Houkago no Toshoshitsu de Oshitoyakana Kanojo no Yuzurenai Rabu Kome [WN] Chapter 3 Act 2(2)
Serangan Harian di Perpustakaan
Malam itu.
"Apa kau berteman dengan Takinami-san?"
Ketika hanya aku dan Hasumi-senpai di ruang keluarga, dia tiba-tiba menanyaiku.
Belum lama ini, kami bertiga, termasuk Hasumi-shi, makan malam bersama. Ketika kami selesai makan, Hasumi-shi pergi ke ruang kerjanya untuk melakukan penelitian.
Hasumi-senpai mulai mencuci piring, tapi tentu saja, aku tidak diizinkan untuk membantunya, dan kembali ke kamarku terlihat seperti aku memaksakan pekerjaan itu padanya. Aku tidak punya pilihan lain selain menonton TV yang tidak memiliki apa-apa selain acara yang tidak menarik, meskipun itu juga sama buruknya dengan kembali ke kamarku.
Akhirnya, Hasumi-senpai selesai mencuci piring - dan saat dia kembali ke ruang keluarga, dia menanyakan pertanyaan yang disebutkan di atas.
"Dia sering datang ke perpustakaan, jadi kami mengobrol di konter."
"Hmmm."
Hasumi-senpai memberikan anggukan yang agak skeptis dan duduk di sofa.
Dia mengenakan celana panjang longgar yang terbuat dari bahan lembut dan T-shirt, duduk bersila di sofa. Itu tidak terlihat manis untuk seorang gadis, tapi ketika Hasumi-senpai melakukannya, itu terlihat sangat elegan. Aku tahu dia mungkin akan marah tapi... itu terlihat sangat gagah.
"Lalu, bagaimana dengan itu?"
Hasumi-senpai kemudian mengajukan lebih banyak pertanyaan.
"Apanya?"
"Kau makan siang dengan Takinami-san, kan?"
"Aah, yang itu."
Pada saat itu, dia berbalik saat dia melihatku, tapi dia sepertinya memperhatikan sekelilingnya.
"Dia mengundangku karena kami hanya berbicara di dalam perpustakaan. Lagipula aku mulai makan di kantin baru-baru ini. Selain itu, dia bilang terima kasih karena selalu memberikan rekomendasi dan menemukan buku."
"Hee, kau melakukan itu untuk Takinami-san?"
"Apa yang kamu bicarakan? Itu tugas komite perpustakaan. Aku juga melakukan hal yang sama untuk Shiiba-senpai."
"...Begitukah? Jadi gadis mana pun bisa."
"..."
Aku merasa dia sangat salah paham tentang sesuatu.
Bahkan aku ingin membalas sedikit.
"Bahkan jika aku berusaha keras untuk berbicara dengan semua orang, tidak mungkin seorang gadis akan jatuh cinta karena itu. Selain itu, bukankah kamu yang mengatakan aku terlihat di bawah rata-rata ketika aku membuka mulutku, Hasumi-senpai?"
"Jangan menganggapnya serius. Itu lelucon, tentu saja."
Hasumi-senpai menjawab sambil gelisah.
"Eh? Ah, begitukah...?"
Aku bingung dengan penarikkan kata-katanya yang sebelumnya yang tiba-tiba.
Aku mengerti. Itu adalah lelucon. Namun, bagaimana aku harus menafsirkan kata-katanya? Secara obyektif, kupikir aku tidak terlihat buruk. Apa aman untuk menganggap Hasumi-senpai juga berpikiran sama?
"Um..."
"Tutup mulutmu."
Saat aku membuka mulutku, Hasumi-senpai langsung menutupnya tanpa jeda.
"Itu sebabnya laki-laki seperti ini."
Kemudian, dia mendengus.
"...Sebaiknya kau cepat membawanya."
"Apa?"
"Kotak makan siang. Kau tidak bisa terus makan di kantin, kan?"
"..."
