Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V2 Chapter 6
Chapter 6 - Cinta tumbuh di saat tidak bisa bertemu, lalu pemikiran buruk juga hadir
Setelah berpisah dengan semua orang, aku dan Yoruka memutuskan untuk tinggal bersama lebih lama.
Aku berpikir untuk pergi ke kafe, tetapi perutku kembung karena minum banyak minuman sambil bernyanyi. Karena kami berada di ruangan tertutup sepanjang waktu, aku ingin menyegarkan diri, jadi kami memutuskan untuk berjalan di sekitaran stasiun.
"Aku lelah."
Hanya berdua denganku, Yoruka menghela napas untuk melepaskan ketegangan dari bahunya. Sudah kuduga, sepertinya dia gugup.
"Terima kasih atas kerja kerasmu. Bagaimana hari ini?"
"Karaokenya menyenangkan. Tapi kurasa aku masih belum terbiasa dengan keramaian."
Aku bisa merasakan sikap positif Yoruka ketika dia mengatakan "belum".
"Itu, apa benar-benar tidak apa-apa bergabung di pertemuan Sena?"
"Kenapa Kisumi malu-malu begitu."
"Memalukan untuk mengadakan pertemuan dengan namamu sebagai nama pertemuannya, 'kan."
Aku menjawab dengan jujur.
"Tidak masalah jika itu mudah dimengerti, 'kan"
"... Yoruka, apa kamu pikir itu lucu?"
"Nah, aku sangat menyetujuinya. Jika itu adalah pertemuan dengan Kisumi atau Hinaka-chan, mudah bagiku untuk berpartisipasi."
"Jika itu tidak membebani Yoruka, itu bagus, tapi ..."
"Tidak apa-apa. Jika tidak mungkin, aku akan segera menolaknya. Tapi, yang paling kusuka adalah saat hanya kita berdua."
Ujung jari Yoruka menelusuri tanganku dengan samar.
Seolah memberi isyarat, aku menggenggam tangan Yoruka.
Tanpa menolak, dia menganyam kembali ujung jarinya menjadi genggaman tangan sepasang kekasih.
Pemandangan yang sudah biasa kulihat sejak kecil terlihat berbeda saat aku berjalan sambil bergandengan tangan dengan pacarku.
"Pas sekali, aku menghadiri tempat bimbingan belajar yang bernama Nisshuu di gedung itu dan belajar untuk ujian, lho. Itu adalah bimbel kecil yang dikelola swasta, tapi ada instruktur paruh waktu yang menarik, dan aku benar-benar berhutang padanya."
"Hee, laki-laki?"
Tidak biasanya. Intuisi Yoruka meleset. Mungkin karena dia lelah setelah karaoke.
“Dia, perempuan. Dia mahasiswa sains dan sering tidur di laboratorium, jadi dia selalu memakai sandal dengan jas putih. Dia tidak peduli dengan fashion, dan menggunakan bolpoin sebagai ganti jepit rambut untuk membuat sanggul dengan rambut panjangnya. Mungkin merepotkan untuk berdandan, jadi dia selalu memakai masker sepanjang tahun. Aku ingin tahu apa itu yang disebut jenius. Dia orang yang menarik."
Aku dengan cerewet berbicara tentang kenanganku di daerah setempat.
"Ternyata, seseorang yang terlihat serampangan bisa membuat Kisumi lulus ya."
"Bagiku, dia adalah raja iblis yang menakutkan. Dia menggunakan metode sparta yang tidak masuk akal, tapi pikirannya sangat cepat dan dia pandai mengajar."
Tln : sparta disini bisa diartikan sebagai 'pendidikan atau pelatihan yang keras'
Aku bisa tertawa dan menceritakannya karena aku lulus, tapi pada saat itu sangatlah sulit.
Karena pada hari-hariku yang dipenuhi dengan belajar, "Baik, Sumi-kun. Selanjutnya, selesaikan ini." katanya sambil tersenyum, dan menambah tugasku.
"Kalau begitu karena aku seorang dermawan, jadi aku akan melepaskannya kali ini."
"Terima kasih untuk pacarku yang toleran ini."
"Karena aku lelah setiap kali aku curiga."
"Tenang saja. Bagiku, tidak mungkin selain Yoruka."
"Ya. Aku tahu."
Yoruka mengembangkan senyumnya.
"--- Tapi, ini masih tidak memuaskan."
"Eh, apanya?"
“......Aku ingin berpelukan dengan Kisumi.”
"Di sini?"
Seperti yang diharapkan, aku ragu-ragu untuk berpelukan di jalan seperti ini.
