Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V2 Chapter 5

 Chapter 5 - Aku bahkan belum patah hati




Meski Asaki pergi ke toilet, tapi tidak ada seorangpun di dalam.


"Aku ingin tahu apa di sudah pulang. Tapi dia meninggalkan barang bawaannya di ruang karaoke dan dia belum mengganti seragamnya."


Dua lift di lantai dua sama-sama menunjukkan ke lantai atas.


"Jika begitu ..."


Asaki melihat kearah pintu menuju tangga luar.


Dia membuka pintu yang berat.


Pemandangannya bagus, langitnya luas dan rasanya nyaman.


Namun, jika kau melihat ke bawah, kau bisa melihat pemandangan depan stasiun yang berantakan yang gedung-gedungnya tampak penuh sesak.


Yukinami Sayu berada di tangga, sedikit dibawah.


Dia menyandarkan dirinya di pagar dan melihat matahari terbenam.


"Mau kupinjamkan saputangan?"


Asaki merasakan situasinya dari punggung Sayu dan memanggilnya.


"...... tidak apa-apa. Aku punya sendiri."


"Meski kamu sedang menjadi seorang polisi dengan mini-skirt?"


Setelah mengatakan itu, Sayu menyadari bahwa dia hanya memiliki pistol mainan dan borgol.


"Ini, silahkan. Hapus air matamu."


Asaki, yang mengenakan kardigannya sendiri di atas pakaian perawatnya, selalu memiliki saputangan cadangan di sakunya.


"Kamu selalu siap sedia, ya."


"Aku membawa dua saputangan."


"Jika Asa-senpai laki-laki, aku pasti akan jatuh cinta padamu."


Setelah Sayu dengan patuh menerima saputangan, dia dengan lembut menyeka pipinya.


"Sayu-chan adalah seorang gadis. Dan aku juga seorang gadis."


Asaki menjawab dengan nada ringan dan berbaris di samping Sayu.


"Anak laki-laki normal tidak mungkin pintar seperti ini."


"Kebanyakan anak laki-laki terlalu ragu atau cenderung memaksakan perasaan mereka."


"Aku mengerti", dan keduanya tertawa bersamaan.


"Sungguh, timing Asa-senpai terlalu bagus. Kamu juga mengerti aku ada di sini."


"Aku pandai membaca hal-hal seperti ini, suasana, dan apa yang orang lain ingin lakukan."


Itu adalah salah satu bakat Hasekura Asaki.


Dia bisa dengan hati-hati merasakan emosi dan perasaan orang lain yang sebenarnya dan secara akurat menilai apa yang harus dilakukan.


Jika kau mengatakan apa yang diinginkan orang lain, mereka biasanya tidak menyukainya.


Dalam banyak kasus, itu akan kembali padanya dalam bentuk bantuan.


Karena itu, Asaki tidak pernah mengalami kesulitan dalam hubungan manusia sejak dia masih kecil.


Jika kau seimbang dalam mengambil jarak dengan orang lain, terlepas dari jenis kelamin, kau secara alami akan bisa menjadi pusatnya, tidak peduli komunitas mana kau berasal.


Untungnya, Asaki sendiri tidak membenci dirinya yang seperti itu.


Jika di sekolah dia adalah perwakilan kelas. Di klub upacara minum teh dimana dia adalah bagian dari anggotanya, dia memainkan peran pemimpin meski ada banyak siswa yang seangkatan dengannya. Orang-orang di sekitarnya berkata, "Ketua klub tahun depan pasti Hasekura-san."


Singkatnya, dia bagus dalam mengerti hati orang.


Dia sangat ingin tahu tentang orang lain dan secara alami pandai mengingat nama orang.


Semakin hati-hati kau mengamati orang lain, semakin menarik untuk menemukan siapa diri mereka.


Di sisi lain, karena dia ingat bermacam-macam dari sejumlah besar orang, dia tidak bisa bertemu dengan orang yang membuat hatinya berdebar.


Sebagian besar, seperti itulah tipe orang yang dia temui.


Dia menilai Nanamura Ryu memiliki sedikit mimpi, tapi sebaliknya, dia berpikir kalau dirinya terlalu tenang mengenai cinta.


Setiap kali ada yang mengaku padanya, teman-temannya semua berkata, "Untuk sekarang, kenapa kamu tidak mencoba berkencan dengannya?"


