Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V2 Chapter 10

Chapter 10 - Masa muda itu singkat dan menyakitkan




Setelah perwalian di jam terakhir selesai, aku menyadari pesan itu.


Yoruka: Aku berada di halaman dengan Yukinami-san. Datanglah setelah jam pelajaran selesai, Kisumi.


"......Ha?


Aku tidak segera memahami makna pesan dan membeku.


Yoruka ada di sekolah sekarang? Terlebih dengan Sayu? Eh, maksudku, dia sudah kembali ke Jepang?


"Kenapa?"


Aku mengambil tasku dan berlari ke koridor. Dan melihat ke luar jendela yang menghadap ke halaman. 


Aku melihat mereka berdua duduk di bangku dekat mesin penjual otomatis.


"Apa maksudnya ini?"


Untuk sekarang aku bergegas ke halaman.


Aku berlari menuruni tangga. Aku sampai di lantai dasar dan keluar ke halaman dari koridor yang menghubungkan gedung-gedung sekolah dengan masih menggunakan uwabaki.

Tln : uwabaki, sepatu indoor


Aku berlari secepat mungkin ke bangku tempat mereka berada.


"Lama."


Yoruka berubah menjadi cemberut begitu dia melihat wajahku.


"Penerbanganmu tertunda, bukan. Kupikir kamu akan absen dari sekolah."


"Itulah rencananya."


Yoruka menatapku dengan ekspresi tegas.


"Lalu kenapa? Kamu pasti lelah karena penerbangan yang panjang, 'kan. Kamu terlihat kurang tidur."


Melihat wajah Yoruka, aku bisa tahu kalau dia lebih lesu dari biasanya.


Padahal kamu begitu cepat menyadari hal seperti itu, gumam Yoruka.


"Yoruka?"


"Karena kamu tidak membalas pesanku! Aku datang karena mengkhawatirkanmu!"


"......Ah."


Sudah kuduga, itu ide yang buruk untuk tidak membalas pesan itu.


Aku sangat lelah karena insiden di atap jadi aku hanya membuka pesan dan benar-benar lupa untuk membalasnya.


Alasan mengapa hal-hal menjadi serumit ini dengan Sayu adalah karena aku lupa untuk membalasnya.


Aku akan berhati-hati di masa mendatang. Aku terlalu ceroboh untuk membuat kesalahan yang sama meski aku sudah memutuskannya.


"Maaf, Yoruka. Aku..."


"Aku bisa mengerti kalau Kisumi terkejut. Karena itu, sebaiknya menemui dia terlebih dahulu, kan?"


Yoruka menunjuk kearah Sayu yang diam dari tadi dengan matanya.


Itu benar.


Arisaka Yoruka adalah gadis yang seperti ini.


Bahkan ketika aku tidak membalas pesan tentang putusnya kami, dialah yang datang untuk berbicara denganku pada akhirnya.


Kali ini juga sama. Ketika aku dalam keadaan sulit, gadis ini selalu ada untukku. 


Karena tidak adanya balasan dariku, dia merasakan bahwa sesuatu telah terjadi.


Bahkan jika dia baru saja pulang ke rumah, dia akan datang karena khawatir.


"Terima ka---, eh?"


Tiba-tiba aku melihat genangan air merah di kakiku dan wajahku menegang.


"I-Itu hanya jus tomat yang tumpah. Kami tidak melakukan apa-apa! Tidak juga bertengkar!"


"Bukannya aku mencurigainya."


"Yah, bagaimanapun juga, sepertinya itu adalah keputusan yang tepat untuk datang ke sini hari ini."


Yoruka sepertinya memahami situasinya dan tidak mengatakan apa-apa lagi.


Hanya percaya padaku dan mengawasi, dan mengatakan untuk menyelesaikannya dengan benar.


Aku berdiri di depan Sayu, yang diam dan tidak bergerak.


"Sayu."


"Ki-senpai."


Sayu yang tetap kaku, melirik ke arahku dan segera menundukkan kepalanya.


"Tolong jangan terlalu banyak melihat wajahku. Aku terlalu banyak menangis tadi dan make-up ku juga berantakan."


"Bagaimanapun itu tanggung jawabku karena membuatmu menderita. Kalau saja aku datang pada pertandingan itu tahun lalu, ini tidak akan jadi panjang seperti ini. Karena itu, biarkan aku meminta maaf dengan benar. Maaf."


Aku menundukkan kepala.


"T-Tolong hentikan itu. Terlebih, aku sudah menyebabkan masalah bagi kalian berdua, jika kamu meminta maaf lagi, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan."


"Selain itu, aku punya permintaan padamu!"


"Permintaan, ya......?"


Sayu menunggu kata-kataku dengan gemetar.


"Aku ingin berbaikan. Aku ingin kembali ke hubungan di mana aku bisa berbicara denganmu tanpa merasa enggan sekali lagi."