Apa yang harus kulakukan? Aku ingin memenuhi permintaan Yoruka. Maksudku, aku juga ingin melakukannya.
Tapi aku tidak bisa menemukan tempat yang tidak terlihat orang-orang.
Apa yang pasangan lain lakukan pada saat seperti ini?
Apa mereka memeluk tanpa khawatir apapun? Itu mengingatkanku, beberapa pasangan mahasiswa mabuk berciuman di depan gerbang tiket karena enggan berpisah.
Tapi kami adalah siswa SMA, dan tentu saja melanggar hukum untuk membuang rasa malu dengan meminjam pengaruh alkohol.
Apa ada tempat yang bagus? Benar juga, jika kita ke ruangan pribadi di kafe manga, aku tidak perlu khawatir dengan mata di sekitarku.
Hei, apa aku pergi ke kafe manga hanya untuk berpelukan!?
Apa lebih baik aku mengundangnya ke rumahku lagi? Tidak, yang sebelumnya adalah pengecualian, hari ini orang tuaku ada di rumah. Tiba-tiba memperkenalkannya pada orang tua adalah rintangan yang tinggi dalam banyak arti.
Saat aku memikirkannya, Yoruka menarik tanganku.
"Di sana."
Kami masuk ke sisi jalan. Selain itu, jika aku maju ke gang yang lebih sempit, disamping mesin penjual otomatis menjadi titik buta. Kalau disini pasti sulit untuk dilihat.
"Hadiah hari ini. Dan pembayaran di muka."
Yoruka memelukku di sana seolah itu adalah hal yang wajar. Dia meligkarkan tangannya sampai ke punggungku dan menempelkan seluruh tubuhnya.
Si pemalu Yoruka menjadi sangat agresif!
Aku sangat senang dari lubuk hatiku, tapi aku berusaha untuk tidak merusak suasana.
"Silahkan lakukan sebanyak yang kamu mau"
"Ya. Kisumi, kamu sangat hangat."
"Itu karena aku hidup."
"Aku dalam masalah jika kamu mati."
Aku dengan lembut membelai kepala Yoruka dengan tanganku. Rambut yang lembut dan halus membuat jariku merasa nyaman.
"Aku suka itu."
Kami tinggal di sana sebentar untuk membenamkan diri dalam kebahagiaan.
Aku sangat berharap bahwa waktu ini akan berlanjut selamanya.
"Berpikir sampai ke pernikahan karena romansa SMA, kamu seorang romanticist ya."
Tln : kalimat Asaki di chapter 4
Namun, kata-kata yang diucapkan Sayu di karaoke melintas di benakku.
Aku tahu itu, diriku yang tenang di sudut kepalaku menyangkal.
Bertemu ketika masih seorang siswa SMA yang masih muda dan hidup bersama untuk umur yang panjang sampai meninggal.
Betapa ajaibnya waktu ini.
Betapa tidak realistis dan ringannya kata-kata "selalu bersama" dan "cinta abadi" yang diucapkan oleh para pasangan siswa SMA, dan betapa tak kenal ampunnya kenyataan yang menanti mereka.
Tidak peduli seberapa serius kalian, itu mungkin akan dengan mudahnya dipatahkan oleh pemicu sepele.
Ketika aku gelisah, tidak akan ada akhirnya, dan itulah mengapa aku sangat senang dengan kata-kata Yoruka.
"Terima kasih telah mengatakan, 'Aku ingin bersama Kisumi selamanya,' di karaoke."
Aku yakin Yoruka merasakan hal yang sama.
Saat sedang jatuh cinta, kita juga khawatir tentang masa depan.
Namun, betapa berharga dan pentingnya mengekspresikan perasaanmu dengan benar.
"Jangan diulang."
"Karena itu membuatku senang."
Aku tidak bisa melupakan kata-kata yang dicurahkan kepadaku seperti itu selama sisa hidupku.
"...... karena, itu hanya perasaanku yang sebenarnya."
"Aku merasakan hal yang sama."
"Ya."
Ikatan antara aku dan Yoruka telah menguat. Itulah yang kurasakan.
"Yoruka. Golden week dimulai dari besok, 'kan. Bagaimana kalau kita pergi bermain bersama selama liburan?"
Aku akhirnya mengatakan tentang kencan liburan yang telah kupikirkan sebelumnya.
Yoruka perlahan mengangkat wajahnya.
Ekspresinya terlihat sangat menyesal.
"Umm, selama Golden Week aku selalu pergi ke luar negeri jadi tidak bisa. Ini adalah liburan keluarga ke pulau selatan."
