Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V2 Chapter 1

 Chapter 1 -  Bahagia, tapi tentu saja bukan akhir




"Aku dan Arisaka berkencan. Yoruka adalah pacarku."


Ada banyak hal dalam kehidupan sekolah menengah kami sejak aku membuat pernyataan tentang pacarku di depan teman-teman sekelasku.


Bagaimanapun, pacarku tercinta adalah Arisaka Yoruka.


Gadis cantik yang merupakan Takane no Hana di sekolah dan selalu menarik perhatian orang.


Omong-omong tentangku, Sena Kisumi, yang merupakan pasangannya, adalah gambaran dari anak SMA yang kurang menarik dan biasa-biasa saja.


Tak perlu dikatakan bahwa suara "Yah, pasangan yang sangat berbeda telah lahir" membanjiri sekolah SMA Eisei.


Bukan urusan kalian.


Percintaan adalah hal yang paling menarik bagi orang-orang.


Jika dilihat dari luar, aku dan Yoruka saling menyukai meskipun kami tidak seimbang.


Gadis cantik dengan spesifikasi tinggi yang sempurna ternyata tidak mempunyai kepercayaan diri.


Akulah satu-satunya yang membuka hatinya.


Terkadang tertawa, terkadang cemburu, dan kami menikmati waktu kami dengan kecepatan kami sendiri.


Cinta kami tidak akan surut seberapa lama waktu berlalu, dan setelah lulus dari sekolah menengah, kami berdua melanjutkan ke universitas yang sama. Kami mulai hidup bersama ketika kami masih di universitas dan menghabiskan empat tahun yang memuaskan.


Dan di tahun keduaku sebagai anggota masyarakat, aku melamarnya.


Yoruka tidak melarikan diri seperti ketika aku mengaku di bawah pohon sakura di belakang gedung sekolah untuk pertama kalinya, dan kali ini dia menjawab YA tanpa ragu-ragu. Segera setelah kehidupan pengantin baru yang tenang, kami dikaruniai anak dan hidup bahagia sebagai keluarga. Dan kami hidup bahagia selamanya.


Ah, akhir bahagia yang luar biasa! Tidak ada satupun penyesalan dalam hidupku.


Kehidupan Sena Kisumi, selesai.


------ Tentu saja, ini adalah khayalanku yang terlalu cepat.


Setelah kalimat pertama, semuanya adalah pelarianku dari kenyataan.


Tentu saja, aku di tahun kedua sekolah menengahku yang berkencan dengan Arisaka Yoruka, tidak salah lagi bahagia.


Untuk masa depan yang ideal ini, aku ingin berkencan saat liburan dengan Yoruka sebagai langkah selanjutnya.


Namun, bahkan jika itu adalah pasangan mesra yang saling mencintai, kencan saat liburan tidak selalu terwujud.


"Apa yang kamu pikirkan, Kisumi bodoh!"


"Sena-san! Menurutmu seberapa sulit untuk saya menyelesaikan kasus kalian berdua!"


Sepulang sekolah pada hari itu, ruang konseling siswa.


Aku menerima sambutan hangat dari  Arisaka Yoruka dan wali kelasku, Kanzaki Shizuru.


Sungguh situasi yang surealis, seperti pertemuan orang tua dan siswa, dengan pacar dan wali kelasku.


Aku tanpa ampun disalahkan oleh kedua belah pihak.


"Hei, Kisumi. Kamu mendengarkanku, kan?"


Pacarku tercinta, Yoruka, berbicara dengan momentum yang belum pernah dia lakukan sebelumnya.


Bentuk tubuh yang ramping tapi sangat luar biasa. Tungkai yang ramping dan pinggang sangat tipis, berkebalikan dengan ukuran dada dan pinggulnya.


Apakah rasa malu ataukah marah yang menyebabkan kulit putih seperti saljunya memerah. Rambut panjangnya terlihat berkilauan. Mata besarnya yang tidak berawan seperti cermin, hanya menatapku. Bulu mata yang berada di tepiannya cukup panjang untuk membuat bayangan di pipi. Tahi lalat di sekitar mata kiri yang menawan. Bibir merah muda pucat sangat mempesona.


"Aku mendengarkan. Aku hanya terpesona oleh pacarku."


Dia tetap cantik bahkan saat sedang marah, karenanya pesona Yoruka pasti sangat dalam.


Tidak hanya tertata dengan baik, tetapi setiap ekspresi emosinya indah.


Aku sanggup melihat wajah Yoruka selamanya.


Aku sangat terpesona sehingga bahkan tatapan tajam Yoruka terasa seperti pijatan yang menenangkan.


Setidaknya aku segera menyadari bahwa sekarang Yoruka sedang marah, dimana itu adalah kebalikan dari rasa malu.