"------"


"Aku tidak ingin melupakan Sayu. Aku juga tidak membencimu, aku ingin kita menjadi senior dan junior lagi."


"Apa kamu mau memaafkan aku yang seperti ini?"


"Rumor itu membuatku lebih siap untuk yang terburuk. Itu membuat ikatanku dengan Yoruka lebih kuat."


Bisa dibilang itu kebetulan, bahwa tanpa terduga Sayulah yang mendorong kami, benar-benar hubungan yang misterius.


"S-Sudah kubilang kamu terlalu bersikap positif tentang itu. Apa-apaan itu, menjijikan."


Seolah jijik, Sayu mundur sampai ke tepi bangku.


"Ini adalah keinginan sepihakku. Untuk Sayu. Aku tidak akan memaksamu. Jika kau tidak menyukainya, aku akan menyerah kali ini."


"Buu! Jangan mengujiku seperti itu!"


Meski Sayu meringkuk di sandaran tangan bangku dan mencoba menjaga jarak, tapi dia tidak lari dari tempat ini.


"Kau bisa melakukan apa pun yang kau suka, Sayu. Aku tahu aku mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal."


"Su-dah-ku-bi-lang, aku tidak peduli dengan situasimu, Ki-senpai! Yang salah sekarang adalah, umm, akulah yang bermasalah......"


Sayu memotong kata-katanya dengan ekspresi yang rumit. Dia terlihat kebingungan dengan apa yang harus dilakukannya.


"---kalau kamu tidak bisa memaafkan dirimu sendiri, aku akan menghukummu."


"Yoruka......"


"Dia sudah menggoda pacarku. Jadi tidak apa-apa, bukan."


Kisumi diam saja, mata yoruka mengeluh.


"Tidak apa-apa. Katakan saja, Yoru-senpai."


"Ya. Ini akan sulit. Kupikir itu cukup menyusahkan. Mungkin akan lebih mudah untuk melarikan diri tanpa mendengarkannya. Tapi sekarang kamu sudah bertanya, aku akan membuat Sayu-chan menerima konsekuensinya."


"Ya."



"---Berbaikanlah dengan Kisumi. Itulah hukumanmu."



Yoruka tanpa ragu-ragu mengajukan permintaan yang sama denganku. 


"K-Kalian berdua terlalu lunak padaku!"


"Benarkah? Bagaimana menurutmu, Kisumi? Meski, aku tidak akan memaafkanmu untuk hal selain itu."


"Tidak, sebaliknya, kita mengatakan hal yang cukup tegas, kan."


Aku juga melebih-lebihkan.


"......Sungguh, kalian benar-benar mirip, ya. Ki-senpai dan Yoru-senpai."


Sayu menatapku dan Yoruka secara bergantian, mati-matian berpura-pura kuat dengan bibir gemetar.


"Aku tidak akan ragu-ragu untuk bersikap manja pada kalian lagi, lho."


"Lakukan sesukamu. Aku terbiasa mengurus junior yang tidak menawan ini."


"Buu!"


Sayu terlihat sedikit segan, tapi tertawa pada akhirnya.


"Aku ingin tetap menjadi senpaimu. Meskipun kau seorang pembohong, kau tetaplah juniorku yang lucu."


"......Itu tidak adil. Ikatan antara aku dan Ki-senpai tidak bisa diputuskan bahkan setelah semua ini, ya. Dan jika aku bahkan terikat dengan Yoru-senpai, maka aku tidak bisa melarikan diri lagi, bukan?"


Sayu menerima keinginanku dan Yoruka yang sangat memaksa.


Dan kemudian, seakan-akan tidak ada lagi yang perlu dikatakan, dia berdiri dengan mantap.


"Ki-senpai. Bisa aku mengajukan satu pertanyaan terakhir?"


"Apa itu?"


"Jika aku mengaku padamu musim panas tahun lalu, apa kamu akan mengatakan ya?"


Dia menatapku dengan matanya yang memerah.


"Aku sudah menyukai Yoruka saat itu. Jadi, jawabannya sama seperti sekarang."


Aku menjawab dengan jelas.


"Buu! Sungguh, kalian berdua benar-benar saling mencintai!"


Sayu tidak menangis lagi.


"H-Hei, ayo pergi! Sampai jumpa, Sayu-chan."


Yoruka sepertinya malu dengan kata-kataku dan mencoba untuk pergi dengan tergesa-gesa.


"Eh? Yoruka, bukankah kamu terlalu terburu-buru. Sayu, sampai jumpa nanti!"


"Ya, sampai jumpa. Ki-senpai."


Sayu melihat kami pergi dengan sedikit kesepian.


Yoruka kemudian menarik lenganku untuk menyembunyikan rasa malunya dan membawaku ke dalam gedung sekolah.


"Mau kemana kita?"


