Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V2 Chapter 8

Chapter 8 - Kebohongan




Keesokan paginya, aku bangun lebih awal dari biasanya dan menunggu Sayu keluar di depan rumah keluarga Yukinami.


Di satu tangan ada kantong kertas berisi oleh-oleh yang gagal kuberikan padanya kemarin.


Aku mengeluh, tapi ini adalah alasan untuk bertemu dengannya.


Kemudian, ketika mensimulasikan perkembangan setelah ini, pintu depan keluarga Yukinami tiba-tiba terbuka.


Yang muncul adalah Sayu---ibunya yang sangat mirip dengannya.


"Oh, Kisumi-kun? Ada apa!? Apa kabarmu!?"


Begitu ibu Sayu, yang keluar untuk membuang sampah di pagi hari, memperhatikanku, dia mendekatiku dengan mengenakan sepasang sandal.


"Sudah lama tidak bertemu. Oh, aku akan membuangkan sampahnya. Aku akan membantumu."


"Ara, maaf ya."


"Tolong tidak perlu sungkan."


Aku menerima kantong sampah, dan membawanya ke tiang listrik terdekat.


“Sudah berapa tahun sejak Kisumi-kun membantuku ya. Aku senang melihatmu! Kisumi-kun sudah banyak tumbuh ya. Anak laki-laki memang tumbuh seperti ini. Mungkin aku harus membuat adik laki-laki untuk Sayu mulai sekarang. Oh, tentu saja, aku bercanda. Ufufu.”


Ibu Sayu memperlakukanku, teman anaknya, seperti temannya sendiri.


Seperti biasa, dia tidak terlihat seperti orang yang sudah punya anak yang sudah SMA.


Penampilan awet mudanya berada pada level dimana kalau dia dan Sayu berjalan di kota, maka orang-orang akan bertanya-tanya apakah mereka itu kakak beradik.


Karena dia suka mengobrol, kami biasa melakukan hal seperti ini saat aku SMP sambil menunggu Sayu bersiap-siap.


"Ada apa hari ini? Jangan-jangan kamu datang untuk menemuiku? Aku akan senang jika memang begitu."


"Selamat pagi. Aku juga senang bertemu denganmu. Ah, ini oleh-oleh saat aku pergi berlibur dengan keluargaku tempo hari. Kalau mau, silakan."


Aku menyerahkannya pada ibu Sayu untuk saat ini.


"Terima kasih! Oh, manjuu pemandian air panas! Camilan hari ini sudah diputuskan dengan ini."


"Ngomong-ngomong, apa Sayu ada?"


"Ara. Kalau Sayu-chan, dia meninggalkan rumah pagi-pagi sekali."


"Dia sudah berangkat sekolah? Kenapa?"


"Kira-kira kenapa ya?"


"Sayu itu, padahal dulu dia tukang tidur tapi sepertinya sekarang sudah bisa bangun pagi ya."


"Tidak ada yang seperti itu. Sayu-chan, sejak kecil dia anak yang pandai bangun pagi, kok."


Ibu Sayu mengatakan hal yang tidak boleh kulewatkan begitu saja.


"Eh? Apa maksudnya?"


"......, ah. Ini adalah sesuatu yang tidak boleh aku katakan pada Kisumi-kun. Padahal aku dilarang Sayu-chan. Tapi sepertinya aku sudah menua. Maaf karena tetap diam."


Ah, aku melakukannya, kata ibu Sayu dengan tampang polos.


Sayu pandai bangun dipagi hari?


"Umm, kalau begitu. Dia tidak bisa datang ke latihan pagi karena tidak bisa bangun pagi itu..."


Aku bertanya dengan takut-takut.


"Anak itu, sejak dulu selalu bangun pagi lho. Dia selalu bangun dengan waktu luang di pagi hari, jadi pada awalnya dia hanya tidak ingin pergi ke latihan pagi. Tapi ketika Kisumi-kun mulai datang untuk menjemputnya, dia mulai menikmatinya lebih dan lebih. Itu sebabnya dia sangat terkejut ketika kamu berhenti menjemputnya."


