sedang terjadi.
"Yoru-senpai, apa kamu suka jus tomat?"
Apa yang diminum Yoruka adalah jus tomat dalam kaleng.
Untuk mengisi keheningan, Sayu berbicara tentang apa yang dilihatnya untuk saat ini.
"Aku ingin menghilangkan kekurangan sayuranku."
Yoruka dengan diam memiringkan kaleng.
Dia masih lelah dari penerbangan panjang dan atmosfir yang dikeluarkannya lebih lesu dari biasanya.
"Kamu memperhatikan kecantikanmu, ya."
"Karena aku makan terlalu banyak di perjalanan," kata Yoruka, sambil mengusap pinggangnya yang tidak terlalu gemuk.
"Eh, tapi Yoru-senpai sangat langsing, bukan?"
Ketika Sayu menjawab dengan hambar,
"......Seperti yang kuduga, kamu gugup berbicara denganku?"
Yoruka meletakan kaleng itu kesamping dan bertanya dengan wajah lembut.
"Yah, kita hanya berbicara sedikit di karaoke sebelumnya."
"Aku tidak bermaksud mengintimidasimu."
"Tidak masuk akal untuk mengatakan agar tidak gugup di depan Yoru-senpai."
"Kamu tidak perlu terlalu defensif seperti itu."
Yoruka mencoba untuk perhatian dengan caranya sendiri, tapi itu adalah pembicaraan yang mustahil bagi Sayu saat ini.
Apakah Yoruka tahu tentang serangkaian percakapannya dengan Kizumi pagi ini? Apakah dia datang untuk mengeluh padanya tentang hal itu? Pikirannya berputar-putar dengan keringat dingin di punggungnya.
Sayu mencoba untuk mencari tahu maksud Yoruka yang sebenarnya sambil gelisah pada setiap kata-katanya sendiri.
"Kamu tidak meminum milktea-mu? Itu akan dingin."
"Ah! Aku akan meminumnya!"
Karena diminta, Sayu akhirnya meneguk botol plastik itu.
Rasa manis yang lembut dari milktea menyebar, dan dia merasakan ketegangannya sedikit rileks.
"Jangan terlalu kaku. Ini bahkan lebih canggung daripada saat terakhir kali kita berkaraoke, lho?"
Yoruka yang biasanya tidak banyak bicara dengan teman sekelasnya, kurang lebih seperti inilah dirinya ketika dia berbicara dengan orang lain selain Kisumi.
Meski begitu, dia memang bingung dengan Sayu yang begitu canggung.
Terlepas dari kenyataan bahwa mereka saling mengenal satu sama lain dalam batas tertentu, mereka sedikit terkejut saat mengetahui bahwa merekalah yang memberikan begitu banyak tekanan pada pihak lain.
Mereka terlalu memperhatikan satu sama lain, dan percakapan pun terhenti.
Dua orang gadis terdiam di bangku di halaman pada suatu sore di bulan Mei.
Hamparan bunga di bagian tengah dipenuhi dengan bunga musim semi yang sedang mekar, seperti nemophila dan tulip, sungguh memanjakan mata.
"--- Um, Yoru-senpai! Kenapa kamu memanggilku!?"
Tidak tahan dengan keheningan, Sayu langsung bertanya.
Dia siap untuk dimaki dan diomeli. Gadis yang ada di sini memiliki hak itu.
Dan dia melakukan sesuatu pada laki-laki milik Arisaka Yoruka yang membuatnya pantas untuk disalahkan.
Sayu menggigit bibirnya dan menunggu dengan sabar untuk jawaban Yoruka.
"Tidak, kebetulan Sayu ada di sana, jadi kupikir kita bisa akrab jika kita berbicara."
"Bukankah itu terlalu polos?"
Tanggapannya terlalu tak terduga, dan Sayu tanpa sengaja meninggikan suaranya.
Sayu terpukul, bertanya-tanya apakah gadis cantik ini juga cantik sampai hatinya. Dia merosot ke belakang bangku dan tangannya memukul bangku, menumpahkan jus tomat Yoruka.
"Aaaaah? Maafkan aku! Apa itu mengenai seragammu?"
"Tidak apa-apa, itu tidak mengenaiku."
"Aku akan segera membelikanmu yang baru!"
Genangan merah menyebar di tanah.
Sayu yang ekspresi wajahnya kini berubah, panik dan segera berdiri.
"---Hei, Sayu-chan. Apa kamu mengaku pada Kisumi?"
Tiba-tiba mengenai inti masalahnya, Sayu membeku seolah-olah dia telah dijahit di tempat.
Kemudian, seolah pasrah, ia mengendurkan tubuhnya dan duduk di bangku lagi.
"Kamu sudah tahu?"
"Hanya menebak."
"Itu tepat sasaran."
Sayu mengakui dengan sedikit pasrah.
"Yeay."
"Apa itu hal yang tepat untuk senang?"
Sikap datar Yoruka menghilangkan kewaspadaan Sayu.