Namun, Asaki tidak bisa berpikir untuk berkencan dengan mereka karena dia bisa membayangkan siapa mereka sejak awal.


Pertama, dia tidak mengerti rasanya berkencan dengan perasaan ringan seperti itu.


Terlebih lagi, sayang sekali menghabiskan waktu untuk apa yang dia tahu itu akan membosankan.


Bagi Asaki, yang mengincar penerimaan universitas lewat jalur rekomendasi, mempersiapkan masa depan lebih penting daripada kesenangan cinta.


Akibatnya, tidak dapat dihindari bahwa prioritas romansa akan turun bagi Hasekura Asaki.


Pengecualian untuk ini adalah, Sena Kisumi.


Sepintas, seorang anak laki-laki yang tidak menonjol.


Ia adalah orang yang pandai beradaptasi dengan orang tanpa disadari.


Bagi Asaki, yang selalu beradaptasi dengan orang lain, sangat nyaman dan menyenangkan memiliki orang lain yang beradaptasi juga.


Begitulah cara dirinya mulai menikmati percakapan santai dengannya.


"Jika gadis cantik seperti Asa-senpai datang di waktu yang tepat, mereka akan langsung jatuh cinta denganmu. Jika kamu membuat pengakuan, tidak ada yang lain selain OK dengan segera."


"Tapi itu tidak terjadi ..."


"Orang yang menolakmu sebelumnya, ya? Kira-kira apa alasannya menolak ya."


"Ada saingan yang kuat. Tapi, aku ingin tahu apakah hanya itu."


"Satu-satunya orang yang bisa mengalahkan Asa-senpai adalah Yoru-senpai ---"


Saat Sayu berkata begitu, dia membeku.


Kemudian sambil gemetar, dia memastikan jawaban.


"Ah, apakah Asa-senpai mengaku pada Ki-senpai dan ia menolaknya?"


"Ya"


Asaki dengan cepat mengakuinya.


"Serius?! Eh, tidak. Kenapa! Tidak ada lagi hal yang tidak mungkin lebih dari ini, 'kan!"


Sayu sangat kesal, berputar-putar di tempat.


"Berbahaya untuk bergerak seperti itu."


Jika dia tidak sengaja jatuh dari pagar, dia tidak akan selamat.


"Ini sangat tidak terduga, dan mengejutkanku."


"Apa aneh untuk menyukainya?"


"Daripada dibilang aneh, itu lebih ke aku tidak mengerti kenapa kamu memilihnya."


"Sayu-chan mengatakan itu."


Asaki memandang juniornya seolah-olah dia melihat menembusnya.


"..... Kenapa Asa-senpai memutuskan untuk mengaku?"


"Oh, kamu bertanya itu juga ya."


"Kita adalah satu-satunya di sini."


'Bagaimanapun juga aku ingin mendengarnya', dan mata Sayu mendesaknya.


Memang benar, tangga luar saat senja tepat untuk sebuah cerita rahasia.


“Ada orang yang lebih keren dari Kisumi-kun. Orang yang nilainya bagus, orang yang bisa olahraga, orang yang kaya. Orang yang pintar, lucu, dan energik. Kupikir ia tidak memiliki karakteristik yang bisa dinilai oleh siapa pun seperti itu. Ia sering mengatakan bahwa dirinya itu biasa-biasa saja, 'kan.”


"Ya, ia sering mengatakannya."


Sayu sangat setuju.


"Tapi, bukan berarti aku ingin punya seorang pacar yang bisa kusombongkan kepada siapa pun. Sejujurnya, menurutku tetap berteman itu juga tidak apa-apa."


Di kelas dua, Hasekura Asaki berada di kelas yang sama dengan Sena Kisumi.


Sama-sama perwakilan kelas, dan sudah berinteraksi satu sama lain sejak tahun lalu. Dia tahu siapa ia, jadi dia tidak punya keberatan saat ia menjadi rekannya. Ia selalu memperhatikan semuanya, dan pandai menindaklanjuti secara mendetail dan dapat diandalkan.

Tln : kok agak mbingungin yak. intinya kalo "Dia" itu Asaki dan "Ia" itu Kisumi


Ia mudah untuk diajak bekerja bersama, dan jika memiliki masalah, ia bisa berbagi pada tingkat yang sama dan berpikir bersama.