"Haa. Jadi, begitu ya."


"Dia menantikan Kisumi-kun datang untuk mendukungnya di pertandingan sebelum dia pensiun. Mau bagaimana lagi jika tidak berhasil."


"......"


"Ah benar juga. Itu sebabnya aku terkejut ketika tiba-tiba dia mengatakan kalau dia ingin pergi ke Eisei. Sayu-chan, dia tidak pandai belajar, tapi dia melakukan yang terbaik. Ini juga berkat Kisumi-kun."


Ibu Sayu menyipitkan mata dan tersenyum.


"... Aku, tidak melakukan apa-apa. Ini adalah hasil dari usaha Sayu sendiri yang sudah melakukan yang terbaik."


"Meski begitu, Kisumi-kun yang memberi anak itu alasan. Terima kasih."


Ibu Sayu tahu segalanya. Mungkin aku merasa seperti itu.


"Kisumi-kun, apa kamu punya pacar di SMA?"


"Ya."


"Lebih cantik dari anakku?"


"Gadis yang benar-benar membuatku jatuh cinta adalah gadis tercantik di dunia."


"Fufufu, cara menjawab yang sempurna ya."


"Maaf."


"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Anak itu memiliki masa muda yang baik. Aku yakin itu akan menjadi kenangan yang bagus."


Aku meninggalkan rumah Yukinami dan pergi ke sekolah.


Berjalan sendirian di area perumahan yang sepi.


Masih banyak waktu sebelum kelas dimulai, jadi tidak perlu terburu-buru. Namun, langkahku perlahan menjadi lebih cepat dan lebih cepat, dan segera berubah menjadi langkah cepat yang membuatku frustrasi.


"Mempermainkan orang di sekitar."


Tanpa sadar aku mengeluh.


"Selain itu, kau sendiri yang mengaku padaku, jadi, jangan malah melarikan diri."


Saat aku menyadarinya, aku sudah berlari.


"Apanya yang pengakuan palsu. Apanya yang payah di pagi hari! Sungguh, bukankah itu semua bohong!"


Warna asli dari Yukinami Sayu benar-benar berbeda dari gadis yang kupikirkan.


"Jika kau berbohong, katakan padaku! Meskipun aku tahu itu sudah terlambat."


Aku berusaha mati-matian untuk meredam amarahku yang salah tempat dengan berlari.


"Kau menyatakan cintamu padaku meskipun kau tahu kau akan patah hati, dan sekarang kau akan menundanya lagi!"

Tln : emang ribet si kouhai satu ini:)


Itu bukan salah siapa-siapa sejak awal.


Aku bodoh saat itu, dan Sayu adalah pembohong.


Jika aku melacak kembali kebohongan itu, itu hanyalah untuk menyembunyikan rasa malunya.


Hubungan senior / junior yang seperti teman, sangat normal sampai aku tidak pernah berpikir untuk mengubahnya lebih jauh.


Ketika aku pensiun dari kegiatan klub, aku berkonsentrasi belajar untuk ujian masuk, jadi aku tidak memikirkan tentang percintaan.


Kemudian aku masuk ke SMA Eisei dan jatuh cinta pada Arisaka Yoruka.


Ironisnya, setiap kali dia berpapasan denganku, Sayu mendapatkan kembali kemampuan aslinya.


Karena aku tidak datang untuk menyemangatinya di pertandingan pensiunnya, Sayu pergi menemuiku sendiri, dan dia diterima di SMA Eisei.


Tapi pada saat dia berhasil mengejarku, aku sudah berkencan dengan Yoruka.


Aku tiba di sekolah. Dan aku mengirim line ke Sayu.


Kisumi: Di ​​mana kau sekarang?


Sayu: Masih di tempat tidur. Ngantuknya.


Ketika aku mengunjungi keluarga Yukinami, aku tahu dia tidak ada di rumah. Tapi jika dia berbohong, berarti ibu Sayu tidak menghubunginya.


Aku memutuskan untuk mengambil keuntungan dari kebohongan Sayu.