"Luar negeri!"
Benar juga. Pacarku ini adalah seorang nona besar.
Aku mendengar bahwa orang tuanya biasanya bekerja di luar negeri. Mungkin mereka sudah merencanakan sejak lama bertepatan dengan liburan putri-putri mereka.
"Akupun hanya ingin tinggal di Jepang dan tinggal bersama Kisumi, tapi."
"Jadi, itulah maksud dari pembayaran di muka, itu untuk bagian saat kita tidak bisa bertemu selama Golden Week ya."
"Ini pertama kalinya kita tidak bisa bertemu seperti ini sejak kita berkencan, 'kan. Entah kenapa, aku khawatir ..."
Bahkan sebelum dia melakukan perjalanan, jika dia dalam kondisi seperti itu, justru aku yang khawatir.
"Aku senang kamu berpikir begitu. Jangan khawatir tentangku."
"Ada perbedaan waktu, dan aku tidak tahu apakah internet akan selalu terhubung, tapi aku akan menghubungimu!"
Yoruka menyerukan dengan sekuat yang dia bisa.
"Itu adalah liburan ke luar negeri yang luar biasa. Jangan khawatir tentang sinyal di smartphone-mu, nikmati saja. Lalu, ceritakan banyak hal padaku."
"Ya. Aku mengerti."
"Kapan kamu akan pergi? Kapan kamu akan kembali ke Jepang?"
"Aku akan berangkat besok pagi, dan aku akan kembali pada malam terakhir Golden Week. Maaf aku tidak bisa memberitahumu dengan baik."
"Jangan minta maaf seperti itu. Kencannya tidak akan lari, kok."
"Ketika aku sudah memutuskan untuk bepergian, aku bahkan tidak berpikir aku bisa menjadi kekasih .... "
Yoruka putus asa untuk menyampaikan alasannya.
"Akupun sama. Jika aku tahu kalau aku bisa berkencan dengan Yoruka, aku juga tidak akan ikut dalam liburan keluarga. Itu sebabnya, memilih bersama keluarga saat Golden Week itu tidak ada masalah."
"Terima kasih. Kisumi juga, bersenang-senanglah."
Secanggih apapun teknologi komunikasi berkembang, bahagianya bertemu tatap muka tidak ada tandingannya.
Meski mau bagaimana lagi, tapi jika aku mengatakan aku tidak kesepian, itu bohong.
"Hmm, apa tidak apa-apa kamu datang ke karaoke hari ini meskipun kamu akan pergi besok pagi? bagaimana dengan persiapannya?"
"Karena aku sudah terbiasa, aku sudah mengemasnya."
"Seperti yang kuduga. ... juga maaf, mungkin lebih baik kita tidak ke karaoke hari ini."
Yoruka pasti ingin menghabiskan waktu berdua hari ini.
"Karena Kisumi juga punya teman. Itu buruk untuk menolaknya demi kenyamananku."
Perhatiannya ini. Ke-manis-an pacarku ini membuat dadaku sesak.
"Tidak apa-apa, Yoruka tidak perlu khawatir tentangku."
Aku memeluk tubuh ramping dan lembutnya yang sepertinya akan pecah dengan lebih hati-hati.
"Aku sudah cukup dimanja."
"Yoruka, lain kali, ayo kita lakukan kencan liburan saat kamu pulang."
"Ya. Aku menantikannya."
Setelah berpelukan lama untuk menebus bagian saat tidak bisa bertemu ketika Golden Week, aku mengantar Yoruka ke stasiun.
Dia pergi melalui gerbang tiket, aku melambaikan tangan sampai tidak bisa melihat punggung Yoruka.
Yoruka melihat ke belakang lagi dan lagi dengan penyesalan.
Berpisah dengan pacarku, selalu membuatku merasa kesepian.
Pagi selanjutnya. Aku bangun lebih awal dari biasanya.
"Apa Yoruka sudah di Narita sekitar waktu ini ... aku ingin tahu apa sudah waktunya untuk berangkat."
Tln : Bandar Udara Internasional Narita, juga dikenal sebagai Bandar Udara Tokyo Narita, sebelumnya dan dahulunya dikenal sebagai Bandar Udara Internasional Tokyo Baru, merupakan nama bandara yang terletak di Narita, Prefektur Chiba, Jepang.
Aku bergumam menghadap langit-langit sambil tiduran di tempat tidur.
"Rasanya seperti kembali ke liburan musim semi."