"Ruang persiapan seni. Aku akan membuatmu menjelaskan kenapa kamu tidak membalas pesanku."


"Eh, kupikir kamu sudah memaafkanku?"


"Tidak. Kita juga harus mengambil langkah untuk mencegah hal itu terjadi lagi."


"Jangan terlalu keras padaku."


"Apa kamu senang membuat pacarmu merasa khawatir?"


Setiap siswa yang kami lewati memandang kami dengan penasaran.


Jika menempel sedekat ini, bahkan pasangan biasa pun akan menarik perhatian.


"Apa tidak apa-apa, kita sedang diperhatikan, lho?"


"Tidak apa-apa, ini membuatku tenang. Sudah lama juga."


Yoruka memelukku dan bersandar ke dalam pelukanku untuk menyembunyikan pipinya yang memerah.


"......Selamat datang kembali, Yoruka. Aku merindukanmu."


"Aku pulang. Aku juga, Kisumi."

***




Saat punggung mereka merdua tidak terlihat lagi, Hasekura Asaki dan Miyauchi Hinaka saling berpapasan dan lari kearahnya.


"Eh, genangan air merah apa ini?"


"Apa terjadi hujan darah? Mau pergi ke UKS? Kamu bisa berjalan sendiri?"


Sayu merasa lucu saat Asaki dan Hinaka begitu cemas.


"Ini jus tomat, jadi tidak apa-apa......Mungkinkah, kalian melihatnya?"


"Saat kupikir ada banyak orang yang berkumpul di halaman, aku melihat kalian bertiga."


"Dan sebelum itu, Sumisumi berlari keluar kelas dengan tergesa-gesa."


Asaki dan Hinaka saling memandang dengan canggung.


"Maaf membuat kalian khawatir. Aku ditolak dengan aman, dan sekarang menjadi salah satu rekan kalian!"


Sayu melaporkan patah hatinya dengan ceria.


"Kenapa kamu terlihat begitu bahagia?"


"Apa itu sesuatu yang bisa dikatakan dengan riang gembira."


Mereka berdua bingung untuk menanggapi keadaan Sayu yang diluar ekspektasi.


"Aku mengakui semua pada Ki-senpai dan Yoru-senpai dan mereka memaafkanku. Kemudian mereka menyadari bahwa apa yang sebenarnya kuinginkan adalah agar mereka tidak melupakanku."


Cintanya pada Sena Kisumi sangat dekat.


Namun, mereka berada di angkatan yang berbeda, ia pensiun dari kegiatan klub, mengikuti ujian masuk, lulus, dan pada berbagai waktu lainnya, jarak di antara mereka terbuka.


Itu bukanlah pemicu yang tidak biasa, tapi hal yang umum terjadi.


Hari-hari ketika dia merasa nyaman bersamanya telah berlalu, dan kesepian karena kesendirian bercampur dengan cintanya yang tersembunyi untuknya, membuatnya menginginkan dirinya bahkan lebih kuat daripada saat itu.


Pada hari dia memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya, ia tidak muncul.


Meski mereka sangat dekat. Itu memunculkan ketakutan bahwa Kisumi telah melupakan keberadaan dirinya.


Dia mati-matian mengejarnya, dan ketika akhirnya dia berhasil menyusulnya, seorang wanita selain dirinya berada di sampingnya.


Dan setelah pengakuan dengan mempertaruhkan dirinya, ia dan dia ingin Yukinami Sayu tetap dekat dengan mereka.


"Sukurlah kalau kamu sudah memilah perasaanmu."


Asaki menepuk dadanya.


"Rasanya, seperti mengupas kulit atau semacamnya, ya."


Hinaka dengan ringan menepuk punggung Sayu.


"Terimakasih banyak."


Tiba-tiba keheningan turun.


"Kalau begitu, bagaimana kalau kita bertiga, aliansi patah hati, pergi kesuatu tempat?" 


Hinaka menyarankannya dengan suara ceria.


"Bukankah nama itu terlalu negatif? Hinaka-chan. Terlebih di pertemuan Sena, aliansi patah hati katamu."


Asaki tersenyum pahit dan dengan lembut tidak setuju.


"Aku tidak keberatan, kok. Tapi---Asa-senpai masih belum, kan?"


"Eh, hanya aku satu-satunya yang dikecualikan? Kenapa?"


Untuk respon bercanda Asaki, Sayu menjawab dengan ekspresi serius. 


"Soalnya, selanjutnya itu giliran Asa-senpai, kan?"


"Aku?"


"Kamu masih mencintai Ki-senpai, bukan?"


Ketika ditanya oleh Sayu, Asaki tidak bisa langsung menyangkalnya.


"T-Tunggu sebentar! Itu tidak baik! Aku tidak bisa membiarkanmu mengganggu Sumisumi dan Yoruyoru!"


Hinaka dengan cepat menyela.


"Yukinami-san, tolong jangan mengganggu dan memanas-manasi Asaki-chan dengan cara yang aneh."