Kisumi: Seberapa payahnya kau di pagi hari. Kau tidur terlalu banyak.


Sayu: Mau bagaimana lagi. Jika Ki-senpai datang menjemputku, aku mungkin bisa bangun lebih awal.



Kisumi: Kalau begitu, aku akan datang khusus hari ini.


Sayu: Ki-senpai mesum ingin melihat wajah Sayu-chan ketika dia bangun dari tidur, bukan?


Kisumi: Siapa yang mesum.


Sayu: Ya, ya. Kalau begitu, aku akan sarapan, jadi permisi~!


Lalu, line terputus secara sepihak. Tapi---


"Bagaimana dengan sarapanmu? Sepertinya kau bangun pagi-pagi sekali pagi ini, Sayu."


"Eh.....kenapa kamu, ada disini?"


Sayu terkejut dan benar-benar membeku ketika aku tiba-tiba muncul di ruang kelasnya.


Sambil mengirim line padanya, aku mengganti sepatu dan bergegas ke kelas tahun pertama.


"Mari kita bicara. Kali ini, semuanya, hanya tentang kebenarannya."


Kebohongan tidak akan bekerja lagi.

***



Aku tidak tahu kapan dan siapa yang akan datang ke kelas, jadi kami pindah ke atap.


Atap yang kosong memiliki pemandangan yang bagus, dan dari bawah, kau bisa mendengar suara dari klub sepak bola yang bekerja keras di latihan pagi. Aku menarik napas dalam-dalam di udara pagi yang menyegarkan.


Langit di bulan Mei berwarna biru dan terasa nyaman.


"Kenapa kamu sudah di sekolah?"


"Aku mampir ke rumahmu tadi. Lalu ibumu bercerita banyak padaku."


"Ah, dasar~~ mama itu!"


"Aku yang bertanya seenaknya. Jangan salahkan dia."


"Seberapa besar kamu menyukaiku sampai kamu bangun pagi-pagi untuk datang menemuiku?"


"Ah~. Aku menyukaimu lho, Sayu."


"Eh!?"


Sayu membuat suara histeris.


"A-Apa yang tiba-tiba kamu katakan? Rencana macam apa yang ingin kamu lakukan?"


"Setelah kejadian di taman, aku memikirkannya. Gadis seperti apa Yukinami Sayu bagiku."


"Sepertinya itu adalah stimulus yang bagus."


"Ah. Itu hal paling luar biasa yang pernah kualami. Dan, aku mengerti."


"Ya."


"Kita dulu sering bersama. Tanpa terikat dengan hubungan senior junior, kita hanya merasa cocok sejak awal."


"Aku pikir juga begitu"


"Mungkin jika kau punya pacar saat di SMP, aku akan sangat kesepian saat itu. Itulah betapa aku menikmati menghabiskan waktu bersamamu."


Hari-hari yang sederhana dan polos itu.


Begitulah caraku mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya ke dalam kata-kata dengan tulus.


"A-Akhirnya kamu jujur juga, ya."


Sayu sepertinya menahan pipinya agar tidak mengendur.


"Faktanya, Sayu adalah lawan jenis yang paling sering kuajak bicara di SMP."


Tidak ada keraguan bahwa aku bertukar lebih banyak kata dengannya daripada gadis-gadis di kelasku.


"Tidak ada seorang pun selain aku yang cukup baik untuk bersama Ki-senpai, 'kan."


"Begitulah."


Aku mengakuinya dengan jujur.


"Ah, itu, Ki-senpai. Tunggu, sebentar. Jika kamu terlalu jujur, itu berbeda dari yang aku harapkan, jadi....."


Semakin banyak aku berbicara, semakin merah wajah Sayu.


"Kenapa kau terburu-buru sekarang? Jika kau tidak menyukainya, aku akan mengatakan kesimpulanku."


"Ah- aku ingin tahu apakah ada yang terburu-buru. Bisakah kita melakukannya lain kali?"


Aku meraih pergelangan tangan Sayu yang mencoba melarikan diri.