Perasaan hanya memikirkan Yoruka selama aku tidak bisa bertemu dengannya. Saat itu, kami bahkan tidak bertukar kontak, jadi itu benar-benar tertutup dari segala arah. Dibandingkan dengan itu, sekarang jauh lebih baik.
"... Selamat jalan, haruskah aku mengirim itu setidaknya?"
Aku meraih smartphone di samping tempat tidurku dan mengirim pesan dengan cepat.
Segera setelah itu, balasan datang.
Yoruka: Apa kamu begadang sampai pagi? Atau mungkin kamu tidak bisa tidur?
Sepertinya dia salah paham.
Kisumi: Aku tidur, kok. Lalu, aku bangun di jam segini. Apa sudah waktunya untuk naik pesawat?
Yoruka: Ya. Aku baru saja duduk di tempat dudukku.
Jika demikian, dia harus segera mematikan smartphone-nya. Syukurlah aku tepat waktu.
Kisumi: Berdoalah semoga tidak ada masalah. Bersenang-senanglah.
Aku mengirim pesan ini dengan maksud bahwa ini adalah yang terakhir, dan meletakkan smartphone-ku.
Ketika aku akan tidur lagi, sebuah foto dikirim dari Yoruka pada menit-menit terakhir.
"------I-Ini-!"
Rasa kantukku hilang dalam sekejap dan aku bangun dari tempat tidur.
Itu adalah foto Yoruka yang bercosplay sebagai pramugari kemarin.
Ngomong-ngomong, aku merasa itu diambil seperti yang Miyachii katakan padaku.
Yoruka menatap kamera meski sambil malu-malu dengan penampilan yang tidak biasa baginya. Foto harta karun yang imut ini membuatku tersenyum.
Yoruka: Ini spesial. Jangan kesepian saat aku pergi. Sampai jumpa!
Aku sangat senang dan malu sampai aku tidak bisa berhenti menyeringai.
Kegembiraan mendapatkan harta karun seumur hidup dan, pada saat yang sama, cintaku padanya mengalir deras.
Aku membuka tirai dan jendela di kamar. Sepertinya hari ini akan cerah.
"Ah- aku ingin bertemu sekarang juga."
Sambil melihat fotonya, aku memikirkan Yoruka yang sudah naik pesawat.
Dan, aku juga ingin segera berkencan.
***
Begitu Golden Week dimulai, itu berlalu dalam sekejap mata.
Paruh pertama adalah waktunya bersantai di rumah, dan paruh kedua adalah liburan keluarga Sena selama tiga hari dua malam.
Tempat tujuannya adalah pemandian air panas.
Orang tuaku ingin mengajak kami jalan-jalan kesana karena Ei, adikku, masih kecil.
"Kisumi-kun. Papa bilang kita akan segera berangkat... Apa yang kamu lihat? Tunjukkan pada Ei juga!"
Adikku, Ei, tiba-tiba menerobos masuk ke kamar tanpa mengetuk.
Ei tanpa ampun melompat ke arahku yang terbaring di tempat tidur.
Untuk anak kelas empat SD, dia tinggi, jadi dampaknya luar biasa. Ia tumbuh dengan tubuh yang feminim, namun isinya masihlah anak-anak yang polos.
"Hei, menjauhlah, My sister! Ini terlalu dini untukmu! Juga, panggil aku Onii-chan!"
Jika aku memiliki waktu luang, aku memandang sosok pramugari Yoruka, dan pada saat itu adikku yang masih kelas 4 SD bermain-main denganku tanpa ragu-ragu. Maksudku, jika dia melihat foto seperti ini, martabatku sebagai seorang kakak akan terguncang.
"Akhir-akhir ini, kamu selalu melihat smartphone-mu. Lebih perhatianlah pada Ei!"
"Aku mengerti. Kita akan berangkat, jadi pakailah jaketmu."
Sulit untuk menyingkirkan seorang adik perempuan yang tumbuh dengan baik untuk seusianya.
Ini sangat merepotkan karena dia anak kecil dengan tubuh besar.
Aku mencari jaket tipis untuk dipakai dari rak gantungan.
"Hei hei, Kisumi-kun. Yang terbungkus Vinyl ini, itu seragam SMP, 'kan? Ei juga, saat sudah jadi siswi SMP akan memakai ini?"
Memangnya apa yang menyenangkan, sampai sengaja datang melihatku memilih jaket.
Ibuku yang disiplin repot-repot me-laundry Gakuran SMP-ku.
Tentu saja, aku tidak memiliki kesempatan untuk memakainya lagi, jadi pelindung Vinyl transparan masih terpasang.