"Itu mustahil, Miyauchi-senpai. Asa-senpai, jauh di lubuk hatinya belum menyerah. Aku juga seperti itu, jadi aku tahu betul."


"Kouhai-chan yang baru saja patah hati sedang kacau!"


"Aku sudah tenang. Karena sudah tenang, jadi itulah yang kupikirkan."


Meski Hinaka berusaha untuk mengubah alur percakapan, tapi di suatu tempat di dalam hatinya, dia yakin dengan pendapat Sayu.


Menerima tatapan tegas Sayu, Asaki yang terdiam akhirnya membuka mulutnya.


"......Ya, kukira begitu. Maaf, Hinaka-chan. Aku akan menahan diri untuk tidak bergabung dengan aliansi patah hati."


Mendengar kata-kata Sayu, Asaki memutuskan untuk menghadapi perasaannya yang belum sepenuhnya tertata sekali lagi.


Cinta Hasekura Asaki belum berakhir.

***




Rasanya begitu nostalgia berada di ruang persiapan seni, hanya kami berdua.


Aku menatap ruangan yang sudah tidak asing lagi dengan perasaan yang anehnya segar, meskipun ruangan itu hanya kosong selama seminggu atau lebih selama liburan Golden Week.


"Ah, aku haus. Sekali-kali, Kisumi yang membuat teh. Aku ingin teh hijau hari ini."

Tln : Ryokucha, teh hijau jepun


Yoruka duduk di kursi biasanya.


Dia biasanya minum kopi atau teh hitam, tapi kurasa karena dia sudah lama berada di luar negeri, dia merindukan teh hijau.


"Dimengerti."


Sementara aku menunggu air mendidih dalam ketel listrik, aku mengeluarkan beberapa senbei rasa shouyu dari persediaan makanan ringan.

Tln :Senbei, makanan tradisional khas Jepang yang terbuat dari tepung beras. Shouyu, kecap


"Kapan kamu tiba di Jepang?"


"Sekitar tengah hari ini. Sungguh, saat itu benar-benar berangin ketika kami berangkat dari sana, jadi pesawat itu seperti roller coaster, naik dan turun berkali-kali, benar-benar menakutkan. Aku berpegangan pada kursi sepanjang waktu."


"Itu sangat berat, ya."


"Aku juga tidak cukup tidur di pesawat, rasanya seluruh badanku retak."


"Mau kupijat bahumu?"


"Kedengarannya bagus. Tolong."


Aku menuang teh kedalam cangkir teh, dan meletakannya di depan Yoruka bersama dengan senbei.


Ini adalah waktu camilan yang bagus.


"Hmm, Kisumi kopi ya. Kita tidak sama."


Aku minum kopi hitam seperti biasa. 


"Aku sudah minum secangkir teh hijau yang enak saat makan siang."


"......Dimana kamu meminumnya?"


"Eh? Aku berkonsultasi dengan Kanzaki-sensei, dan kami meminum teh hijau di ruang te---"


Tenggorokan membeku di tengah-tengah jawabanku.


Kanzaki-sensei adalah musuh alami Yoruka.


Seperti yang kupikirkan, Yoruka marah. Ekspresi matanya 30% lebih mengerikan daripada biasanya, mungkin karena kurang tidur.


"Kisumi, kamu pergi ke tempat guru itu lagi! Kenapa!"


"Karena aku harus segera mengkonfirmasikan sesuatu dengan sensei."


"Itu artinya hanya kalian berdua! kan?"


Yoruka datang mendekatiku. Radar kecemburuannya terlalu sensitif.


"Kenapa kamu bisa begitu peka."


"Aku ceroboh. Seharusnya aku datang lebih awal."


"Kamu masih berada di bandara pada waktu itu, kan."


"Mu~~~~~, aku seharusnya menyewa jet."


"Apa keluarga Arisaka memiliki uang sebanyak itu?"


"Aku benci cuaca buruk."


Aku tidak bisa secara realistis memutuskan apakah dia bercanda atau serius.


"Kenapa kamu begitu memusuhi Kanzaki-sensei, Yoruka?"


"Pokoknya, guru itu tidak boleh! Apa yang tidak boleh ya tidak boleh!"


"Padahal kamu bisa memaafkan Sayu, aku benar-benar tidak mengerti......"


Aku tidak tahu kenapa Yoruka begitu agresif, jadi aku bertanya.


Dari awal, Yoruka tidak tertarik pada orang lain. Untuk dirinya yang seperti itu, pasti ada alasan yang sangat kuat untuk memusuhinya.


Segera setelah dia mengetahui bahwa Asaki-san akan datang ke karaoke juga, dia memutuskan untuk bergabung.


Kupikir, dia adalah seorang gadis dengan kesukaan dan ketidaksukaan yang sangat ekstrim.