"K-Kamu pemaksa ya. Aku bilang aku akan selalu menunggu jawabannya."


Sambil mempertahankan sikap tenang, Sayu menggeliat dan mencoba melepaskan tanganku.


"Tidak ada kebohongan. Tidak ada tipu daya.”


"Ki-senpai, lepaskan!"


"Sayu."


"Tidak, aku tidak mau mendengarnya!"


"Meski begitu, yang paling berharga bagiku adalah Yoruka. Karena itu, aku tidak bisa menanggapi perasaanmu."


Sayu tiba-tiba menghentikan pukulan paniknya untuk menjauh dariku dan tiba-tiba menjadi diam.


Dia memalingkan wajahnya dan rambutnya terurai, jadi aku tidak tahu ekspresi seperti apa yang ada di wajahnya saat ini.


"Inilah, jawabanku."


Aku mengatakannya.


Aku mengatakan yang ada dalam pikiranku padanya dengan sungguh-sungguh, tanpa menyembunyikannya.


Aku akan mengakhiri masa-masa SMP kami dengan membuatnya jelas antara hitam dan putih.


Perubahan apa pun yang akan terjadi, aku tidak bisa menunda jawabanku lagi.


"Kalau itu, aku bisa mengerti kenapa kamu begitu tergila-gila! Yoru-senpai, dia sangat cantik! Kamu pasti bahagia sekarang! Tapi, tidak peduli bagaimana kamu melihatnya, tidak peduli bagaimana kamu memikirkannya, Ki-senpai dan Yoru-senpai tidak seimbang! Kalian pasti akan putus suatu hari nanti!"


"Jika kamu berpikir tentang putus dari awal, kau tidak akan pernah jatuh cinta pada siapapun."


"Level pasanganmu terlalu tinggi!"


"Yoruka bisa merasakan kemungkinan dalam hal itu dan menyukaiku."


"Aku akan terus mengatakannya lagi dan lagi! Kamulah yang akan terluka jika kamu membidik terlalu tinggi!"


Aku tidak mengubah sikapku bahkan ketika aku dibombardir dengan kata-kata kasar.


"Sayu juga istimewa. Aku senang memiliki gadis imut yang mengungkapkan perasaannya padaku.”


"Aku tidak butuh sanjungan sekarang! Jika kamu pikir aku imut, kenapa kamu tidak mengaku padaku saat di SMP!"


"......"


"Ki-senpai, apa kamu mengerti? Kamu sedang mencekik dirimu sendiri lho."


"Apanya?"


"Yoru-senpai berkencan denganmu karena kamu adalah satu-satunya yang bisa memperlakukannya dengan baik sebagai perwakilan kelas. Tapi jika Yoru-senpai bisa berbicara dengan orang lain sebagai hal yang biasa, dia tidak perlu bergantung pada Ki-senpai yang biasa-biasa saja, 'kan? Meningkatkan kemungkinan dirimu dicampakkan itu....seperti orang bodoh."


Yoruka, yang telah memperoleh keterampilan komunikasi yang dibayangkan oleh Sayu, pasti tidak akan terkalahkan.


Perfect Yoruka. Tidak ada kekurangan disana.


"Wanita cantik seperti Yoru-senpai bisa memilih pasangannya sesuka hatinya. Dia bisa dirayu oleh seseorang yang jauh lebih menakjubkan, jauh lebih lembut, jauh lebih keren…”


"Kau tidak bisa mengatakan dengan pasti tentang masa depan. Kau tidak berpikir aku akan punya pacar ketika aku masuk SMA, bukan?"


"Ini tidak adil, kamu satu-satunya yang pergi lebih dulu."


Sayu bergumam dengan suara gelap.


"Bagimu, Arisaka Yoruka mungkin tampak seperti wanita yang sempurna. Tapi, Yoruka yang kukenal berbeda. Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian, aku tidak bisa mengandalkannya, dan itulah mengapa aku ingin membantunya."


"Kamu merawatnya seperti biasanya, dan kamu jatuh cinta padanya, bukan? Apa bedaannya saat kamu melakukan itu padaku? Kenapa kamu hanya mengaku pada Yoru-senpai?!"


