Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V2 Chapter 3
Chapter 3 - Alasan dia bergerak
Meskipun aku mengambil alih sebagai koordinator, apa Yoruka benar-benar akan datang?
Aku tidak berpikir Arisaka Yoruka bersedia berpartisipasi di tempat di mana ada orang selain aku.
Dia lebih suka menyendiri tanpa berbicara dengan siapa pun bahkan di dalam kelas.
Kalau di ruang tertutup yang ramai seperti karaoke, dan jika ada juga Sayu yang baru pertama kali dia temui nantinya, rintangannya akan semakin meningkat.
Karena dia sepertinya tidak suka kebisingan, jadi sepertinya kemungkinan karaoke akan ditolak tinggi.
Untuk berjaga-jaga, aku akan mencoba mengundangnya, tapi aku tidak akan memaksanya.
Jika dia tidak berpartisipasi, mari kita yakinkan Nanamura dan Sayu dengan otoritas koordinator.
Di sisi lain, aku juga tertarik dengan suara nyanyian Yoruka.
Aku ingin melihat sosok Yoruka bernyanyi.
"Meskipun, aku diberitahu kalau line itu dilarang hari ini. Haruskah aku mengundangnya saat berangkat ke sekolah besok."
Bahkan setelah aku sampai di rumah, aku menahan diri mengirim pesan dengan patuh.
Selain itu, aku merasa bahwa berbicara langsung dengan yang bersangkutan sepertinya akan lebih berhasil daripada mengundangnya dengan tulisan.
Aku memutuskan untuk mengundangnya ke sekolah besok dan pergi tidur sebelum tengah malam.
Aku mematikan lampu di kamar dan menutup mata.
Setelah beberapa saat, suara pesan diterima terdengar pada saat aku sedikit lagi akan tertidur sepenuhnya. Aku meraih smartphone-ku di samping tempat tidur.
Yoruka: Bertemu di ruang persiapan seni jam 7 besok pagi! Tidak perlu dibalas!
Aku spontan tersenyum hanya dengan melihat isi pesan yang simple ini.
"Padahal dia sendiri yang mengatakan bahwa line itu dilarang hari ini--- ah.
Melihat waktu yang ditampilkan di smartphone, itu pas pukul 0:00.
"Begitu tanggal berubah, kamu langsung mengirim pesan ya."
Itu membuatku senang melihat Yoruka juga menahan diri dengan itu.
Kisumi: Mengerti. Selamat malam.
Aku menentang dan menjawabnya. Hari sudah berganti, jadi aku tidak perlu menahan diri. Tanda baca terlampir.
Yoruka: Selamat malam.
Mau bagaimana lagi kalau aku menikmati pertukaran ringan semacam ini dengan pacarkuku.
Aku segera mengatur waktu alarm dan bersiap untuk bangun pagi.
***
Selasa. Pagi berikutnya.
"Err, Yoruka-san. Pelukan itu hadiah..."
"Hadiah karena telah bertahan sehari penuh. Apa ada masalah?"
Yoruka yang secara sepihak mengatakannya memiliki suara yang benar-benar rileks.
"... Aku ingin tahu apa tidak apa-apa untuk menempel seperti ini dari pagi"
Meskipun dia semarah itu di ruang konseling siswa kemarin, suasana hatinya membaik dalam satu malam.
Terlebih, pelukan kali ini ada di pangkuanku.
Dia melingkarkan lengan di sekitar punggungku dan memelukku.
"Aku melewatkannya kemarin, jadi ini bagian untuk dua hari. Atau apa kamu benci dipeluk olehku?"
"Aku sangat menyukainya"
"Bagus."
Pada akhirnya, aku bangun sebelum alarm smartphone-ku berbunyi.
Ketika aku pergi ke sekolah lebih awal dari waktu pertemuan dan langsung menuju ruang persiapan seni, Yoruka juga sudah tiba.
Yoruka, yang telah menunggu lebih awal, baru saja selesai menyeduh dua cangkir kopi.
Aku duduk di kursi menunggu kopi mencapai suhu yang pas untuk diminum.
Kemudian Yoruka duduk menyamping di pahaku dengan lutut sejajar, seolah-olah itu hal yang wajar. Dan dia memelukku.
"Akupun, sepertinya sangat suka berpelukan dengan Kisumi."
Yoruka mengeluarkan suara yang manja.
Tidak, itu terlalu imut. Aromanya sangat enak, lembut dan sejujurnya tak tertahankan.
"Aku juga sangat senang dan seperti memasuki nirvana."
"... Kisumi, kamu gugup?"
Sambil menyandarkan pipinya pada kerahku, Yoruka mendongak melihat kearahku.
"Kalau itu, ya aku gugup."
"Kenapa? Kita sudah berpelukan berkali-kali."
"Karena itu spesial berkali-kali."
"Kamu mengatakan hal yang menyenangkan ya. Aku juga merasakan hal yang sama."
Bagi kami, pelukan adalah hadiah bagi mereka yang telah melakukan yang terbaik.