Tumpukan hari-hari kecil seperti itu menumbuhkan rasa suka.


Meski Asaki menyadari cintanya, tapi dia tidak berniat untuk mengubah hubungannya dengan tergesa-gesa.


Cinta bukanlah prioritas utama bagi Hasekura Asaki.


Namun, dia bertemu dengan peristiwa yang membalikkan prioritas itu.


"Ketika aku melihat wajahnya yang terluka, aku menyadarinya. Ah~, aku ingin menghiburnya. Aku ingin ia tertawa karena bersamaku. Aku, ingin bergaul lebih dalam."


Lalu, Sayu pun meneteskan lagi air mata yang seharusnya sudah dia bendung.


"Kenapa kamu menangis lagi."


"Soalnya, aku, bersimpati dengan, cerita Asa-senpai~."


"Aku tidak keberatan kalau seperti itu."


Dia dengan diam menunggu air mata Sayu berhenti.


Langit perlahan berubah dari jingga menjadi ungu, menjadi warna malam.


“Ngomong-ngomong, apakah ada tips saat mengaku?” Sayu yang pulih, meminta saran lebih lanjut.


"Kamu bertanya padaku yang ditolak?"


"Jika itu adalah pengakuan Asa-senpai, normalnya pasti akan berhasil!"



"Apakah pengakuan itu berhasil adalah tergantung kecocokan dan waktu."



Asaki membuat pernyataan singkat.


"Berkomunikasilah berulang kali dan menumbuhkan rasa suka. Lalu akhirnya, mengakui perasaan."


"Pengakuan adalah, akhirnya"


"Ya. Tidak masalah berapa lama waktu yang dihabiskan. Kamu akan gagal jika mengaku tanpa premis itu. Selain itu, aku merasa bahwa kecocokan dan waktu adalah hal yang penting pada akhirnya."


"Meski tahu itu, Asa-senpai tetap gagal, kan?"


"Pada akhirnya, aku mendapat twist yang tak terduga."


Sepulang sekolah saat itu, momen saat itu, adalah yang terbaik.


Dengan intuisi itu, Asaki mengatakan kepada Kisumi perasaannya ketika ia terluka.


Ia sedikit ragu-ragu, tapi jika terus mengalir seperti itu mereka akan menjadi kekasih.


Namun, takdir membuat saingan terkuat muncul di waktu terbaik seolah mengkhianati Asaki.


Arisaka Yoruka datang untuk mendapatkan kembali pacarnya, Sena Kisumi, seolah mempertaruhkan seluruh yang dimilikinya.


Dia tidak bisa melakukan sesuatu yang penuh gairah seperti itu.


Dia sangat terkesan sehingga dia mundur dengan mudahnya.


Bahkan saat dia mengingatnya, dia bisa tertawa sedikit.


Segera setelah partisipasi Asaki diputuskan untuk karaoke hari ini, Arisaka Yoruka juga datang.


Asaki pikir Yoruka akan benar-benar waspada padanya, tapi ketika dia berbicara tentang romansa seperti sebelumnya, itu aneh karena Arisaka Yoruka-lah yang bersimpati terlebih dahulu.


"Cinta itu menarik ya. Tidak peduli seberapa baik kau berpikir itu akan berhasil, itu tidak bisa 100%."


Dan, dia bisa bertemu dengan seorang kouhai yang berada dalam situasi yang sama dengan dirinya di sini.



"Maksudku, Sayu-chan juga menyukai Kisumi-kun, 'kan."



"K-Kenapa kamu tahu!"


Sayu gelisah ketika perkataan Asaki tepat sasaran.


"Soalnya matamu seolah berkata seperti itu. Tatapan Sayu-chan pada Kisumi-kun penuh dengan cinta."


"Belum ketahuan oleh Ki-senpai, kan? Sangat sulit untuk kembali ke ruang karaoke."


"Pastinya ia tidak akan menyadarinya, 'kan."


Asaki berkata dengan nada bercanda.


"Aku memelototinya beberapa waktu yang lalu lho."


"Naifnya. Yang kamu lawan itu Arisaka-san lho? Kalau dia pasti melotot lebih tajam."