"Sayu. Aku,"


"......sudah cukup, aku mengerti perasaan Ki-senpai. Tidak apa-apa jika kamu melepaskan tanganku."


Sayu perlahan mengangkat wajahnya dan menghadapku.


"Sapu tangan. Masih bersih karena belum kupakai."


Aku melepaskannya dengan lembut. Dan aku menawarkan sapu tanganku pada Sayu yang sedang menangis.


"Ki-senpai juga sudah siap sedia ya."

Tln : kaya asaki yang nawarin sapu tangan waktu sayu nangis pas lagi karaoke-an

 

Sayu menepis sapu tangannya dan berbisik.


Suaranya dingin meskipun dia seharusnya marah.


"Sayu."


"Hei, Ki-senpai. Bukankah ada rumor tentang Yoru-senpai yang pulang di pagi hari?"


"Ada apa dengan itu?"


"Bagaimana perasaanmu sejujurnya ketika rumor seperti itu mulai beredar di sekolah?"


“Kalau itu, sebagai pacarnya, aku juga marah. Wajar jika ada orang yang merasa seperti itu dengan rumor yang tidak diinginkan."


"Tapi mereka bilang tidak ada asap tanpa api, 'kan."


"Jangan menganggap serius rumor. Itu orang yang berbeda, bukan?"


Aku menjawab dengan jawaban yang sejalan dengan alur cerita 'orang yang berbeda' oleh Kanzaki-sensei.


"--- Itu kebohongan besar, bukan?"


Suara Sayu penuh percaya diri.


"Kenapa menurutmu begitu?"



"Karena akulah yang menyebarkan rumor itu."



Sayu tersenyum jahat dan terdistorsi di mulutnya.


"Jangan katakan padaku kebohongan bodoh seperti itu sekarang."


Aku tidak akan menganggapnya serius.


"Aku tidak bisa mengatakan kebohongan yang merepotkan lagi."


Suaranya memancarkan ejekan dan kemarahan, seolah-olah dia sedang memprovokasiku.


Kemudian, Sayu berbicara seolah-olah dia sedang memainkan peran penjahat dalam drama.


"Sabtu pagi itu, kebetulan aku melihat dua orang berjalan bergandengan tangan di lingkungan sekitar. Aku tidak berpikir itu mungkin, jadi aku diam-diam mengikuti mereka dan mengawasi mereka sampai mereka berpisah di stasiun. Aku terkejut melihat Arisaka Yoruka, yang membenci orang, berpegangan tangan dengan seorang pria, tapi aku tidak menyangka itu Ki-senpai, aku pikir aku akan mati karena shock."


Cara berbicara yang disengaja dan tidak sopan.


"Apa yang terjadi padamu saat melihat kami?"


"Ini seperti cinta membuatmu membenci seratus kali lebih banyak. Aku baru saja akan hadir di hari kegiatan klub upacara minum teh, saat aku menyadarinya, aku sudah menceritakannya pada banyak orang. Yah, kecemburuan itu hal yang menakutkan ya."


"Setelah itu, kau membuka diri dan menyapaku?"


Sepulang sekolah setelah pernyataan tentang pacarku, Sayu muncul di waktu yang tepat segera setelah aku dibebaskan dari ceramah Kanzaki-sensei.


Itu bukan kebetulan.


Reuni nostalgia itu semua pasti diatur oleh Sayu.


"Itu benar! Dalam rencanaku, kamu putus dengan Yoru-senpai karena rumor itu. Reuni dramatis dengan Ki-senpai yang sedang patah hati, lalu sebuah pengakuan. Cinta tak berbalasku yang panjang--- seharusnya membuahkan hasil."


Meski sambil berbicara dengan gerakan yang dilebih-lebihkan, pada akhirnya dia menurunkan tangannya seolah-olah dia kelelahan.


"Aku terkejut mendengar kamu menyatakan diri sebagai pacarnya. Kamu selalu melangkah didepanku ya, Ki-senpai, kamu benar-benar hebat dalam apa yang kamu lakukan."