Yoruka sepertinya menganggap reaksiku lucu, dan membuat wajah senang. Dia sangat cantik sama seperti biasanya. Matanya cukup besar, dan bulu matanya tebal dan panjang. Tahi lalat kecil di sekitar mata kirinya selalu terlihat seksi. Hidung yang mancung dan bibir tipis mengkilat merah muda. Kulitnya bersinar putih seperti salju.
"... meskipun saat kamu tertidur dan memelukku, kamu sangat marah."
Aku mengingatkan apa yang terjadi ketika dia menginap di rumahku beberapa hari yang lalu.
"Itu karena aku tidur tanpa bra, aku diam-diam melepasnya sebelum tidur..."
"Bufu!"
"Hei, kenapa membuat suara aneh?"
Kebenaran mengejutkan yang terungkap sekarang.
Keesokan paginya setelah bermalam di rumah kami karena hujan deras, Yoruka yang setengah tertidur, tidur di futon yang sama denganku.
Lalu dia memelukku seperti guling.
Saat itu, aku berada di ujung akal sehatku, dan aku tidak bisa merasakannya karena itu begitu besar dan lembut.
"M-maaf. Bahkan saat aku mengingatnya sekarang, itu adalah situasi yang luar biasa."
Tanpa sadar aku menatap dada seragam Yoruka. Kesan bervolume yang bisa terlihat dengan jelas bahkan saat mengenakan pakaian. Meski begitu, pinggangnya ramping, karena itu Yoruka punya figur yang luar biasa.
Begitu ya, ada dada yang tak terlindungi di bawah piyama saat itu. Jadi begitu ...
"Jangan mengingatnya! I-itu karena setengah tertidur! Itu hanya kecelakaan! Itu hanya kebetulan, jadi jangan buat kesalahpahaman yang aneh!"
Yoruka menekankan bahwa dia setengah tertidur.
Tanpa seputus asa itupun, dirinyalah yang memelukku ---
"... eh? Yoruka, j-jangan-jangan"
"Tidak! Tentu saja tidak!"
"Ah, ya. Begitukah, ya.", hanya reaksi samar yang bisa kubuat untuk Yoruka yang menyangkal dengan tatapan mengancam.
Otakku mati-matian memeriksa situasi pagi itu.
Saat itu, tidak mungkinkah itu bukan setengah tertidur. Segera, makna tidur berdekatan satu sama lain ditulis ulang dalam diriku.
"J-Jangan memikirkan hal-hal mesum!"
"Mustahil."
Meskipun aku senang bahwa gadis yang kusuka menunjukan sosok tanpa pertahanannya hanya padaku, tapi pada hari aku mengetahui bahwa itu karena dia yang ingin melakukannya, itu benar-benar!
Aku senang, aku terlalu bahagia untuk mati.
"S-Sekarang aku memakai pakaian dan bra!"
"Kalau itu sudah seharusnya, 'kan."
Yoruka juga sepertinya kehabisan akal, tapi dia tidak mencoba untuk turun dari pangkuanku.
Stimulus kebahagiaan ditambahkan baik secara fisik maupun mental tanpa ampun. Siksaan manis yang menguji pengendalian diri seorang laki-laki sejak pagi tidak pernah berakhir.
"Aku ingin kamu memujiku karena meskipun berada di ruangan tertutup seperti ini dengan seorang wanita cantik, aku bisa menahan diri dengan baik."
“...... Kisumi, kamu sering terpikirkan kata-kata lembut seperti itu ya.”
"Itu hanya kesan yang jujur, tidak boleh?"
"Ya. Tidak apa-apa seperti itu."
Yoruka yang sudah sedikit tenang, membenamkan wajahnya di tengkukku lagi.
Aku juga diam-diam memeluk Yoruka.
Itu adalah waktu dimana ada rasa senang dan juga malu.
Perasaan bahagia hanya dengan saling menyentuh.
Ini juga berbeda dengan perasaan berdebar karena jatuh cinta atau rangsangan erotis.
Perasaan spesial dan rasa aman yang memungkinkanmu menyentuh orang yang kau suka.
Kuperhatikan bahwa uap kopi sudah hilang.
Melihat jam di dinding, sudah jam delapan lewat. Kami harus segera ke kelas.
"Yoruka, sudah waktunya."
"Aku masih ingin melakukan ini."
"Aku juga merasakan hal yang sama, tapi jika tetap seperti ini, kita akan terlambat."
"Si serius Kisumi, perwakilan kelas"
"Kamu yang memilih laki-laki seperti itu, 'kan?"
"Aku tidak membenci Kisumi yang seperti itu, tapi ... sulit untuk pergi ke kelas. Haa~~"
Yoruka membocorkan suara lesu.
"Kenapa?"
"Itu sudah diketahui semua orang kalau kita berkencan, 'kan. Jika sudah ketahuan, ketegangan seperti 'gawat kalau begini akan ketahuan' akan hilang dan--- aku tidak yakin aku bisa menekan keinginanku."
Apa yang pacarku katakan ini dengan wajah seriusnya.
Tampaknya dia khawatir sosoknya yang jatuh cinta pada pacarnya dilihat oleh teman-teman sekelasnya .
Mari kita diam tentang Kanzaki-sensei yang sudah mengetahuinya.