"Bukankah menakutkan melihat tatapan wanita cantik seperti itu secara langsung?"


"Ia baik-baik saja dengan itu, karena itulah mereka bisa berkencan bukan."


"Apa ia M?"


"Entahlah. Tapi memang benar hanya Kisumi-kun yang menjadi pacarnya sementara semua anak laki-laki lain takut dengan Arisaka-san."


"Itu karena saat keadaan yang genting, Ki-senpai tidak tahu malu, atau harus kukatakan tidak berkecil hati."


"Tapi kamu mengejar dirinya yang seperti itu sampai masuk ke SMA yang sama, kan?"


Sayu menghela napas dalam-dalam.


"Bukan karena hal romantis seperti itu."


"Jika tidak apa-apa, aku ingin Sayu-chan menceritakan padaku kisahmu kali ini."


Sayu mengguncang bahunya pada permintaan lembut Asaki.


"... Ki-Senior itu terlalu dekat. Ia terlalu alami untuk berada di sampingku, tidak ragu-ragu, dan itu menyenangkan. Aku menyadari bahwa perasaan ini bukan kepercayaan pada senpai-ku, tapi perasaan cinta saat Ki-senpai pensiun dari kegiatan klub.”


"Apakah kamu langsung mengaku?"


"Ketika aku mulai sadar, aku tiba-tiba tidak bisa berbicara dengan baik. Tepat setelah Ki-senpai pensiun, ia langsung masuk ke mode ujian, dan frekuensi bertukar pesan line juga berkurang."


"Kamu tidak bisa bertemu dalam kegiatan klub. Kamu juga di angkatan yang berbeda. Kamu juga menahan diri untuk tidak menghubunginya. Ini tindakan yang berkebalikan dari teori umum tentang cinta."


"K-Karena aku memperhatikan tentang Ki-senpai."


"Begitulah caramu membuat alasan untuk tidak bisa bergerak, kan?"


"Ini sulit, bukan?"


"Tapi, kalau kamu mengaku waktu masih SMP, pasti kamu bisa berkencan dengannya, 'kan? Kurasa setidaknya 100 kali lebih mungkin untuk berhasil."


Asaki melihat dan merasakan bahwa Sena Kisumi dan Yukinami Sayu terikat dengan ikatan yang kuat.


Sangat mudah untuk berkembang menjadi hubungan antara pria dan wanita jika ada kesempatan.


--- Setidaknya mereka berdua di SMP memenuhi persyaratan kecocokan dan waktu.


"Itu benar~. Benar-benar tidak terduga bahwa Ki-senpai punya pacar di SMA."


Sayu menggantungkan kepalanya dengan kecewa.


Perasaan putus asa dan kesedihan yang dia sembunyikan terungkap sekaligus.


"Kupikir tidak ada orang aneh yang akan menyukai Ki-senpai!"


Meski melihat ratapan dari lubuk hatinya, mau bagaimana lagi.


"Selain itu, apa-apaan dengan pertemanannya yang lebih luar biasa dari sebelumnya? Nanamura-senpai adalah ace klub basket, Miyauchi-senpai sangat imut. Asa-senpai adalah wanita cantik yang bisa membaca suasana dengan baik, dan bahkan menjadi perwakilan kelas bersama. Lalu ada Yoru-senpai! Padahal dia adalah gadis dengan spesifikasi terkuat, kenapa dia berkencan dengan Ki-senpai? Itu mustahil bukan! Buu!"


Akumulasi emosinya meledak.


Dari sudut pandang Sayu, yang tahu Sena Kisumi yang kurang menarik dan biasa-biasa saja di SMP, teman-temannya di sekelilingnya sungguh mencengangkan.


"Ahaha. Aku membuat patah hatimu lebih buruk ya."


"Ini bukan bahan tertawaan. Selain itu, aku bahkan belum patah hati."


Sayu yang muram disinari sinar matahari terbenam.


"Kamu punya keberanian untuk mengejarnya sampai SMA."


"Meskipun, kupikir itu hal yang berputar-putar. Tapi, bukankah akan menyenangkan jika bisa memiliki hubungan romantis di sekolah yang sama dengan orang yang disukai."


"Kenapa kamu memikirkan Kisumi-kun sampai segitunya?"