Caranya berkata seperti dia mencela dirinya sendiri.


"Sikap jahat seperti itu tidak cocok untuk Sayu."


"Kamu kecewa, kan? Kamu tahu pelaku yang menyebarkan rumor itu sekarang --- apa yang akan kamu lakukan?"


Sayu bertanya sedikit provokatif


"Ada kemungkinan kau berbohong lagi."


"Kamu orang yang baik ya, Ki-senpai. Yah, karena itulah aku menyukaimu."


"Aku mencoba untuk tidak menganggap serius kata-katamu."


"Tapi, itulah kebenarannya."


"Tidak ada bukti kalau kau adalah pelakunya!"


Aku tidak ingin mempercayainya, dan tanpa sadar aku berteriak.


"...Kalau bukti, aku punya kok. Aku yakin pembimbing klub upacara minum teh pasti tahu."


"Kanzaki-sensei?"


Tiba-tiba nama wali kelasku keluar dan sejenak aku tidak bisa memahaminya.


"Silakan pastikan sendiri. Si pengecut yang tidak bisa marah, Ki-senpai."


Sayu meninggalkan atap dengan ekspresi mengejek di wajahnya.


"Sayu! Kenapa kau repot-repot mengungkapkannya?"


"---Setidaknya, jika itu adalah cinta yang tidak akan menjadi kenyataan, aku sangat ingin dibenci jadi kamu tidak bisa melupakannya. Dengan begitu, aku ingin terukir sebagai luka. Itu saja yang kupikirkan."


Melihat ke belakang, wajah Sayu tidak memiliki keceriaan yang kutahu.


Mata dingin yang menatapku itu hampa.


Inilah akhirnya.


Dia memutuskan begitu dan melakukannya.


Sebuah pengakuan untuk membuatnya patah hati. Sebuah pengakuan untuk membuatnya terluka. Sebuah pengakuan untuk tidak membiarkanku lupa.


Kita tidak bisa kembali ke masa lalu lagi.


Pintu atap tertutup dan aku berdiri sendiri.


"Ini benar-benar sulit."


Aku bersandar di pagar atap.


Hukuman atas penolakan pengakuannya menungguku diakhir.


Kebenaran yang tidak hanya bisa memutuskan hubungan, tapi juga bisa mengubah bahkan kenangan yang paling menyenangkan sampai sekarang.


Tidak peduli seberapa banyak aku mencoba menghirup udara pagi yang segar, itu tidak berhasil.


Jika ada cara untuk menghilangkan kebimbangan di dada ini, beri tahu aku.


Terjepit oleh perasaan tidak tahu harus kemana, aku mencengkeram pagar kawat dengan erat.


Tiba-tiba aku teringat pesan yang kuterima dari Yoruka tadi malam.


Aku mengeluarkan smartphone-ku dan memeriksa isi pesannya.


Yoruka: Aku tidak akan bisa datang ke sekolah besok karena penerbanganku tertunda karena cuaca buruk.


"Tidak mungkin......."


Aku terlalu kaget bahkan untuk menjawab. Kupikir akhirnya aku bisa melihat Yoruka setelah liburan Golden Week, tapi dia masih di pesawat.


Pada pukulan terakhir ini, kekuatan seluruh tubuhku hilang.

***



"Berdiri! Perhatian! Hormat! Duduk!"


"... Sena-san, kenapa pagi ini kamu begitu bersemangat?"


Perwalian pagi hari.


Kanzaki-sensei curiga ketika aku memberi perintah dengan nada tinggi yang tidak biasa.


"Tidak ada! Tidak ada yang khusus!"


Sensei memandangku dengan curiga, tapi tidak melanjutkan masalah ini lebih lanjut.


Sensei mengakhiri wali kelas lebih cepat dari biasanya dengan beberapa patah kata tentang masalah administrasi dan berakhirnya liburan.


Aku sudah menghabiskan energi dan stamina selama sehari untuk berbicara dengan Sayu di atap.