Tahun lalu juga, Yoruka dan aku menghabiskan satu tahun di kelas Kanzaki-sensei.


Aku tidak ingat melihat mereka berdua berbicara sejak awal, sebelum ada atau mungkin tidaknya masalah antara Yoruka dan Kanzaki-sensei.


Jika demikian, apakah mereka berdua memiliki hubungan sebelum dia memasuki sekolah?


"Yoruka, apakah ada sesuatu yang terjadi antara kamu dan sensei di masa lalu?"


"Bukan aku."


"Kalau begitu kakakmu, ya."


Aku segera menyadari jawabannya.


Yoruka menegaskan dengan diam.


"Ini adalah kesempatan yang bagus, jadi bisakah kamu menceritakannya? Karena sebagai perwakilan kelas, aku harus berbicara dengan sensei bagaimanapun."


"......Onee-chan berubah sejak masuk sini. Karena guru itu."


"Siscon kah."


Bertentangan dengan ekspektasiku, ternyata karena dia sangat menyayangi kakaknya.


"Tidak, bukan itu!"


"Tapi bukan berarti kamu membenci kakakmu yang sudah berubah, kan."


Pasa saat rumor sebelumnya juga, kakaknya dan Kanzaki-sensei bekerjasama dan menolong adik perempuannya, Yoruka.


"Itu benar, tapi......"


"Ho ho, jadi kamu terkejut bahwa dia bukan kakakmu yang kamu kenal? Itu sebabnya kamu menjadikan Kanzaki-sensei sebagai musuhmu, bukan?


"Kenapa jadi diartikan seperti itu."


Yoruka dengan keras kepala menolak untuk mengakuinya.


Bagaimanapun anak ini dalam penyakit serius.


Kanzaki-sensei adalah musuh bebuyutan yang telah mengubah kakak perempuannya yang dia sayangi dan hormati, dan dia tidak akan senang jika harus menghabiskan masa SMA-nya sebagai muridnya.


"Kupikir dia adalah guru yang baik, lho. Tidak perlu terlalu mewaspadainya."


Bahkan hari ini, jika bukan karena nasihat Kanzaki-sensei, aku tidak berpikir aku akan bisa dengan jujur mengatakan pada Sayu untuk berbaikan denganku.


"Bahkan Kisumi memihaknya?"


Yoruka marah.


"Dari awal, dia bukan musuh atau sekutu."


"Pokoknya, Kisumi juga tidak boleh menerima pengaruh buruk dari guru itu."


Yoruka mengakhiri topik ini dengan mengatakan itu.


Hanya tiga tahun, meski hanya tiga tahun.


Itu adalah waktu yang cukup bagi seorang remaja untuk tumbuh dewasa.


Pemicu perubahan kakaknya mungkin hanya kebetulan Kanzaki-sensei.


Sejak awal, jika ada kejadian yang membuat Yoruka memiliki rasa tidak percaya, tidak mungkin dia akan berinteraksi dengan Kanzaki-sensei setelah lulus. Dia tidak dipaksa untuk melakukannya, kakaknya menjadi orang baru atas kehendaknya sendiri.


Itulah yang kupikirkan.


Aku meletakkan bangku di depan kursiku, melihat kalau pacarku sekarang dalam suasana hati yang lebih baik.


Yoruka duduk di bangku dan aku memijat bahunya dari belakangnya.


Aku dengan lembut meletakkan tanganku di kedua bahunya yang indah. Mereka memang kaku.


"kuu------."


Ketika saya mulai memijatnya, Yoruka mengeluarkan suara seperti sedang kesakitan.


"Kamu baik-baik saja?"


"Rasanya enak, tapi geli."


"Bahumu sangat kaku."


"Tapi Kisumi, kamu pandai memijat, ya."


Meskipun badan Yoruka menggeliat, tapi dia berhasil menahannya.


"Selanjutnya, punggungmu," kataku, menggerakkan jari-jariku dari bahu ke punggungnya.


"Ah, ugh------"


"Disini juga cukup buruk."


Pijatan mengalir dari leher ke punggung dan kemudian ke punggung bawah.


"Selanjutnya......"


"Cukup! Aku sudah rileks!"


"Oke, jangan bergerak, ya."


Yoruka mencoba berbalik, tapi aku dengan paksa memutarnya kedepan.


"Kubilang sudah cukup. Kisumi, terimaka------"


Aku memeluk Yoruka dari belakang.


"Eh!? E-Eh?"


Kemudian aku meletakkan ujung hidungku ke tengkuk lehernya.


"K-Kisumi?"


"---Akulah yang harus berterima kasih."


Aku membawa Yoruka di dalam tanganku, memeluknya dan tidak melepaskannya.


Yoruka sedikit mencoba untuk menolaknya, tapi segera mengendurkan tubuhnya dan bersandar padaku.


"Jarang sekali Kisumi yang memelukku, ya. Ini hadiah untuk apa?"