"Hn---tidakkah itu membuatmu merasa lebih baik ketika mengatakan perasaanmu yang sebenarnya pada orang lain? Aah, kurasa aku tidak bisa menyembunyikan apapun dari orang ini, seperti itu. Hinaka-chan mengajariku itu. Meski, jika kamu tidak nyaman, aku tidak akan menanyakan apapun."
Ketika Yoruka secara spontan mengucapkan putus pada Kisumi, Miyauchi Hinaka-lah yang menyelamatkannya dari pikirannya yang menyiksa dirinya sendiri. Seorang penolong yang jatuh cinta pada orang yang sama dengannya dan masih menghiburnya.
Yoruka juga berharap bisa membantu seseorang seperti itu.
"......tidak apa-apa aku mengakuinya?"
Tln : pengakuan disini kesannya itu kaya pengakuan dosa atau semacamnya, makanya yoruka bilang dia berlebihan
"Kamu melebih-lebihkan."
"Sudahlah, tolong dengarkan saja."
Sayu bersiap, dan memberitahunya.
"Akulah yang menyebarkan rumor tentang Yoru-senpai yang pulang di pagi hari."
"Ya, aku tahu tentang itu."
"......Eh?"
Kali ini juga, dia tidak bisa memahaminya.
Arisaka Yoruka memang mengatakan bahwa dia 'tahu'.
"Aku tidak suka orang lain melihatku, jadi aku peka terhadap tatapan orang lain."
"S-Sejak kapan?"
"Sabtu pagi itu, di stasiun, ketika Kisumi mengantarku..."
"Bukankah itu sejak awal!?"
"Ah, kurasa ada yang mengawasiku. Tapi pada waktu itu, aku begitu bergembira dengan Kisumi jadi aku anehnya tidak terlalu ambil pusing."
"Kekuatan cinta itu luar biasa, bukan?"
Tanpa sadar Sayu mengerang.
"Kedua kalinya adalah ketika aku keluar dari ruang konseling siswa. Aku merasakan tatapan yang familiar menusukku di koridor. Meski saat itu aku tidak ingat sejak kapan aku merasakan tatapan itu."
"Memang, aku diam-diam menunggu Ki-senpai."
Sayu tidak berpikir bahwa dia telah diperhatikan pada saat itu.
"Meski aku tidak menyadari bahwa orang yang menatapku adalah Sayu-chan sampai kita bertemu di karaoke."
"Apa aku sebegitu jelasnya?"
"Karena kamu juga membocorkan perasaan benci padaku, sebanyak perasaan sukamu pada Kisumi."
Yoruka mengingat kembali dan tertawa.
"Yoru-senpai, kamu terlalu sensitif."
Ketika memikirkan kepekaan Arisaka Yoruka seperti ini, tampaknya kesulitannya dalam hidup sangat luar biasa.
"Caramu memandang Kisumi sama sepertiku. Itulah sebabnya aku langsung tahu kalau gadis ini menyukainya."
"Meski kamu mengerti kalau aku menyukai Ki-senpai dan menyebarkan rumor itu, kamu tetap diam tentang aku yang berada di dekatnya......"
"Karena, Kisumi juga menyukaimu."
Tln : suka disini maknanya beda dengan yang diatas, kalo sayu suka kisumi sebagai lawan jenis, disini mungkin kisumi suka sayu sebagai juniornya
Kata-kata ini semakin melukai hati Sayu yang mulai melemah.
Tidak seperti Sayu, yang terjebak di masa lalu, Yoruka hanya melihat masa kini dan masa depan.
"Yoru-senpai berhak menyalahkanku. Kenapa kamu tidak mengatakan apapun?"
"Aku tidak tertarik untuk menemukan pelakunya. Selain itu, Kisumi akan menderita."
Yoruka tidak tergoyahkan.
Selain tidak tertarik dengan lingkungan sekitarnya, dalam pikiran Yoruka, itu hanya merepotkan untuk menyeret kembali apa yang sudah berakhir.
Selama itu tidak mengganggu Sena Kisumi, itu sudah cukup.
"Apa kamu tidak marah? Tidakkah kamu membenciku? Bukankah aku menyebabkan banyak masalah? Jika segala sesuatunya berjalan berbeda, kalian mungkin sudah putus, lho?"
"Tapi, Kisumi sudah menyelesaikannya."
"------"
Dia benar-benar luar biasa.
Gadis ini, yang menarik mata dan telinga orang lain karena kecantikannya yang luar biasa, dengan mudah menyeimbangkan hatinya hanya dengan kepercayaannya pada orang yang dicintainya.
Dia serius.
Itu bukan jenis cinta dangkal yang biasa dan berakhir sebagai sebuah halaman di masa muda seseorang.
Itu bukan mimpi atau delusi, tapi cinta nyata dengan pandangan ke masa depan.
"Selain itu, kupikir bukan ide yang buruk untuk menyatakan kalau kami berpacaran sekarang."
Yoruka mengakui dengan malu-malu.
"Dari sudut pandang seorang gadis, bukanlah hal yang buruk untuk mendapatkan perlakuan khusus dari seseorang yang kau sukai."