"Setengahnya sepertinya karena keras kepala. Bahkan jika aku mencoba melupakannya, aku tidak bisa melupakannya...."


"Mengambil keputusan yang jelas juga hal yang penting, lho. Jika kamu menyukainya dari saat SMP, perasaanmu sudah tidak berbalas selama hampir tiga tahun, kan? Menahan perasaan terlalu lama itu hal yang buruk."


"A-Aku sudah mencoba untuk mengaku sekali! Tapi, Ki-senpai tidak datang."


"Kisumi-kun bukan tipe orang yang melupakan janjinya, 'kan? Apa kamu benar-benar menyampaikannya?"


"Aku sudah mengirim pesan untuk mendukungku di pertandingan sebelum pensiunku! Dan ada tanda kalau itu sudah dibaca."


Penampilan Sayu yang sedang mengingat kembali dan putus asa terlihat lucu.


"Kalau seperti itu, kupikir aku mungkin akan marah dan membencinya."


"Aku bahkan tidak pernah menerima balasannya sampai sekarang..........."


"Apa kamu sudah mengkonfirmasinya dengan benar?"


Sayu membuang muka.


"Yosh. Kalau begitu ayo kita pastikan sekarang."


Asaki yang ceria berbalik dan mencoba menaiki tangga.


Sayu meraih lengan Asaki dan menahannya.


"Ya, aku takut untuk memastikannya musim panas tahun lalu! Apa itu buruk?!"


Musim panas lalu mungkin bertepatan dengan saat Sena Kisumi meninggalkan klub basket.


Dari cara bicara Sayu, sepertinya dia tidak mengetahui fakta itu.


"Sayu-chan satu-satunya yang akan menderita karena tidak bisa memutuskan, 'kan."


"Aku tahu! Aku tahu itu tapi!"


Sayu juga cukup tahu bahwa rintangannya akan semakin meningkat jika terus berkepanjangan.


"Sayu-chan. Aku tidak merekomendasikannya jika kamu ingin kembali ke masa-masa SMP."


"Sebaliknya, aku juga menolaknya. Ki-senpai, perlakuannya padaku masih sama seperti ketika kami masih di SMP dan itu membuatku kesal."


"Kisumi-kun sekali."


"Ya. Ki-senpai tidak berubah sama sekali. Makanya itu membuatku lebih frustasi."


"Frustasi?"


Sayu menggigit bibir bawahnya dan mengungkapkan perasaannya yang membara.


"Orang itu selalu ikut campur hanya karena ia berada di lingkungan yang sama denganku. Karena itu, ia diremehkan oleh senpai laki-laki di klub basket. Ia diejek oleh manajer eksklusif Yukinami Sayu. Tapi, mereka sendiri, bahkan tidak sebanding dengan Ki-senpai! Tidak peduli seberapa tidak mencoloknya dirinya, ia tidak akan lepas tangan dan melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Tanpa tersapu oleh suara orang-orang di sekitarnya, ia akan tetap melakukan apa yang memang harus dilakukan. Dan kupikir keseriusan dan pemikirannya yang seperti itu, itu luar biasa ..... "


"Tapi, kita juga kesal bahwa ada orang lain yang juga menyadari pesonanya. Hati gadis yang rumit."


Asaki tersenyum pada gadis junior ini.


"Meski, aku akan sedikit kecewa jika Ki-senpai membuat debut SMA-nya dan bermain-main."


Sayu mengangkat wajahnya dan meluruskan punggungnya.


"Tapi karena kamu menemui Kisumi-kun itu berarti kamu belum menyerah, kan?"


Asaki menanyakan niatnya yang sebenarnya.


"Ya, aku akan menyelesaikan cinta ini."


Asaki tersenyum mendengar kata-kata ceria dari mantan gadis atlet itu.


"Kalau begitu, aku akan memberimu satu petunjuk alih-alih menyemangatimu. Kupikir kamu harus bertanya pada yang bersangkutan kenapa ia tidak bisa datang ke pertandinganmu musim panas lalu."


Sayu membulatkan matanya saat menerima saran spesifik seperti itu.


"Ya! Aku akan mencoba memastikannya!"


"Ya. Kalau begitu ayo kembali."


Sayu meminta maaf sebelum menaiki tangga dan membuka pintu.