"Menunggu pacarku yang pergi ke luar negeri dengan sepenuh hati."


"Itu hanya seminggu."


"Bagiku, ini sama beratnya dengan liburan musim semi."


"Kita sudah melakukannya sebelum aku pergi, lho."

Tln : pelukan di bab 6



"Yang itu tidak cukup."


"Kisumi anak yang manja, ya."


"Apa yang salah dengan menginginkan seseorang yang kau cintai? Aku adalah pasien yang menderita penyakit kekurangan Yoruka stadium akhir."


"Itu, bukankah kamu akan mati kalau aku tidak ada."


"Kurasa."


"Ya, ya. Aku juga merindukanmu."


Yoruka mengulurkan tangannya dan membelai rambutku, seolah dia sedang menenangkan anak yang rewel.




Aku terus memeluknya sampai kami tenggelam dalam panas tubuh masing-masing, lalu aku mendengar napas orang tertidur.


"Sepertinya dia menahan kantuknya."


Dia mungkin lelah karena perjalanan panjang dan juga jet lag.

Tln Jet lag, masalah tidur sementara akibat melakukan perjalanan cepat melintasi beberapa zona waktu.


Yoruka yang sudah tenang menunjukkan wajah tidurnya.


Itu membuatku senang lebih dari apapun.


Aku menyaksikan dengan tenang saat sinar matahari oranye memudar dari dalam ruang persiapan seni, dengan Yoruka yang tertidur dalam pelukanku.


Entah sudah berapa lama waktu berlalu sejak ruangan menjadi gelap. Lalu sebuah ketukan kecil bergema


Setelah menunggu sebentar, pintu terbuka.


Kanzaki-sensei lah yang datang.


Aku sangat terkejut sampai-sampai hampir menggerakkan tubuhku. Aku khawatir kalau aku telah membangunkan Yoruka.


"Tidak apa-apa. Itu tidak membangunkannya."


Sensei memperhatikan kalau Yoruka sedang tidur dan menyuruhku untuk tetap diam dengan tangannya.


"Anda tahu betul kalau aku ada disini, ya."


Aku juga berbicara dengan suara pelan.


"Aku mendapat telepon dari kakak perempuannya yang memberitahukan kalau Arisaka-san berangkat ke sekolah, bersama dengan laporan kepulangannya. Aku tidak berpikir itu mungkin, tapi dia benar-benar ada disini......"


Sensei menyandarkan berat badannya dengan ringan di atas meja yang dipenuhi dengan patung gips.


"Arisaka-san sekarang bisa bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan, ya."


Sensei terlihat senang dengan perubahan Yoruka.


Caranya mengatakan itu seolah Yoruka yang dulu tidak bisa bergerak sesuai dengan keinginannya.


"Umm, tolong jangan menyalahkannya."


Aku mem-follow up Yoruka, yang meskipun siswi teladan tapi dia bertindak seperti memusuhi Kanzaki-sensei.


"Ini adalah ruangan yang kuberikan padanya demi kebaikannya sendiri. Aku yang jadi malu kalau harus menceramahinya karena dia berangkat kesekolah saat kelas sudah berakhir karena dia merindukan pacarnya."


Bahkan di ruangan yang remang-remang, sensei menyipitkan mata seolah-olah melihat sesuatu yang menyilaukan.


"Sensei masih dekat dengan kakak Yoruka meski setelah dia lulus, ya."


"......Kakak Arisaka-san dan aku memang memiliki hubungan guru-murid, tapi kami sekedar cocok sebagai manusia. Aku adalah seorang guru baru yang baru saja ditempatkan di sekolah ini, dan kakak perempuannya adalah perwakilan kelas. Kami memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain, dan saat aku menyadarinya itu menjadi hubungan tak terpisahkan."


Yoruka menceritakan padaku kalau kakaknya sangat populer sampai-sampai dia menjadi ketua OSIS sejak tahun pertama. Dia juga adalah alumni terkenal yang diingat dengan baik oleh para guru yang lebih tua, dan kami, para siswa saat ini, juga mendapat manfaat dari pekerjaannya.


Dia mungkin salah satu murid yang paling berkesan bagi Kanzaki-sensei juga.


"Sepertinya alasan Yoruka begitu waspada pada sensei juga adalah karena kakaknya."


"Apa maksudmu?"


"Seperti yang mungkin sudah anda duga, Sensei."


Pernyataan Yoruka yang tadi kudengar, begitu agresif sampai aku menahan diri untuk tidak menjelaskan padanya secara verbal.


"Aku adalah penjahat baginya, ya," kata sensei tersenyum.


"Tapi kebenarannya tidak seperti itu, bukan?"


Aku dengan lembut menyentuh pundak Yoruka yang ramping.