"Yah, melihat Yoruka seperti itu, aku jadi ingin menyeringai."
Yoruka turun dari pangkuanku dan aku berdiri.
"Kupikir menyeringai ditengah pelajaran atau sesuatu yang seperti itu, itu menjijikkan."
"Kalau begitu Yoruka juga lakukan yang terbaik, agar aku tidak menyeringai."
"......, karena aku memelukmu, dasimu jadi berantakan."
Dengan mengatakan itu, Yoruka merapikan dasiku.
"Kisumi sendiri, sudah menyeringai. Baik, sudah selesai."
Yoruka menatap mataku dengan senyum.
Pacarku ini, memang imut!
Dia akan menjadi keras kepala dan menyalakan rasa persaingan, dan jika dia berdiri diatas meski hanya sebentar, rasa superioritas akan muncul di wajahnya. Sangat mudah untuk dipahami.
Tentu saja, Arisaka Yoruka yang hanya bisa kulihat dari jauh sebelum berkencan, juga cantik.
Namun, aku menyukai Yoruka yang sebenarnya yang dia tunjukan kepadaku setelah menjadi sepasang kekasih.
"Yoruka, aku menyukaimu"
"Aku tahu"
Yoruka juga merasakan cintaku.
"Dipeluk sejak pagi, aku jadi berdebar," aku memberi kesan jujur.
"Sebenarnya, aku minum teh dengan Miyauchi-san dalam perjalanan pulang kemarin. Saat aku berkonsoltasi apa yang harus kulakukan kalau aku tidak bisa menahan diri dikelas, dia memberiku saran 'Bagaimana kalau bermesraan lebih dulu,'. Karena itu aku mencobanya."
"... menurutku itu malah sebaliknya, aku merasa enggan berpisah?"
Kehangatan Yoruka hilang, dan aku sudah cukup kesepian.
"Jangan katakan itu. Aku merasakan hal yang sama ......"
Yoruka juga sepertinya sekuat tenaga menahan agar tidak memelukku lagi.
"Ngomong-ngomong, bagaimana jika tidak bisa menahannya?"
"Entah. Aku mungkin akan memelukmu tiba-tiba tidak peduli dimana tempatnya."
Yoruka tertawa bercanda.
"Aku tidak keberatan."
"Kisumi, kamu sangat lembut padaku ya."
"Pada siapa kamu bersikap lembut kalau bukan pada pacarmu?"
"...... Aku juga suka hal semacam itu."
Ekspresi jujurnya itu membuatku seperti hampir mati.
Bahaya. Pacarku benar-benar imut-------!
***
Akhirnya, kami meninggalkan ruang persiapan seni dan menuju ke ruang kelas A tahun kedua.
Saat kami berjalan berdampingan di koridor, banyak siswa melihat kami dengan mata ingin tahu.
Meski begitu, mungkin efek pelukan di pagi hari, Yoruka di sebelahku masih dalam suasana hati yang baik.
Yosh, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mulai membicarakan tentang karaoke.
"Hei, kami akan ke karaoke dengan Nanamura dan yang lainnya Jumat ini, mau ikut juga?"
"Tidak."
Ditolak dalam waktu singkat. Dia bahkan tidak mempertimbangkannya.
Dia juga bahkan tidak menanyakan detailnya.
"Ah. Tidak berhasil ya."
"Sebaliknya, kenapa kamu berpikir aku akan ikut?"
Yoruka menjawab hal yang sewajarnya.
Dalam arti tertentu, reaksinya seperti yang diharapkan.
"Kamu bersenang-senang dengan pacarmu dan menjadi bersemangat, jadi kupikir kamu akan memberikan OK secara tidak terduga sekarang."."
"Kamu tahu kalau aku tidak suka suasana seperti di karaoke, kan?"
"Yah, aku tahu. Mungkinkah kamu tidak pandai menyanyi?"
"Aku suka musik."
"Kamu benar-benar tidak punya kelemahan ya."
Apapun yang kau suruh dia lakukan, dia biasanya bisa melakukannya diatas rata-rata orang-orang, itu adalah hal yang luar biasa.
“...... tidak ada yang seperti itu.”
"Bisakah kamu memberi tahuku satu kelemahan untuk referensi di masa mendatang?"
"......"
Alih-alih menjawab, Yoruka-yang menghadap ke bawah-dengan lembut menunjuk ke arahku.
Melihat ke belakang, tentu saja, tidak ada apa-apa.
"... A-ah. Itu, bagaimana ya, terima kasih."
Bahkan akupun jadi malu.
"Seperti itulah."
Karena dia mengakuinya sendiri, dan telinganya menjadi merah, efek pelukan pagi tampaknya sangat besar.
"Serangan kejutan Yoruka juga tidak adil."
"Sekali-kali, aku yang melakukannya."
"Hei, Yoruka."
"Apa,"
"Boleh memelukmu sekali lagi?"
"---, ini koridor, jadi tidak boleh!"
Para siswa di koridor berbalik sekaligus karena teriakan Yoruka.
"Yoruyoru, Sumisumi! Pagi~"
Ketika kami memasuki kelas, Miyauchi Hinaka yang menyadari kami datang ke arah kami.