Sayu menemukan bahwa ketegangan dalam tubuhnya mulai terangkat. Kata-kata yang digunakannya untuk meresponnya juga menjadi semakin ringan.
"Seperti yang kuduga, begitulah seharusnya, ya! Awalnya aku bingung karena aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi aku berpikir, bahwa dengan memberi tahu semua orang seperti itu, aku dilindungi."
"Yah, kalau itu adalah keinginan membosankan untuk monopolimu, itu tidak mungkin, tapi itu Ki-senpai, kamu tahu. Butuh banyak keberanian, bukan?"
"Ya. Karena itulah aku bahagia sekarang."
"Yoru-senpai benar-benar menyukai Ki-senpai, ya."
"Aku menyukainya."
Setelah diperlihatkan wajah gadis Arisaka Yoruka yang sedang jatuh cinta, Sayu tidak lagi ingin bersaing dengannya.
Gadis cantik ini tidak diragukan lagi mencintai pria yang dicintainya.
Ini adalah kekalahan total.
Sayu akhirnya bisa mengakuinya.
Dia akhirnya bisa mengakhiri cinta tak terbalas yang panjang ini.
Ketika Sayu terbangun dari mimpinya tentang cintanya yang tak terwujud, air mata tumpah dari kedua matanya.
"Ugh, ugh, ugh, uwahhhhhhhhh-----------!!!!"
Tln : bayangin aja gimana orang kalo mau nangis, aku payah kalo ama yang beginian
Dia menangis seolah menjerit dengan seluruh tubuhnya, dan air matanya terus mengalir tanpa henti.
Tidak peduli seberapa banyak dia menjerit atau seberapa banyak air mata yang tumpah, rasa sakit di hatinya tidak menghilang.
Dia mencintainya.
Dia selalu mencintainya.
Hanya dengan memikirkan Kisumi saja sudah membuat hatinya berdebar-debar. Dia merasakan kegembiraan dalam interaksi sekecil apapun. Dia merasa istimewa untuk dijemput setiap pagi. Saat berangkat dipagi hari hanya berdua, dia ingin mengambil jalan yang lebih panjang. Sorakan menyemangatinya yang sederhana selama latihan menyelamatkannya. Meskipun lelah selama pertandingan, sorakannya membuatnya kembali bersemangat. Dia menikmati waktu singgah ke suatu tempat dalam perjalanan pulangnya. Dia senang bahwa ia mendengarkan keluhannya dengan serius. Dia ingin bersamanya, berpura-pura memintanya mengajarinya belajar. Lagi, lagi, lagi------
"Aku juga ingin menjadi yang istimewa bagi Ki-senpai. Tapi kebaikan Ki-senpai tidak hanya khusus untukku......Namun, kebaikan yang ia tunjukkan pada Yoru-senpai berbeda. Itu benar-benar berbeda."
"Ya."
"Selain itu Yoru-senpai adalah wanita yang cantik, meski begitu kamu juga orang yang baik."
Sayu bahkan mengatakan hal-hal seperti itu sambil terisak.
"Karena kita menyukai orang yang sama, ya."
"Aku adalah junior yang menyatakan perasaanku padanya saat kamu berlibur ke luar negeri. Normalnya, kamu akan membenciku."
"Aku sudah terbiasa kalau seseorang mengaku padanya ketika aku tidak ada."
Yoruka menggerutu bahwa mau bagaimana lagi karena Kisumi itu populer.
"Eh? Siapa?"
"Hasekura-san dan Hinaka-chan."
"Bahkan Miyauchi-senpai!! Eh, seriusan? Kenapa Ki-senpai berkaraoke seperti itu tanpa terlihat peduli! Apa kepalanya rusak ketika ia berkencan Yoru-senpai? Mereka bahkan memulai pertemuan Sena!"
Wajah Yoruka berubah masam saat dia bertanya, "Apa maksudmu,"
"Ia menolak mereka, tapi mereka masih bersama......"
Air matanya terhenti ketika dia mendengar kebenaran yang mengejutkan.
Sambil memutar matanya yang memerah, dia sekarang tahu betapa istimewanya anggota karaoke itu.
"Karena itu, aku tidak masalah jika ada satu junior lagi yang menyukai Kizumi sekarang."
"Uwah. Kelebihan dari seorang pemenang."
"Tidak ada yang seperti itu."
"Kelihatannya tidak seperti itu," kata Sayu terus terang, tanpa ironi atau sarkasme.
"Mungkin, karena aku berpikir bahwa aku tidak keberatan dikhianati oleh Kisumi."
Yoruka mengatakan hal seperti itu sambil menatap ke kejauhan.
"......Itu adalah kalimat yang bisa kamu katakan karena kamu tidak akan pernah dikhianati."
Ketika Yoruka mengatakan itu dengan penuh kasih tentang orang yang dicintainya, Sayu tidak bisa menahan tawa, karena dia tiba-tiba merasa konyol karena merencanakan untuk mencuri cintanya.
Tln : maaf di bab ini banyak nyisipin catatan, moga aja ngga ngeganggu