"Untuk anak perempuan, itu pakaian pelaut."
"Yang dipakai Sayu-chan?"
"Itu benar. Dan Sayu, dia masuk SMA yang sama denganku lho? itu mengejutkan ya. "
"Apa dia mengenakan seragam imut yang sama dengan Yoruka-chan sekarang?"
Meski masih anak-anak, Ei juga perempuan.
Tampaknya Ei memiliki kecenderungannya sendiri, dan dia cukup berisik dengan fashion.
Jadi aku mengerti betapa modisnya seragam Eisei.
Aku hanya ingat mengenakan pakaian yang dibelikan orang tuaku ketika aku masih di sekolah dasar.
"Benar."
"Ei juga ingin memakainya!"
"Jika kamu ingin memakai seragam yang sama dengan Yoruka, kamu harus belajar keras untuk masuk ke Eisei lho."
"Ei pandai belajar, kok. Aku selalu mendapat nilai 100 dalam ujian."
Ya. Berlawanan dengan kata-kata dan tingkah bodohnya, Ei pandai dalam belajar. Raportnya selalu 5 semua karena konsentrasinya tinggi dan daya ingatnya juga lumayan.
Orang tua kami memanggil kami dari bawah.
Aku memakai jaketku, meletakkan ransel penuh pakaian di pundakku, dan menuruni tangga.
Selama perjalanan, aku menyerahkan Ei pada orang tuaku, dan aku bermaksud fokus dengan barang bawaan dan yang berhubungan dengan kamera.
Namun, kebiasaan itu masih belum diperbaiki.
Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari adik perempuanku yang sedang bermain-main dengan tingkahnya yang biasa, dan aku akhirnya terombang-ambing dari awal hingga akhir.
Jika ada stand makan, Ei ingin makan itu.
Jika ada suvenir, Ei ingin ini.
Ei lelah. Toilet. Ayo main lagi. Ei mau melakukan itu. Ei juga ingin melakukan ini. Ei ingin lagi. Ei ingin melakukan lagi dan lagi.
Ei sepertinya sangat senang karena orang tua kami benar-benar memanjakannya.
Hanya saat Ei mengantuk, "Kisumi, gendong Ei," suara ibuku melayang. Cukup melelahkan untuk menggendong seorang anak SD di punggung sambil terus berjalan.
Di telingaku, aku bisa mendengar desahan tidurnya, sepertinya dia tidur dengan nyenyak.
Di akhir kalimat, orang tuaku berkata, "Kisumi dan Ei saudara yang rukun ya." dengan riangnya.
Ei, yang dibangunkan saat makan malam, mengenakan yukata dan bermain-main lagi, dan di sisi lain, aku menderita nyeri otot ringan.
Aku berendam di pemandian terbuka untuk melarikan diri, dan akhirnya mendapatkan waktu sendirian.
Yoruka, apa yang saat ini dia lakukan di bawah langit negara asing ya.
Semakin aku tidak bisa bertemu dedngannya, semakin banyak waktu yang kuhabiskan untuk memikirkannya.
"Perasaanku tumbuh dengan seenaknya sendiri."
Mungkin karena aku sedang bersantai dengan air hangat, aku merasa lebih sentimental.
Di siang hari, aku sibuk menemani Ei, tapi ketika aku sendirian seperti ini, yang kupikirkan hanyalah Yoruka.
Aku berendam dalam air hangat untuk waktu yang lama sambil menatap langit yang penuh bintang.
Saat keluar dari pemandian, aku berganti dengan yukata dan bersantai di ruang istirahat dengan pendingin air panas.
Dengan iseng, aku mengirim foto botol susu yang kuminum setelah mandi ke Yoruka.
"Balasannya, karena ada perbedaan waktu, mungkin besok."
Ketika aku sedang bersantai sambil bermain dengan smartphone-ku sampai badanku mendingin, pesan tiba di waktu yang tepat.
Yoruka: Saat kamu minum susu, apa kamu meletakkan tanganmu di pinggang dan meminumnya?
Aku tertawa membaca pesan itu.
Kisumi: Tentu saja (lol)
Setelah beberapa saat, nada dering berdering lagi.
Ketika aku membuka pesan, mengira itu dari Yoruka, ternyata pengirimnya adalah Yukinami Sayu.
Sayu: Kamu dimana sekarang? Ketika aku lewat di depan rumahmu, listriknya mati.
Kisumi: Sedang liburan, aku pergi ke pemandian air panas.
Sayu: Eh, tidak mungkin! Apa sudah saatnya untuk liburan ke pemandian air panas dengan Yoru-senpai!?!?