"Selamat pagi, Miyauchi-san" "Miyachii, selamat pagi"
"Kalian berdua sudah mesra sejak pagi ya."
Miyauchi Hinaka adalah gadis yang sangat mungil.
Rambut pendek pirang mencolok dengan tindik. Wajah bayi dengan mata yang bulat dan besar memberikan kesan seperti binatang kecil. Kulit putih dan ramping. Dia mengenakan hoodie ungu kebesaran di atas seragamnya, dan sering mengibaskan lengan bajunya yang kepanjangan.
Miyachii menyipitkan mata, "Yoruyoru, kamu langsung mencobanya ya."
"Itu, yah. Seperti itulah."
Yoruka mengakui bahwa dia telah melakukan saran yang dia terima dari Miyachii kemarin.
"Miyachii, kamu bersama Yoruka kemarin, 'kan? Terima kasih."
"Jangan berterima kasih padaku. Aku hanya bermain dengan temanku."
"Ya. Aku juga menikmatinya. Terima kasih. Miyauchi-san."
Lalu, Miyachii berkata dengan terlihat sedikit tidak puas.
"Hei, Yoruyoru. Ada hal yang selalu ingin kukatakan."
"Eh, apa?"
"Menambahkan '-san' itu terlalu kaku. Karena kita berteman, jangan ragu untuk memanggilku dengan nama belakangku."
"Tapi, itu tiba-tiba sekali."
"Tidak perlu ragu. Ayo sekarang juga, panggil namaku dengan akrab!"
Miyachi mengayunkan lengan bajunya dan menghasut Yoruka.
"Um....... Kalau begitu, aku akan memanggilmu Hinaka-chan. Hinaka-chan."
"Ya. Itu bagus, Yoruyoru."
Miyachii menunjukkan gigi gingsulnya dan tersenyum bahagia.
Yoruka tidak terbiasa berinteraksi dengan akrab dengan teman sesama perempuan. Karena entah bagaimana dia merasa tidak nyaman, dia duduk di kursinya. .
"Yoruyoru. Bahkan akupun jadi merasa kyunkyun."
"Miyachii ada di sana dan itu sangat membantu."
"Karena aku juga menyukai Yoruyoru."
Sangat menyenangkan memiliki seseorang selain aku yang bisa membuka hati Yoruka, yang tidak pandai bersosialisasi.
"Ossu. Pagi!"
Nanamura bergabung dalam percakapan seolah menggantikan Yoruka.
"Sena. Bagaimana dengan Arisaka-chan?"
"Gagal. Dia tidak tertarik sama sekali."
"Ini juga, Arisaka-chan sekali..."
Nanamura sepertinya sudah menduga situasi ini sejak awal.
"Apa yang akan kita lakukan? Pergi dengan tiga orang?"
"Tidak akan kalau gadisnya sedikit! Aku akan menambahnya lebih banyak! Karena itu, bagaimana dengan Miyauchi? Ayo pergi ke karaoke sepulang sekolah Jumat ini."
"Karaoke? Oke! Ayo ayo! Aku akan memamerkan suara nyanyianku!"
Ketika Nanamura tiba-tiba mengundang Miyachii yang ada di sebelahnya, dia memberikan OK dengan penuh semangat.
"Miyauchi, nice!"
Iyey, Nanamura dan Miyachi melakukan tos di tempat.
Ada terlalu banyak perbedaan ketinggian, jadi rasanya seperti Miyachii melompat secara vertikal di tempat.
"Kamu mengatakan tiga orang sebelumnya? Siapa yang satu lagi?"
"Kouhai Sena saat SMP. Dia gadis yang manis."
"Eh, anak perempuan ya? Bukankah itu buruk? Yoruyoru tidak mengatakan apa-apa?"
Miyachii sedikit mengaburkan ekspresinya.
"Miyauchi, jangan katakan hal yang sepele. Bagaimanapun Sena adalah koordinatornya, dan sejak awal Arisaka-chan adalah satu-satunya baginya, jadi tidak ada masalah."
"Aku mengundang Yoruka beberapa waktu yang lalu, tapi ditolak sebelum aku berbicara tentang detailnya."
Aku mengaku dengan jujur.
"... Aku akan menjelaskan situasinya dan mengundangnya lagi. Tunggu sebentar ya."
Segera setelah dia mengatakannya, Miyachii menuju kursi Yoruka.
Nanamura dan aku mengawasi situasinya.
"Jika Miyachii pergi, Yoruka akan datang juga, 'kan."
"Entahlah. Arisaka-chan, dia tidak akan datang kecuali ada sesuatu yang luar biasa."
Nanamura menegaskan dengan cepat.
"Apa itu berarti dia tidak peduli jika misalnya aku pergi bermain dengan gadis lain? Kalau aku benar-benar khawatir."
"Bodoh, sebaliknya. Itu karena Arisaka-chan percaya kamu tidak akan selingkuh, 'kan."
Aku didorong oleh kata-kata Nanamura yang memiliki banyak pengalaman cinta.
Miyachii, yang sedang berbicara dengan Yoruka, menoleh ke belakang dan menyilangkan tangan di atas kepalanya untuk membuat tanda X. Tampaknya bahkan dengan undangan Miyachii, itu tidak berhasil.