"Bagi Arisaka-san, kakak perempuannya selalu menjadi tujuannya. Sejak dia masih kecil, dia ingin menjadi seperti kakaknya dan mencoba yang terbaik untuk menirunya."


Hubungan antara Arisaka bersaudara diceritakan dalam bentuk lampau.


Dan yang memegang kuncinya adalah guru wali kelas kami, Kanzaki Shizuru.


"Bukankah itu episode yang lucu ketika seorang adik perempuan meniru kakak perempuan tercintanya?"


"Bahkan, saudara perempuan yang dekat pun memiliki kepribadian dan bakat yang berbeda. Kakak Arisaka-san adalah seorang gadis ceria yang penuh energi. Dia terpilih sebagai ketua OSIS dan bahkan menjadi model untuk brosur sekolah ketika seragam sekolah baru diperkenalkan."


"Jadi model legendaris itu kakak Yoruka!?"


"Dia lulus sebelum Sena-san dan yang lainnya masuk, jadi tidak mengherankan kalau kalian tidak tahu."


Mengejutkan! Model cantik yang melampaui nilai lulus ujian sebenarnya adalah kakak pacarku.


"Arisaka-san tidak kalah mengesankannya dengan kakaknya, tapi pada dasarnya dia lebih sensitif dan pendiam."


"Mereka saudara perempuan yang kontras, bukan?"


"Kakak perempuan Arisaka-san khawatir adik perempuannya, yang memiliki kepribadian berbeda, akan menirunya. Dia ingin mendukungnya, tapi sulit untuknya melihat adiknya memaksakan diri terlalu keras, dia tidak tahu bagaimana memperlakukannya, dan tidak peduli seberapa banyak dia mengatakan pada adiknya dengan kata-kata, dia tidak mau mendengarkannya. Dia berkonsultasi denganku dengan cara yang begitu frustrasi."


Hati seorang kakak, yang tidak diketahui adiknya.


Yoruka juga mungkin tidak pernah mendengar bahwa kakak perempuan idealnya memiliki kekhawatiran seperti itu di dalam hatinya.


"---Kemudian, jika si adik menjadi kecewa, tidakkah dia akan mencari arah yang berbeda?"


"Eh?"


"Pada saat itu, aku mendengarkan banyak cerita dan akhirnya menasihatinya untuk melakukan itu. Hal ini bekerja secara positif bagi kakak perempuan Arisaka-san sendiri. Tapi---"


"Yoruka tidak tahu apa yang harus dilakukan dan menjadi seperti anak yang tersesat."


Akhirnya, aku mengerti mengapa Kanzaki-sensei begitu khawatir tentang Yoruka sejak dia memasuki sekolah.


Nasihat sensei mengubah kakak perempuan idealnya.


Tapi Yoruka sendiri, seperti kehilangan pandangan tentang masa depan yang seharusnya dia tuju, seakan-akan tangga pijakannya telah disingkirkan darinya.


Kanzaki-sensei merasa bertanggung jawab untuk itu. 


"Aku senang bahwa Arisaka-san juga menemukan seseorang yang memahami dirinya dengan baik."


Wajah putih sensei dalam cahaya redup diwarnai dengan penyesalan.


Sensei adalah orang yang pengertian bagi kakak Yoruka.


Hanya saja, itu tidak sampai ke Yoruka. 


"---Guru bukanlah manusia super yang bisa memandu semua orang seperti itu, bukan? Saya becni mengatakannya, tapi saya tidak berharap sebanyak itu dari anda, manusia biasa sepertiku."


Mata sensei terbelalak mendengar pendapat jujurku.


Guru ini juga termasuk orang yang sangat serius.


Padahal sudah cukup sulit untuk membina setiap muridnya, tapi dia juga mencoba membantu anggota keluarga muridnya, benar-benar pekerjaan yang sulit.


Dia masih khawatir tentang apa yang terjadi padanya ketika dia masih menjadi guru baru. 


Tidak baik bagi seorang guru untuk memikul terlalu banyak tanggung jawab sendirian.


"Tidak apa-apa, sensei. Saya di sini sekarang."


Aku menyatakan dengan suara cerah.


Aku akan melindungi gadis dalam pelukanku ini.


"............ Sungguh, tidak salah lagi kalau kamu adalah orang yang paling tidak terduga bagiku. Sena-san."


Sensei berdiri dari mejanya.


"Biar kuberitahu, tapi Sena-san bukanlah satu-satunya yang peduli pada gadis itu. Kakak perempuannya yang overprotektif yang tidak bisa menjauh darinya juga, masih berkonsultasi padaku kapanpun sesuatu terjadi, dan dia juga murid yang berharga bagiku."


Mengatakan hal ini, sensei mengibaskan rambut hitam panjangnya dan menuju pintu.


"Tolong jangan begadang semalaman di sekolah. Gerbang sekolah akan segera ditutup."


"Mengerti. Aku akan membangunkannya saat saat pergi."


"Baiklah."