Kisumi: Yang benar saja. Dengan keluargaku. Yoruka sedang liburan ke luar negeri.
Sayu: Wow--- asyiknya. Apa pemandian air panasnya nyaman?
Jangan berbicara seperti semula seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Kisumi: Surga. Aku tidak ingin pulang lagi.
Sayu: Kapan kamu pulang?
Kisumi: Diabaikan kah.
Sayu: Tolong jangan berkata seperti kakek-kakek.
Kisumi: Ini masalah suasana hati.
Sayu: Jadi, kapan kamu akan pulang? Jawab, please.
Kisumi: Aku akan pulang besok malam.
Sayu: Dimengerti.
Apanya yang dimengerti, aku benar-benar tidak tahu.
Sayu: Oh, jangan lupa oleh-olehnya! Aku akan marah jika kamu tidak membelikannya!
Jadi itu yang kau inginkan!
"Bahkan saat sudah siswi SMA, tidak ada yang berubah."
Sudah lama juga aku tidak bertukar pesan dengan Sayu di malam hari seperti ini.
Kembali ke belakang. Terakhir kali kami bertukar pesan adalah musim panas lalu.
"Memang benar aku tidak menjawabnya ya..."
Tanggal dan tempat pertandingan Sayu, yang sudah berakhir, dan isi pesan untuk datang untuk menyemangatinya tertulis di sana.
Aku bahkan tidak ingat sudah membacanya.
Pada saat itu, aku sedang kebingungan tentang hukuman keluar dari klub basket. Apapun yang kulakukan itu melelahkan, dan semua energiku hilang.
Tidak, bukan itu.
Karena aku berada dalam kondisi yang sangat buruk seperti itulah yang membuatku mengunjungi ruang persiapan seni tempat Arisaka Yoruka berada.
Hanya ketika aku berbicara dengan Yoruka, anehnya aku bisa melupakan kegelisahanku.
Tidak butuh waktu lama sebelum aku menyadari bahwa itu adalah rasa cinta untuknya.
"Ah---Kisumi-kun, kamu di sini! Ayo segera kembali!
Ditarik oleh Ei yang datang untuk menjemputku, aku akhirnya berdiri.
"Hei, Ei. Ini berbeda dengan piyama, jangan berlarian seperti itu saat memakai yukata."
Ei yang mengenakan yukata yang tidak biasa dia pakai dengan riang berlarian di koridor dengan sandal.
"Ini lucu karena berkibar."
"Jangan bergerak seperti itu, nanti pakaianmu berantakan. Tenanglah sampai ke kamarmu."
"Eh--kalau begitu, jika kamu membelikan es krim, Ei akan menahan diri."
Adik perempuanku pergi ke toko di lobi tanpa menunggu jawabanku.
Aku masih punya cukup uang untuk membeli es krim.
"......Jika kamu selesai makan, gosok gigimu lagi."
"Yaay, Es krim! Haagen-Dazs!"
"Mereka tidak menjualnya di sini. Pilih yang lebih murah."
Tidak ada es krim kelas atas pilihan pertama Ei, tapi harga es krim disini agak mahal, mungkin karena itu disebut harga tempat wisata.
"Beri aku satu gigitan."
"Tidak mau. Ini punya Ei!"
"Aku yang membelinya."
"Mau bagaimana lagi. Ini spesial untuk Kisumi-kun."
Yang dia ambil dengan sendok kayu dan ditawarkan padaku, itu adalah satu suapan yang sangat kecil. Meski begitu, ini dingin dan enak.
"Biarkan aku memakan sedikit lagi. Juga, panggil aku Onii-chan dengan benar."
"Ei tidak mau keduanya!"
Aku tidak mengerti. Kenapa adik perempuanku tidak mau memanggil kakak laki-lakinya dengan Onii-chan.
Sebuah pesan datang dari Yoruka saat aku menunggu Ei selesai makan es krim.
Aku melihat gambar yang dikirim bersama dengan pesannya terlebih dahulu.
"Ap---!?"
Aku menyemburkan ludah.
"Ada apa?"
Ei menatapku dengan heran.
"Tidak, bukan apa-apa ..."
Menahan hatiku yang sepertinya akan meledak, aku memastikan pesan itu dengan kuat sambil berpura-pura tenang.
Memang benar pengirimnya Yoruka. Namun, isi pesannya itu bukan dari Yoruka.
Yoruka: Berterima kasihlah, Kareshi-kun. OLEH kakak perempuan Yoru-chan.