Aku ingin Yoruka juga datang entah bagaimana.
Namun, seperti yang dikatakan Nanamura, 'Hal yang luar biasa', aku tidak boleh memikirkannya dengan ringan.
Sebelum undangan yang mengubah pikiran Yoruka muncul dibenak, Kanzaki-sensei datang ke kelas.
Seperti biasa, perwalian pagi dimulai.
Pada hari itu, aku mengamati situasi Yoruka di kelas, dan itu berlalu tanpa ada yang berbeda dan sama seperti biasanya.
Efek pelukan pagi di ruang persiapan seni luar biasa.
Namun, ketika aku ditunjuk selama kelas matematika dan berdiri di depan papan tulis dan memecahkan rumus matematika, aku merasakan tatapan dari belakangku.
Melihat ke belakang, Yoruka menatapku dengan tajam.
"Ini yang Kanzaki-sensei katakan kah. Kalau begitu pasti ketahuan."
Tln : yang bilang kalo yoruka mengikuti kisumi dengan matanya
Jika seorang gadis yang menonjol seperti Yoruka, gerakan terkecil pun akan menarik perhatian.
Setelah menulis jawabannya, aku dengan santai mengambil jalan memutar dan melewati kursi Yoruka.
Aku mendekatkan wajah dan berbisik lirih, "Kamu terlalu melihatku."
Yoruka terkejut memegang telinganya dan menatapku seolah menyalahkanku.
Aku hanya memperingatinya, padahal bukan hal yang patut membuatku dimarahi.
Segera setelah aku duduk, smartphone-ku yang ada di saku bergetar.
Yoruka: Sudah kubilang, telingaku sensitif! Kamu sengaja?
Dia mengatakan hal yang tidak masuk akal. Jika berbicara dengan suara normal, orang disekitar akan mendengarnya.
Pesan diterima lagi secara berurutan.
Yoruka: Juga, perhitungannya salah.
"Sensei, maaf! Saya menyadari kalau perhitungannya salah, bisakah saya mengerjakan ulang!?"
Ketika aku buru-buru mengangkat suara, seisi kelas tertawa.
Aku yang teralihkan oleh tatapan mata pacarku dan melakukan kesalahan perhitungan, tak jauh berbeda dengan Yoruka.
***
Keesokan harinya. Rabu pagi.
Tidak seperti kemarin, ketika aku meninggalkan rumah pada waktu yang biasanya, Yukinami Sayu sudah menunggu di depan rumahku.
"Selamat pagi! Ki-senpai, ayo berangkat ke sekolah bersama!"
"Oh? Selamat pagi. Kenapa kau disini?"
Gadis itu, yang seharusnya payah di pagi hari, tersenyum lebar dengan mengenakan seragamnya dengan lengkap.
"Kita di sekolah yang sama lagi, dan aku berpikir untuk berangkat sambil mengobrol dengan Ki-senpai."
"Jika kau menungguku, cukup tekan interkomnya."
"Pagi hari adalah waktu yang sibuk, jadi mungkin akan merepotkan. Yah, itu juga kejutan."
"Kau suka menyergap ya."
Tempo hari juga dia tiba-tiba muncul di koridor, jadi aku cukup terkejut.
"Buu! I-tu-ke-ju-ta-n! Tolong jangan mengubah nuansanya!"
"Aku tidak keberatan berangkat ke sekolah bersama. Kau bisa bangun di pagi hari dengan benar ya."
"Karena setelah Ki-senpai pensiun, aku berpartisipasi dalam latihan pagi sendirian."
"Kau sudah dewasa ya. Hebat hebat!"
Sering dikatakan bahwa semakin merepotkan seorang anak, semakin imut dia, tapi selama sekitar satu setengah tahun, itu membuatku sangat tersentuh sebagai orang yang menjemput Sayu di keluarga Yukinami setiap pagi.
"Kalau dipuji sekarang, sejujurnya malah meragukan."
"Kau akan terbawa suasana segera setelah kau dipuji, 'kan."
"Buu! Laki-laki yang tidak ramah itu akan dibenci lho."
"Kalau begitu, karena aku sepertinya dibenci, aku akan pergi dulu. Aku akan terlambat."
"Oh, tunggu aku!"
Ketika aku mulai berjalan, Sayu juga mengikutiku.
"Ki-senpai, kamu bangun pagi-pagi sekali kemarin, 'kan. Ketika aku datang untuk menjemputmu, aku diberitahu bahwa kamu sudah meninggalkan rumah. Apa itu tugas perwakilan kelas?"
"Kamu datang kemarin pagi?"
"Ya. Meski hasilnya mengecewakan."
"Dari awal kamu tidak membuat janji, 'kan. Jika kamu datang, setidaknya hubungi aku terlebih dahulu."
"... Eh, tidak apa-apa menggunakan line?"
Sayu membulatkan matanya.
"Jika kau menghubungiku, aku bisa menolaknya terlebih dahulu, 'kan."
"Mengerikan! Aku menolak. Ki-senpai kejam."