Kanzaki-sensei pergi dengan tenang, dengan senyum sederhana di wajahnya yang tidak mungkin kau lewatkan.


Setelah langkah kaki dan keberadaannya benar-benar menghilang, aku memanggil Yoruka.


"Kalau begitu, sudah cukup kan pura-pura tidurnya, Yoruka?"


"......Kenapa kamu bisa menyadarinya."


Yoruka menganggkat tubuhnya.


"Itu karena kamu meringkuk padaku."


Bahkan, gerakan sekecil apa pun pasti aku akan tahu.


Yoruka sudah terjaga ketika sensei tiba. Dasar anak yang peka terhadap kehadiran orang lain.


Dan saat dia menyadari bahwa itu adalah Kanzaki-sensei, dia memutuskan untuk berpura-pura tertidur.


Lampu di ruangan ini mati, jadi sensei melewatkan gerakan kecil yang Yoruka buat.


"Seharusnya kamu berpura-pura tidak memperhatikannya di bagian itu, kan?"


"Aku sudah cukup baik untuk tidak memberi tahunya ketika sensei ada disini, kan. Jadi, bagaimana perasaanmu setelah mendengar kebenarannya?"


"Daripada itu, 'Tidak apa-apa, sensei. Saya ada disini sekarang,' itu, artinya kamu akan terus berada di sisi-ku, kan?"


"? Tentu saja."


"Tergantung pada bagaimana kamu mendengarnya, itu bisa dianggap kamu mendukung guru itu! Setelah juniormu, sekarang giliran walikelasmu?"


Bahasa Jepang itu merepotkan!


"Hei, jangan marah dan mencoba untuk mengelaknya."


Yoruka jelas-jelas mencoba mengalihkan topiknya. Aku tidak akan membiarkannya.


Ini adalah kesempatan bagus bagi Yoruka untuk menilai kembali masa lalu dengan benar.


Sama seperti Sayu dan aku yang bisa memperbaiki hubungan kami, aku berharap Yoruka dan Kanzaki-sensei akan bisa menemukan jalan tengahnya.


Kami berdua meninggalkan ruang persiapan seni bersama-sama.


Saat kami berjalan berdampingan melalui koridor yang remang-remang, Yoruka bergumam.


"......Aku tidak mengerti."


"Itu  wajar."


Semua orang di keluarga Arisaka, tempat Yoruka dibesarkan, memiliki spesifikasi tinggi dan mudah bergaul.


Ditengah itu, Yoruka, yang terlahir dengan kepribadian pendiam, berusaha mati-matian untuk mengejar ketinggalan dengan meniru kakak perempuannya.


Kakaknya mungkin merasa kasihan pada adiknya yang memaksakan dirinya terlalu keras.


Semakin besar keinginannya, semakin sulit untuk menyerah.


Dengan perubahan kakaknya, Yoruka kehilangan panutannya dan berakhir harus menghadapi dirinya sendiri, bahkan jika dia tidak menginginkannya.


Memang benar bahwa Yoruka sendiri menderita karena tidak tahu apa yang ingin dia lakukan.


"Terserah Yoruka untuk memikirkannya sampai mengerti, atau melupakannya. Tapi kamu tidak bisa mengulang masa lalu."


"Kisumi hari ini sangat realistis."


Yoruka tersenyum jahat.


"Yah, jika Yoruka bisa mengulang kembali masa lalu, kamu mungkin tidak akan mendaftar di Eisei, bukan?"


"Ya. Aku hanya mengikuti ujian karena Onee-san. Jadi, tentu saja tidak ada alasan yang bagus."


"Kalau begitu, aku dan Yoruka tidak akan bertemu."


Aku bergumam dengan perasaan serius.


Kau tidak bisa memilih pertemuanmu.


Karena itulah, aku ingin mencintai Yoruka sampai ke lukanya.


Kehangatan tangan kami yang menyatu dan cinta yang membara di dalam hatiku bukanlah ilusi, itu adalah hal yang paling berharga dan indah lebih dari apapun.


"---Bisa juga diartikan seperti itu, ya."


Dengan wajah cerahnya, Yoruka terlihat puas.


"Karena itulah aku menyukai Kisumi. Hanya dengan berbicara denganmu, membuat masalahku tampak begitu kecil."


"Sukurlah kalau begitu."


Aku ingin orang yang kucintai selalu tersenyum.


Aku berjanji pada diri sendiri bahwa aku akan menjadi orang yang bisa mewujudkannya.


"Hei, Kisumi! Mau pergi keluar untuk makan malam setelah ini? Aku ingin berkencan pada libur berikutnya, jadi aku harus memutuskan kemana akan pergi!"


Yoruka terlihat lebih baik sekarang. Tentu saja bukan hanya karena pijatan dan tidur siang, kan.


Dan tentu saja, aku tidak bisa menolak saran luar biasa pacarku.