Gambar yang dikirim adalah sosok Yoruka dalam pakaian renang.
Yoruka berdiri di pantai berpasir putih di pulau selatan.
Kemungkinan kakak perempuan Yoruka mengambil foto itu secara diam-diam.
Mata Yoruka tidak melihat ke arah kamera. Di sisi samping foto terdapat bayangan gelap payung pantai, dan kaki cantik sang fotografer, bisa dianggap itu adalah kakak perempuan Yoruka, yang tampak sedang berbaring di kursi di bawahnya.
"Bagaimanapun--"
Figur mempesona Yoruka sangat menakjubkan. Meskipun ramping, badannya benar-benar melimpah. Volume dadanya tidak perlu dikatakan lagi, pantatnya juga luar biasa.
Juga, aku kaget ternyata luas kain baju renangnya kecil.
Kenangan akan bagian lembut yang kusentuh ketika dia menginap di rumahku tempo hari kembali hidup, dan aku bisa membayangkannya dengan jelas.
Terima kasih banyak kakak Yoruka.
Setelah beberapa saat, aku menerima pesan lagi dari Yoruka.
Yoruka: Gambar itu dikirim oleh Onee-chan seenaknya!! Hapus sekarang juga!!! Hapus!!! Aku mohon!!
Rupanya dia menyadari kejahilan kakaknya.
Maaf, aku sudah menyimpan gambarnya.
***
Hanya ada satu hari tersisa untuk Golden Week.
Keluarga Sena, yang pulang ke rumah tadi malam, menghabiskan hari terakhir mereka dengan cara mereka masing-masing.
Orang tuaku pergi berbelanja beberapa waktu yang lalu dan tidak akan pulang sampai malam.
Tidak ada apa-apa yang perlu kulakukan, jadi aku bersantai di sofa di ruang keluarga dengan pakaian rumahanku.
Saat aku memeriksa cuaca luar negeri di smartphone-ku, itu menunjukkan bahwa cuaca di tempat tujuan Yoruka sedang badai.
"Kuharap itu tidak mempengaruhi penerbangan pulangnya."
Mulai besok sekolah lagi. Sayang sekali liburan sudah berakhir, tapi akhirnya aku bisa bertemu Yoruka.
Bell rumah berbunyi ketika aku sedang melihat foto-foto Yoruka, yang sudah menjadi pokok untuk menghabiskan waktuku.
"Ki-senpai, ayo main."
"Memangnya kau anak SD!"
Ketika aku pergi ke pintu depan, Yukinami Sayu dengan pakaian kasualnya berdiri disana.
Meski sporty dan kasual, tapi tetap modis.
Pakaian luar yang kebesaran sengaja dikenakan agak ke bawah, memperlihatkan bahu kirinya yang putih. Bagian bawah dari baju bagian dalam tanpa lengannya pendek dan pusarnya terlihat sekilas. Bagian bawahnya adalah celana pendek yang cukup pendek, memperlihatkan hampir semua hal mulai dari paha hingga pergelangan kakinya yang kecil. Di kakinya, dia mengenakan sepatu kets dengan bagian bawah yang tebal dan kesan bervolume.
"Wah--- gaya liburan yang santai. T-shirt di atas kaus itu, terlalu ceroboh."
"Karena ini nyaman, jadi ini baik-baik saja."
"Kau bisa menunjukkan wajahmu ke publik dengan seperti itu ya."
"Kupikir ini adalah layanan kurir."
Apa untuk ini line dari Sayu yang datang selama aku liburan?
"Ini kejutan. Aku datang menemuimu dengan santai sebagai tetangga!"
Sayu memiringkan kepalanya dan tersenyum manis.
Melihat dari riasan dan pakaiannya, sepertinya dia tidak datang ke rumahku karena iseng.
"Sekarang, cepat ganti baju dan ayo pergi keluar. Lagian, kamu pasti berpikir akan bersantai di rumah untuk hari terakhir, 'kan. Naif, sangat naif! Bukankah liburan itu untuk bermain-main! Ayo, jika kamu tidak bisa memilih pakaian, aku akan memilihkan pakainan yang cocok. Maaf mengganggu~. "
"Tidak, jangan secara natural masuk kerumahku."
Maaf mengganggu, katanya dan dia masuk ke dalam rumah.
"Eh---apa kamu menyuruhku menunggu di luar sampai kamu selesai bersiap? Kejamnya."
"Dari awal, aku bahkan tidak mengatakan aku akan pergi."
Ketika kami berbicara di pintu depan, Ei yang menyadarinya berkata "Ah, Sayu-chan!!"