Sambil mengobrol dengan Sayu seperti itu, kami bergabung dengan arus siswa dengan seragam yang sama.
"Apakah pacarmu memberikan OK pada karaoke?"
"Ditolak. Dia tidak tertarik."
"Karena kamu koordinatornya, tolong lakukan dengan benar. Maksudku, aku ingin tahu apa dia biasanya menolak ajakan dari pacarnya ..."
"Yoruka anak yang seperti itu."
"Atau sebenarnya kamu dibenci olehnya? kasihannya."
"Jangan seenaknya menghiburku. Aku dan Yoruka baik-baik saja."
"He~, ho~, hm"
Sayu menatap wajahku.
"······apaan."
"Tidak, kamu tidak terlihat berlagak. Itu sedikit berbeda dari yang kubaca."
"Apa maksudmu."
"Aku yakin kamu memanfaatkan kelemahan Arisaka-Senpai, dan berkencan sebagai bayarannya, dan secara paksa menjadikannya fakta terbuka dengan menyatakan kalau kalian berkencan. Dia sendiri sampai akhir hanya merasa kalau itu adalah percobaan, dan dia tidak serius tentang Ki-senpai."
"Kekuatan delusimu sangat berlimpah ya," aku tidak punya pilihan selain heran.
"Itu karena kalian pasangan yang paling mengejutkan di sekolah. Semua orang berbicara bermacam-macam."
"Tidak ada gosip yang memenuhi harapanmu. Aku menyukainya dengan normal, mengakui perasaan, dan berkencan dengannya."
Dengan kata lain, cinta kita relatif sederhana.
"Jika kamu melakukan itu secara normal, kamu tidak akan bisa berkencan dengan wanita secantik dia."
"Apa sepenasaran itu dengan awal percintaan kami?"
"...... Lalu, apa pendapatmu ketika aku memberitahumu bahwa aku memiliki seseorang yang aku sukai?"
"Oh, kali ini serius, 'kan? Siapa?"
"Lihat, bukankah Ki-senpai juga penasaran dengan urusan cinta orang lain! Maksudku, kamu terlalu termakan oleh itu!"
"Yah, aku sama sekali tidak bisa membayangkan anak laki-laki yang membuatmu tertarik."
Sayu sudah populer di kalangan anak laki-laki sejak SMP.
Itu mengingatkanku, aku tidak pernah menanyakan tipe yang disuka Sayu.
"Sejujurnya aku sendiri juga terkejut."
"Eh, seriusan?"
Sepertinya memang benar dia punya orang yang dia suka. Reaksinya terlalu tidak menentu tidak seperti biasanya.
Orang seperti apa yang benar-benar menarik hati Yukinami Sayu.
"Ah, mungkinkah, kamu sedikit kecewa karena kouhaimu yang imut ini punya seseorang yang dia suka?"
Sayu terkikih dan melihat kearahku sambil menyeringai.
"Yah, sedikit ......"
"A-Aku dalam masalah jika aku mendapat reaksi jujur seperti itu."
Entah kenapa Sayu kebingungan.
"Pokoknya, aku mendukungmu. Aku tidak tahu siapa itu, tapi aku harap itu berhasil."
"Bukan urusanmu."
"Kenapa malah marah."
Aku tidak mengerti sama sekali.
Sebelum aku menyadarinya, kami telah sampai di tikungan dekat gerbang sekolah.
Saat aku hendak berbelok di tikungan, aku hampir menabrak seorang siswi dari sisi lain.
"Ki-senpai"
Sayu yang lebih dulu yang menyadarinya, menarik lenganku.
"Ah"
"Oh maafkan aku."
Mata siswa perempuan itu bertemu denganku.
"Ah, selamat pagi. Kisumi-kun."
Hasekura Asaki tersenyum ceria.
Dia adalah teman sekelasku dan perwakilan kelas sama sepertiku.
Dan beberapa hari yang lalu dia mengaku padaku dan aku menolaknya.
"Selamat pagi,... Asaki-san"
Aku entah bagaimana berhasil memanggil dirinya dengan nama belakangnya, Asaki-san, seperti sebelumnya.
Asaki-san, yang merupakan tokoh sentral di angkatan sekolah, hari inipun masih tetap cantik.
Rambut cokelat muda bergelombang yang berayun di sekitar bahu. Riasan tipis yang menyempurnakan mata dan hidung yang tertata rapi, dan aksesori yang bagus. Fashion kasualnya bersinar.
"Kita jarang bertemu dalam perjalanan ke sekolah ya. Kisumi-kun, biasanya berangkat di jam segini?"
"Hari ini kebetulan."
"Begitu ya. Huh, Itu bukan Arisaka-san pagi ini. Anak itu juga imut ya."
Asaki-san tiba-tiba menyadari keberadaan Sayu di sebelahku dan membuat pernyataan pedas yang menusuk.
"Emm, dia itu,"
"Kamu berpikir karena kamu datang ke kelas dengan pacarmu kemarin, akan menyenangkan pergi ke sekolah sambil melilitkan tangan dengan gadis lain hari ini, 'kan. Sudah kuduga, bukankah Sena-kun itu populer?"
Asaki-san menutupi kata-kataku sebelum aku menjelaskan.