"Maaf untuk beberapa waktu yang lalu. Padahal aku mengundangmu untuk bersenang-senang. Rasanya aku mengatakan sesuatu yang menyengat."


"Membimbing kouhai yang kehilangan arah juga adalah tugas seorang senpai. Jangan khawatir."


"Ah, bisakah aku memanggilmu shishou mulai sekarang?"

Tln : shishou, bisa diartikan sebagai 'master'


"Kalau itu jangan."


"Buu! Asa-senpai, kamu terlalu kaku"


"Ha~--- sepertinya aku jadi kejaran seorang gadis yang sedang jatuh cinta. Pasti akan penuh dengan cerita cinta."


"Tolong jangan mengeluh ketika kamu baru saja mengatakan 'membimbing kouhai'!"


"Karena Sayu-chan lebih serius dari yang kubayangkan."


"Hidup itu singkat, jatuh cintalah,  wahai gadis--- itu dia."

Tln : gatau pastinya, tapi kayanya sayu mengutip dari lagu gondola no uta


Kata-kata itu tiba-tiba menyentuh hati Asaki.


"... Kira-kira, berapa kali lagi kita bisa jatuh cinta ya."


Asaki membuka pintu.


"Kupikir Asa-senpai bisa melakukan sebanyak yang dia mau."


"Berkencan dan dengan serius jatuh cinta tidak selalu sama kan."


Ada beberapa orang bisa mencintai orang lain dengan sekuat tenaga.


Namun, itu tidak mungkin bagi Hasekura Asaki.


Dia ingin dicintai oleh orang yang sangat dia sukai.


Dan Asaki akhirnya menyadarinya.


Sesederhana itu.


"Begitu ya. Aku iri pada Arisaka-san."


Dia bergumam kecil agar tidak ada yang bisa mendengarnya.


Segera setelah dia mengungkapkannya dengan kata-kata, dia akhirnya menyadari bahwa ketidaknyamanan yang dia rasakan di dadanya adalah rasa sakit dari patah hati.

***




Ketika Asaki-san dan Sayu kembali, itu tepat saat nyanyian Nanamura baru saja selesai.


"Selamat datang kembali. Lumayan lama juga di toiletnya ya."


"Nanamura-kun, kamu terlalu tidak sensitif. Kamu yang terburuk," kata Asaki-san, tertawa dan duduk di kursinya.


Sayu menatapku dengan tatapan tegas.


"...... ada apa Sayu, kenapa membuat wajah yang menakutkan?"


"Umm. Aku punya sedikit pertanyaan, bolehkah aku bertanya?"


"Kenapa formal begitu. Walaupun aku tidak keberatan."


Ketegangan Sayu terpancarkan, dan bahkan aku tanpa sadar bersiap-siap.


Yoruka dan Miyachii juga menunggu kata-kata Sayu selanjutnya.


"Um! Tolong beri tahu aku alasannya!"


"Alasan apa?"


"Tentang Ki-senpai yang tidak datang ke pertandinganku musim panas lalu."


"Pertandingan ..."


“Aku sudah menghubungimu, 'kan. Ada tanda kalau sudah dibaca juga. Apa salahnya datang untuk mendukung di momen besar terakhir kouhaimu. Um, setidaknya, aku ingin setidaknya kamu membalas meskipun itu penolakan.”


Seolah memeras suaranya, Sayu bertanya padaku.


------musim panas, tahun lalu.


"Ah!"


Begitu ya, itu bertepatan dengan saat itu.


"Sayu, maafkan aku. Ada beberapa masalah saat itu."


"Aku tidak akan memaafkanmu bahkan jika kamu meminta maaf sekarang!"


Melihat reaksiku, suasana hati Sayu memburuk seolah itu adalah hal yang wajar.


"Hei, Yukinami-chan sedang membicarakan turnamen musim panas, 'kan. Apa kamu masih ingat tanggal dan waktunya?"


Nanamura bertanya dengan suara serius yang belum pernah terjadi sebelumnya.


Ketika Sayu menjawab tanggalnya, Nanamura dan Miyachii seperti sudah memahaminya.


"... Ah. Mungkinkah, saat itu?"


Tampaknya Yoruka juga menyadarinya.


"Eh. Apa? Apa yang terjadi musim panas lalu?"


Sayu bertanya-tanya pada reaksi para siswa kelas dua.