"Ei-chan! Apa kabar? Hari inipun kamu sangat manis!"
Ei dan Sayu bergembira sambil menyatukan tangan mereka.
Ketika dia bertemu Sayu seperi ini, dia selalu berbicara dengan penuh semangat.
"Kisumi-kun dan Sayu-chan, apa kalian akan pergi ke suatu tempat? Ei juga ikut."
Kurasa Sayu yang akrab dengan Ei akan memberi OK tanpa pikir panjang.
"Oioi, Ei. Kamu tidak boleh mengatakan sesuatu yang tidak mungkin. Ayo menjaga rumah dengan tenang denganku."
"Eh. Tunggu Ki-senpai, kamu benar-benar tidak akan pergi?"
"Tidak baik meninggalkan adikku sendirian dirumah"
"Siscon!"
"Ini adalah kewaspadaan yang tinggi akan pencegahan kejahatan."
"Buu! Kalau begitu ayo pergi dengan Ei-chan juga! Jika seperti itu kamu tidak keberatan, 'kan!"
Sayu mendorongku lagi.
"Setuju!" Segera, Ei berpihak pada Sayu.
"Ei ingin berlatih bulu tangkis. Karena akhir-akhir ini Ei banyak bermain dengan teman-temanku!"
Dia mengambil raket bulutangkis dan kok dari rak pintu depan dan memohon.
Memangnya kau ini anak-anak! Ah, dia kelas 4 SD. Sebaliknya, untunglah dia anak kecil.
Sayu tampak terkejut sesaat, tapi langsung menyetujuinya dengan "Bulu tangkis disetujui,". Sepertinya dia sangat ingin keluar.
Mereka berdua melihat wajahku.
"......... Aku mengerti. Jika ke taman di sekitar sini, aku akan menemani kalian."
"Seperti yang diharapkan, Ki-senpai. Kamu sangat lembut pada Ei-chan!"
Sayu juga setuju akan hal itu.
"Benar juga. Oleh-olehnya, aku membeli manjuu pemandian air panas."
"Eh--, bagaimana bisa oleh-oleh untuk gadis SMA itu manjuu pemandian air panas?"
"Jika tidak suka, aku tidak akan memberikannya."
"Wa--aku akan menerimannya! Aku akan menerimanya! Aku sangat menyukai yang manis-manis!"
Sayu dengan tergesa-gesa bersikap sopan.
"Ei juga sudah memakannya, itu sangat enak, lho."
"Begitu ya! Aku tak sabar untuk memakannya jika Ei-chan berkata seperti itu."
Sayu dan Ei tertawa seperti sepasang saudari.
"Aku akan membawanya setelah aku berganti baju."
"Ah. Aku khawatir membawanya di bawah terik matahari, jadi aku akan membawanya saat pulang."
"Mengerti."
Aku segera pergi ke kamar dan berganti baju.
Hari ini lumayan cerah dan pasti akan panas karena aku akan banyak bergerak.
Aku memilih celana pensil hitam dan kaos oblong putih.
Diatasnya, aku mengenakan jaket tipis agar terlihat rapi. Lalu, aku memakai Nike Air Force 1 putih yang sudah kupakai bertahun-tahun dan sudah tidak asing lagi di kakiku.
Tln : Nike Air Force sangat cocok digunakan untuk main basket, terutama untuk seri mid dan high karena dapat melindungi pergelangan kaki.
Kembali ke pintu depan, Sayu memeriksa penampilanku.
"Pakaian yang rapi dan sederhana yang tidak menjadi terlalu sporty, mari kita berikan nilai lulus."
"Jangan menilai fashion-ku."
"Bukankah kalau orang yang bersama kita tidak berpakaian dengan benar akan memurunkan semangat. Maksudku, kamu masih memakai sepatu kets itu ya."
"Begitukah? apa kau juga ada di sana saat aku membeli ini?"
Ketika aku menjadi anggota klub olahraga, ada banyak barang yang dibeli. Aku kebetulan membeli sepatu kets yang kupakai saat aku pergi berbelanja dengan Sayu.
"Uwah-- karena kamu kebingungan, jadi aku memberimu banyak nasihat dan merekomendasikannya, tapi kamu melupakannya. Itu mengerikan."
"Aku menyukai ini jadi aku memakainya untuk waktu yang lama. Aku juga sering mencucinya."
"K-Kalau itu, karena kamu tidak bisa melepaskan yang aku rekomendasikan, 'kan!"
Terburu-buru oleh suara Ei yang sudah di luar, kami menuju ke taman.