Sambil terus tersenyum, itu sedikit menakutkan.
Aku mengerti, aku mengerti kok. Jika aku berangkat ke sekolah dengan pacarku, Yoruka, itu masih bisa diterima. Tapi kalau dengan seorang gadis yang tidak dia kenal, tentu saja dia akan menatapku dengan dingin.
Aku melepaskan ikatan lengan Sayu yang masih terjalin, dan menjelaskan.
"Asaki-san. Anak ini kouhaiku di SMP. Rumah kami ada di lingkungan yang sama, dan pagi ini kebetulan kami berangkat bersama."
"Hee. Aku tidak tahu kalau Kisumi-kun punya kouhai yang imut seperti ini. Apa kamu juga merahasiakan anak ini?"
Berdasarkan pada pertanyaan tentang pernyataan yang kulakukan tempo hari, aku akan menjawab dengan tenang.
"Tidak, aku juga baru-baru ini mengetahui bahwa dia berada di Eisei."
Saat aku menjawab itu, Asaki-san menatap Sayu dengan penuh minat.
"Hei hei, Ki-senpai. Kenapa kamu begitu dekat dengan Hasekura-senpai? Kalian juga saling memanggil dengan nama belakang," kata Sayu menarik lengan bajuku dan berbisik.
"Kau sendiri bagaimana bisa tahu Asaki-san?"
Saat aku menatap Asaki-san, dia menggelengkan kepala.
"Kamu datang ke perkenalan klub upacara minum teh sebelumnya, 'kan. Kalau tidak salah, namamu ... Yukinami Sayu-san?"
Asaki-san yang pandai mengingat wajah dan nama orang, mengenai tepat sasaran.
"Hebat, kamu mengingatnya ya. Ya, aku Yukinami, tahun pertama."
"Maaf nama itu tidak langsung keluar karena kesannya sangat berbeda dari sebelumnya. Sepertinya kamu baik-baik saja sekarang ya."
"I-Itu benar. Waktu itu terlalu pagi."
"Yukinami-san. Kamu tidak bergabung dengan klub upacara minum teh?"
"Ini cerita yang memalukan, aku tidak pandai duduk seiza. Selain itu, guru pembimbingnya sepertinya tegas."
Pembimbing klub upacara minum teh, tentu saja, wali kelasku, Kanzaki Shizuru.
"Begitu ya, sayang sekali. Kanzaki-sensei adalah orang yang sangat baik lho. Kan, Kisumi-kun?"
"Kenapa kamu melemparkannya padaku?"
"Yang paling berhutang budi padanya adalah Kisumi-kun, 'kan. Kalian memiliki hubungan kepercayaan yang kuat sampai-sampai kamu dicalonkan sebagai perwakilan kelas dari kelas satu."
"Saat Asaki-san mengatakannya, itu terdengar seperti cerita yang mengesankan dengan guruku."
Itu memalukan, jadi aku mencoba mengelaknya, tapi aku tidak akan menyangkalnya.
"Hei. Bagaimana kalau berbicara sambil berjalan? Kita akan terlambat jika seperti ini."
Disarankan oleh Asaki-san, kami bertiga mulai berjalan berdampingan.
Garis pandang anak laki-laki yang melewatiku menyakitkan.
Jika kau membawa Asaki-san dan Sayu di kiri dan ke kananmu, mau bagaimana lagi kalau menarik perhatian.
"Kisumi-kun. Kamu diapit oleh dua gadis cantik sejak pagi ya."
"Karena kamu bisa dengan mudah mengatakannya, Asaki-san luar biasa.."
"Karena, aku populer."
Asaki-san menegaskan tanpa malu-malu.
Ini adalah fakta bahwa Hasekura Asaki populer, dan itu sebagian besar karena kepribadiannya yang ceria dan jujur. Orang populer yang pandai memuji dan penuh perhatian.
"Orang seperti apa yang Hasekura-senpai kencani?"
Pertanyaan tiba-tiba Sayu didasarkan pada premis bahwa dia punya pacar.
"Aku tidak punya pacar. Selain itu, aku baru saja ditolak beberapa waktu lalu."
Asaki-san mengaku kepada Sayu, melirihkan suaranya seolah-olah itu adalah rahasia.
Aku diam-diam seperti akan meledak.
"Eh --- !? Apa ada hal seperti itu bahkan untuk Hasekura-senpai?"
"Tentu saja ... Ngomong-ngomong, ini adalah pertama kalinya dalam hidupku aku mengaku dan ditolak."
"Ikemen macam apa yang menolak gadis secantik ini."
"Orang biasa."
"Aku berharap ia menyesalinya seumur hidupnya. Tapi, dia punya mata yang buruk karena tidak menerima pengakuan Hasekura-senpai, atau mungkin ada keadaan yang luar biasa."
"Terima kasih telah menghiburku. Yukinami-san, kamu anak yang baik ya."
"Kamu bisa memanggilku Sayu!"
"Kalau begitu Sayu-chan. Kamu juga tidak apa-apa memanggilku dengan nama belakangku."
"Mohon bantuannya. Asa-senpai!"