"Maaf, Yukinami-chan. Akulah penyebab Sena tidak bisa datang mendukungmu. Saat itu, sangat kacau dan Sena tidak salah sama sekali."


"Kenapa Nanamura-senpai meminta maaf? Tolong jelaskan padaku dengan benar."


Sayu semakin bingung dengan situasi di mana Nanamura, orang yang sangat percaya diri, meminta maaf padanya.


"Ada perkelahian dengan sekolah lain di klub basket selama pertandingan latihan. Lalu, Sumisumi yang melindungi Nanamuu, yang harus bertanggung jawab dan keluar dari klub."


Miyachii hanya mengatakan faktanya dengan suara ringan.


"Sayu. Maaf aku tidak menghubungimu. Saat itu, cukup berantakan. Maaf..."


"T-Tidak. Ki-senpai juga melakukan hal yang hebat ya. Aku benar-benar terkejut. Melindungi teman, kamu memiliki jiwa ksatria ya. Kalau seprti itu mau bagaimana lagi, 'kan. Yah~, kupikir aku dibenci olehmu."


Sayu juga terkejut dengan kebenaran setahun yang lalu saat dia pertama kali mengetahuinya.


"Tidak ada yang seperti itu! Jika aku mengetahuinya, aku pasti akan pergi untuk mendukungmu!"


"Ya ... aku senang aku tidak diabaikan."


Menanggapi permintaan maafku, Sayu tiba-tiba jadi melembut.


"Ya. Jika balasan dari Kisumi sangat lama pasti membuatmu marah."


Di sebelah, Yoruka sangat bersimpati.


"Yoruka, jangan setuju dengan itu."


"Aku juga akan khawatir kalau tidak ada respon."


"Kita bahkan tidak pernah mengirim line sebelum kita berkencan."


"Bertukar pesan dengan Kisumi itu menyenangkan. Kalau itu menganggu, aku, akan menahan diri sedikit ..."


Yoruka yang hampir setiap hari berinteraksi denganku lewat line terlihat sedih.


Jika aku tidak sengaja tertidur lebih dulu, pesan ketidakpuasan akan tiba keesokan paginya.


Meski begitu, aku merasa kalau itu manis.


"Bukankah sebelumnya, kamu mengirimnya tepat tengah malam, 'kan."


Bisakah Yoruka, yang tidak bisa menahan diri bahkan setengah hari, menyegel line selama berhari-hari?


"I-Itu, aku hanya mengirimnya agar kamu tidak terlambat bangun keesokan paginya!"


"Aku tahu. Aku juga senang, jadi tolong biarkan apa adanya."


"Baguslah kalau begitu!"


Ekspresi Yoruka tiba-tiba berubah menjadi berseri-seri.


Aku juga merasa senang mendengar reaksi jujur ​​seperti itu dari pacarku ini.


"Hei hei, jangan asyik bermesraan ditengah kebingungan ini. Cukip dengan suasana muram ini! Masih ada waktu sampai jamnya berakhir. Kita datang ke karaoke, jadi ayo lebih banyak bernyanyi!"


"Kami bernyanyi saat kalian berdua tidak ada, jadi tidak apa-apa untuk memilih banyak lagu."


Nanamura dan Miyachi mendorong untuk memilih lagu.


"Kalau begitu aku bernyanyi!~"


Sayu tiba-tiba menjadi ceria mengangkat mikrofon dengan penuh semangat.


Lagu bertempo ceria dengan tempo cepat mulai berputar, lalu dia bernyanyi dengan penuh semangat seperti ikan di dalam air.


Saat di bagian interlude, Sayu melirik Asaki-san.


Asaki-san melihat wajah kouhai yang bahagia itu dan mengangguk puas.


Mereka berdua yang kembali ke ruangan tampaknya terhubung dengan semacam kepercayaan yang kuat.

***



"Kalian bahkan sampai membayarkan bagianku. Terima kasih banyak!"


Sebagai perayaan penerimaan masuk, kami, siswa kelas dua, mentraktir Sayu.


Ketika aku, koordinator hari ini, menyelesaikan pembayaran dan keluar dari toko, hari sudah berganti malam.


Semua orang yang menunggu di luar juga tampaknya merasa lelah. Kami bernyanyi cukup lama.