Aku mencoba melewati hari dengan memaksakan diri untuk tetap energik.


"Sumisumi, kamu bertingkah aneh hari ini lho?"


"Apa mungkin Arisaka-chan mencampakkanmu saat liburan? Dia sepertinya juga tidak masuk sekolah."


Sebelum jam pertama dimulai, Miyachii dan Nanamura datang ke mejaku.


"Yoruka hanya terlambat karena penerbangan pulangnya! Aku tidak dicampakkan! Kau pasti bercanda!"


"......fuu, seperti yang diharapkan dari seorang pacar. Ia tahu persis apa yang dia lakukan."


Nanamura bersiul. Apa kau orang Amerika dalam film Hollywood?


"Tentu saja."


"Yah, tidak bisa bertemu pacarmu setelah liburan panjang, rasain."


"Jangan memuji lalu menjatuhkan!"


Aku mengarahkan tinjuku ke perut Nanami. Seperti yang kuduga, itu keras seperti baja, dan tanganku-lah yang sakit.


"Tapi jika kamu tidak kembali seperti biasa besok, Yoruyoru akan khawatir lho?"


Miyachi menatap mataku.


Dia khawatir tapi tidak menanyakan detailnya. Aku menghargai perhatiannya.


"Aku tahu."


"Aku mendengar jawaban itu! Kamu harus melakukannya dengan benar."


"Miyauchi sangat lembut pada Sena. Mari kita menggali lebih dalam, mengajukan lebih banyak pertanyaan, dan bermain-main dengannya."


"Tidak! Sekarang bukan waktunya untuk melakukan itu, bahkan dengan bercanda."


"Memangnya kau ini esper. Eh, apa, apa kau dalam keadaan sedarurat itu?"


Nanamura juga mengesampingkan candaannya dan menatapku.


Jika aku meminta bantuan pada mereka, mereka pasti akan dengan hangat memberikan nasihat dan bersedia membantuku.


Tapi apa yang terjadi dengan Sayu sudah berakhir.


Aku tidak ingin mereka berurusan dengan sentimen menyedihkanku.


"Tidak apa-apa. Terima kasih, kalian berdua."


Miyachi dan Nanamura kembali ke tempat duduk mereka, tepat saat bel berbunyi.


Aku terus memikirkan kembali akhir pahitku dengan Yukinami Sayu sampai waktu istirahat makan siang tiba.


Kalau dipikir-pikir, itu cerita yang lebih baik kuabaikan.


Padahal aku tidak pergi untuk mendukung Sayu, kalau sekarang aku shock karena dikhianati, itu egois.


Bahkan Sayu telah berhubungan denganku sambil menyembunyikan cintanya selama bertahun-tahun.


Fakta bahwa aku sudah salah mengira perasaan sebenarnya dari orang yang dekat denganku benar-benar mengejutkan.


"Sudah kuduga, akulah yang salah."


Jika aku bisa pergi ke pertandingan pensiun Sayu musim panas tahun lalu, aku tidak akan membuatnya sedih seperti itu.


Jika aku setidaknya menjawabnya, aku tidak akan mendorong Sayu ke titik ini.


"Sungguh, mengabaikan setelah membaca itu tidak baik."


Tidak adanya jawaban menyebabkan kekhawatiran yang tidak perlu.


Kesalahpahaman bisa mendorongmu untuk melakukan tindakan yang tidak terduga.


Bahkan jika aku berada dalam situasi yang sulit saat itu, itu tidak ada hubungannya dengan Sayu secara langsung.


Memang benar kalau aku gagal menjaga etiket minimum.


Tidak ada gunanya menangisi susu yang sudah tumpah.


Dan itu sudah berakhir.


"Karena itulah aku tidak ingin ada kekacauan lagi yang tidak perlu."


Aku mengetuk pukul pintu ruang staf.


"Permisi. Maaf mengganggu istirahat makan siang Anda. Kanzaki-sensei, boleh saya minta waktu Anda sebentar?"


Ada hal yang harus kupastikan bagaimanapun itu dengan Kanzaki-sensei.