Asaki-san dan Sayu bisa saling terbuka dalam sekejap.
Mendengarkan percakapan di antara mereka dari samping membuat perutku sakit.
"Ki-senpai juga, tidakkah kamu berpikir kalau itu mengerikan? Menolak pengakuan pertama Asa-senpai, ia pikir ia itu siapa."
"Hahaha. Itu benar."
Hanya tawa kering yang keluar.
"Hei, Kisumi-kun, kamu tidak menghiburku?"
"Eh? Aku!?"
"Ya"
Asaki-san meminta sambil tetap tersenyum.
"Tidak, hal yang harus kukatakan itu ..."
"Apa tidak ada sama sekali?"
"Ugh....."
Aku heran kenapa Asaki-san begitu blak-blakan.
Untuk membicarakan tentang pengakuannya yang ditolak di depanku, yang menolak pengakuan itu.
Sindiran untukku kah?
Atau dia penasaran apakah aku memikirkan pengakuan itu dan apakah itu hal yang besar bagiku.
Aku tidak mengerti alasan sikapnya yang terlalu tenang.
"---, Kisumi-kun juga bisa terbata ya."
Asaki-san tersenyum penuh arti.
"Kamu membosankan, Ki-senpai. Jika kamu tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun dalam keadaan darurat, hati wanita itu akan dengan mudah pergi lho."
"Itu benar itu benar"
Asaki-san sangat sinkron dengan keluhan Sayu.
"Benar juga! Kenapa Asa-senpai tidak pergi ke karaoke juga? Aku akan pergi dengan Ki-senpai dan Nanamura-senpai Jumat ini."
"Sayu, apa yang kamu bicarakan."
"Aku ingin bersantai dengan Asa-senpai. Bagaimanapun Nanamura-senpai teman sekelasnya, jadi tidak ada masalah, 'kan?"
"Sayu, tiba-tiba kamu terlalu terbuka."
"Aku ingin berbicara dan lebih banyak dengan Asa-senpai dan akrab satu sama lain."
Sayu sepertinya sudah menyukai Asaki-san.
"Oke. Aku bebas pada hari Jumat. Aku akan pergi juga."
Asaki-san tanpa ragu-ragu memberikan OK.
"Eh? Kamu tidak menolak?"
"Kenapa? Apakah tidak nyaman bagimu jika bersamaku?"
"Tidak, aku tidak keberatan jika Asaki-san tidak masalah dengan itu..."
Tanpa sadar, itu menjadi reaksi yang samar.
"Kalau begitu tidak masalah. Ah, sudah lama aku tidak pergi ke karaoke, jadi aku menantikannya! Sayu-chan, terima kasih sudah mengundangku!"
"Aku juga senang bisa pergi bermain dengan Asa-senpai!"
Kedua gadis itu, yang memiliki kecocokan yang baik, meninggalkanku sendirian dan mulai bertukar kontak.
Dia seenaknya menambah jumlah orang.
Saat mereka melakukan itu, kami tiba di sekolah.
Setelah melewati gerbang sekolah, kami berpisah dengan Sayu, siswa tahun pertama, di pintu masuk.
"Aku tidak tahu bahwa Kisumi-kun memiliki kouhai yang imut. kalian cukup dekat ya."
"Itu karena Sayu memiliki kepribadian seperti itu. Asaki-san juga langsung akrab dengannya bukan."
"Yah, begitulah."
Pada saat kami mengganti sepatu, Asaki-san memastikan kembali.
"Hei Kisumi-kun. Siapa saja yang akan datang ke karaoke?"
"Aku, Nanamura, Sayu. Dan Miyachii. Lalu, Asaki-san."
"Meski Hinaka-chan akan datang, tapi Arisaka-san tidak."
"Aku mengundangnya, tapi dia menolak."
"Hmm. Bagaimana kalau coba mengundangnya lagi? Kurasa dengan anggota yang sekarang dia akan pergi."
"Tidak mungkin. Yoruka tidak semudah itu untuk berubah pikiran."
"Kalau itu --- ah"
Asaki-san tersenyum membentuk bulan sabit seolah-olah dia telah menemukan sesuatu. Garis pandang itu melihat ke belakangku.
"Terima kasih telah mengundangku! Aku menantikan karaoke pada hari Jumat!"
Asaki-san tiba-tiba membuat suara keras seolah agar siswa disekitar bisa mendengarnya, dan pergi ke tangga terlebih dahulu.
"Apa itu barusan?"
"Ki-su-mi-"
Melihat ke belakang, Arisaka Yoruka ada di sana.
Dia baru saja sampai di sekolah.
"Apa kamu juga mengundang Hasekura Asaki ke karaoke?"
"Kouhaiku yang mengundangnya! Bukan aku!"
"Tapi anak itu akan pergi juga, kan?"
"Y-Yah, semacam itulah ..."
Yoruka menatapku seolah ingin melayangkan keberatan.
Seolah untuk meledakkan kecemburuannya, alih-alih mengeluh, dia mengatakan ini.
"Aku juga akan pergi!"
Sepertinya keikutsertaan Asaki-san adalah "Hal yang luar biasa".
Yoruka memutuskan untuk ikut.