Tidak? Aku tidak melihat alasan untuk tidak bisa - tapi aku berhenti, karena aku tidak ingin berdebat dengannya sekarang.
Kemudian kami terdiam.
Aku tidak bisa kembali ke kamarku saat ini karena akan terlihat seperti aku sedang melarikan diri---Pada akhirnya, aku menahan perasaan tidak nyaman untuk sementara waktu.
§§§
Sekarang sudah larut - 22:00.
Saat itu, aku turun dengan secangkir kopi di tanganku yang sudah kuminum di kamarku, berpikir untuk mandi dan bersiap-siap untuk tidur.
"Kamu tahu---"
Aku mendengar sebuah suara, suara Hasumi-senpai.
Tapi sepertinya itu tidak ditujukan padaku, dan dalam hal ini, dia bahkan tidak berdiri di sana.
Apa dia berbicara dengan paman? Tapi paman menghilang ke kamarnya beberapa saat yang lalu, setelah mengucapkan selamat malam padaku.
Lalu, dengan siapa dia berbicara?
Aku semakin penasaran dan mencari Hasumi-senpai. Meskipun ini adalah rumah besar, ini masih hanya rumah biasa. Aku segera menemukannya.
Kamar tatami. Di depan altar Buddha di sana, Hasumi-senpai sedang duduk bersila.
"Bu, apa kamu tahu tentang perselingkuhan ayah?"
Saat aku hendak memanggilnya, aku segera bersembunyi.
"Mungkin kamu tahu tentang itu. Bagaimanapun, kamu seperti bodhisattva."
Dia sedang berbicara dengan ibunya yang sudah meninggal.
Kami sebelumnya berbicara tentang apakah ibu Hasumi-senpai tahu tentang perselingkuhan paman. Saat itu, aku menjawab bahwa dia harus bertanya langsung kepada paman, tapi tampaknya Hasumi-senpai memutuskan untuk bertanya pada ibunya.
Tentu saja tidak akan ada jawaban - ini hanya dia yang berbicara pada dirinya sendiri. Maka aku tidak harus mendengarkan lagi. Dengan pemikiran ini, aku akan berbalik tanpa membuat suara.
"Aku sekarang punya adik laki-laki."
Langkahku terhenti.
"Ketika aku masih kecil, kupikir aku mungkin membuatmu kesal dengan mengatakan aku menginginkan adik laki-laki atau perempuan, tapi aku tidak pernah berpikir itu akan menjadi kenyataan dengan cara ini."
Hasumi-senpai berkata dengan kekagetan.
"Kamu tahu, ia tidak imut sama sekali. Ia cukup tampan jika hanya diam. Tapi, ia suka mengoceh."
Tinggalkan aku sendiri. Aku cukup menyukai diri ini yang bisa bergaul dengan siapa saja.
"Tapi---"
Hasumi-senpai melanjutkan.
"...Akulah yang tidak imut sama sekali."
Dia menumpahkan kacang.
Tln : Idiom, artinya membocorkan rahasia kepada seseorang yang seharusnya tidak boleh tahu tentang hal itu.
"Aku mengerti itu di kepalaku. Tapi, bagaimanapun..."
"..."
Apa yang mungkin dia katakan selanjutnya sejelas siang hari.
Penampilanku pasti menyakitkan baginya, yang mampu menjaga interaksi ramah dengan banyak orang.
Lagipula, dia tidak punya pilihan selain membenciku.
Aku merasa tidak enak karena membuat mendung wajah Hasumi-senpai, yang selalu tersenyum bahagia di sekolah. Aku datang ke sini untuk membuat Hasumi-shi merasa lebih baik, tapi kurasa aku tidak boleh tinggal lama.
Aku memutuskan lagi bahwa segera setelah liburan musim panas tiba - aku akan meninggalkan tempat ini.
Post a Comment for "Houkago no Toshoshitsu de Oshitoyakana Kanojo no Yuzurenai Rabu Kome [WN] Chapter 3 Act 2(2)"