"Ah-aku berteriak terlalu keras pada saat terakhir dan tenggorokan sakit sekarang."


"Nanamuu, bukankah kamu biasanya banyak berteriak dalam kegiatan klub?"


Miyachi, yang pandai menyanyi, tampak tenang.


"Ketika waktu untuk meninggalkan ruangan semakin dekat, apa kau tidak berpikir kau harus melakukannya sekuat tenaga?"


"Aku mengerti. Seperti tiba-tiba teringat sebuah lagu yang belum sempat dinyanyikan."


Mau bagaimana lagi, kata Miyachi mengeluarkan permen pelega tenggorokan dari tas.


"Oh. terima kasih, Miyauchi"


"Apa Sumisumi dan Yoruyoru baik-baik saja? Mau?"


"Aku baik-baik saja. Persiapanmu bagus ya."


"Aku baik-baik saja. Terima kasih."


Yoruka berdiri di samping Miyachii dengan wajah tenang.


Melihat kembali Yoruka hari ini, dia hanya berbicara denganku dan Miyachii, dan hanya bereaksi sedikit terhadap Nanamura, Asaki-san, dan Sayu. Hampir tidak ada percakapan yang bisa dikatakan percakapan.


Itu adalah Yoruka yang biasanya.


Yah, bergabung dengan sekelompok besar orang di luar sekolah seperti ini hari ini adalah satu langkah maju.


"Kalian berdua juga mau!?"


"Aku akan menerimanya!"


"Aku juga mau. Terima kasih, Hinaka-chan."


Sayu dan Asaki menerima permen.


"Entah bagaimana, rasanya Asaki-chan dan Yukinami-chan menjadi teman akrab ya."


Miyachi tertarik dengan perubahan jarak antara keduanya.


"Asa-senpai adalah shishou-ku!"


"Sudah kubilang jangan panggil aku shishou."


Asaki-san tersenyum pahit.


"Sayu. Jangan terlalu manja. Asaki-san juga tidak apa-apa memperlakukan Sayu dengan sepantasnya."


Ketika aku tanpa sadar menasihatinya,


"Kamu mendengarnya, Asa-senpai? Inilah maksudku, ini."


"Begitu ya. Itu reaksi untuk level siswa SMP."


Keduanya saling memandang dan setuju akan sesuatu.


"Hari ini sangat menyenangkan, jadi mari kita berkumpul lagi dan bermain. Koordinatornya akan terus diserahkan kepada Sena. Jadi bisa dibilang, pertemuan Sena didirikan."


"Pertemuan Sena, disetujui."


Nanamura dan Miyachii melanjutkan cerita seenaknya.


"Apa-apaan itu, pertemuan Sena."


"Itu adalah rasa hormat untuk tuan koordinator"


"Ketika kau ingin bermain, kau hanya ingin memberikan padaku semua persiapannya, kan?"


"Itu benar," Nanamura dengan ccepat mengakuinya.


"Tidak apa-apa bukan. Aku akan berpartisipasi juga."


Asaki-san juga antusias.


"A-Apa aku juga boleh?"


Ketika si kouhai Sayu juga dengan ragu-ragu mengangkat tangannya, Nanamura, Miyachii, Asaki-san dengan mantap memberikan OK.


"Sisanya, tergantung Arisaka-chan, 'kan?"


Nanamura bertanya mewakili kami.


Mata semua orang berkumpul, dan Yoruka menjawab dengan sedikit gugup.


"... hari ini lebih menyenangkan dari yang kukira. Jika Kisumi melakukannya, aku juga akan bergabung."


Jika pacarku mengatakan itu, aku tidak punya alasan untuk menolak.


Dengan suara bulat, Pertemuan Sena secara resmi didirikan.


Aku akan melakukan pekerjaan terakhirku hari ini sebagai koordinator.


"Kerja bagus hari ini. Terima kasih untuk semua yang berkumpul! Ayo berkumpul lagi di sekolah setelah Golden Week."


Dengan itu, pertemuan Sena yang pertama, dibubarkan.

4 comments for "Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V2 Chapter 5"

  1. Terima kasih buat updatenya min, kasian juga 3 cewek patah hati....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kasian ada kesel ada 😂😂

      Delete
    2. sama-sama, pantengin terus untuk update selanjutnya

      Delete