"A-aku serius memperingatimu!"


Yoruka dengan mudah terguncang oleh satu kalimat jujurku. Reaksinya benar-benar imut.


Jika ini bukan ruang konseling siswa, aku pasti akan lebih menikmati reaksi Yoruka.


"Aku juga serius merasa seperti itu, jadi aku hanya menjawab dengan jujur."


"Aku bilang itu tidak pada tempatnya!"


"Meskipun kamu tidak terlihat sekesal itu."


Aku menatap mata Yorka.


Hanya dengan itu, membuat dia membuang muka karena malu lagi.


"Jangan bersenang-senang dengan menggodaku. Kisumi, kamu terlalu gembira."


“--- yah, kurasa begitu.”


Ditunjukkan oleh Yoruka, aku menyadari bahwa aku cukup bergembira.


"Apa kamu tidak menyadarinya? Betapa terlihat bahagianya kamu?"


"Kalau itu memang membuatku bahagia. Fakta bahwa aku dan Yoruka berkencan sudah diketahui secara terbuka dengan jelas. Aku senang menjadi pacar secara rahasia, tapi sekarang aku dengan jujur senang mengatakan bahwa pacarku adalah Arisaka Yoruka."


Aku mendapat OK dari Yoruka pada bulan April tahun ini dan mulai berkencan.


Awalnya memang kami merahasiakan bahwa kami berkencan karena keinginan Yoruka yang tidak suka diperhatikan.


Namun, disuatu pagi saat hari libur, seseorang menyaksikan sosok kami berpisah di depan stasiun.


Rumor bahwa Arisaka Yoruka pulang pada pagi hari dengan seorang laki-laki dengan cepat menyebar ke seluruh sekolah.


Dalam situasi dimana dia menarik perhatian seperti sebelumnya, Yoruka tidak tahan dan mengatakan untuk putus. Tetapi dengan bantuan teman-temanku yang dapat diandalkan, kami bisa kembali menjadi sepasang kekasih dengan aman.


Aku tidak ingin merasakan rasa kehilangan seperti itu lagi.


Itu sebabnya aku memutuskan untuk membuat pernyataan tentang pacarku.


"... aku juga bahagia jika Kisumi bahagia. Aku yakin kamu tahu itu. Tapi, sudah kuduga aku masih malu tentang hal-hal yang memalukan! Sama seperti yang kukatakan dulu, berpacaran secara rahasia sudah cukup."


Apakah ini karena pemberian dewa yang berlebihan, atau apakah karena DNA-nya yang terlalu serius.


Pokoknya seorang gadis cantik yang langka bernama Arisaka Yoruka itu menonjol.


Sepertinya tatapan di sekeliling yang tertarik pada keindahannya tidak lain adalah stres baginya sejak kecil.


Berkat itu, dia benar-benar menjadi membenci orang-orang.


Yoruka yang peka terhadap tatapan, bersembunyi di ruang persiapan seni di sudut gedung sekolah saat jam istirahat dan sebisa mungkin menghindari hubungan dengan orang lain.


Di kelas, dia menjauhkan diri dari semua teman sekelasnya dengan suasana cool beauty-nya.


Aku juga baru tahu kalau Takane no Hana ini punya masalah dengan komunikasi setelah aku datang ke ruang persiapan seni pada musim panas tahun lalu.


"Aku serius. Tidak ada yang harus merasa bersalah diantara kita berdua, 'kan. Jika aku membuat pernyataan itu, kita bisa bermesraan secara terbuka di kelas lho?"


"M-Menurutku tidak baik jika berlebihan. Kalau kamu terlalu lengket denganku, kamu mungkin akan segera bosan ..."


"Aku tidak mungkin bosan dengan Yoruka!"


"T-Terima kasih. --- bukan begitu!"


Pada jawabanku, Yoruka sepertinya mati-matian menahan diri agar tidak menyeringai.


"Aku mengerti. Aku akan menahan diri saat dikelas. Sebagai gantinya, aku tidak akan ragu-ragu saat kita hanya berdua!"


"Bukan itu masalahnya,"


"Kalau begitu, bukankah lebih baik santai? Entah kenapa aku merasa kesepian."


"I-Itu, umm...," kata Yoruka berbisik tidak jelas.


Dimulutnya, Yoruka mengatakan dia tidak suka bermesraan, tapi wajahnya seolah mengatakan 'Mungkin itu tidak buruk'.


"Bermesraan sambil bertengkar, kalian luar biasa, ya. Terlebih di depan guru."


Kanzaki-sensei mengungkapkan kesan dinginnya dengan tanpa ekspresi.


"Ah, ketahuan?" "Bukan seperti itu!"


Kanzaki-sensei meletakkan jarinya di dahinya seolah untuk menahan sakit kepalanya.


Yoruka muak dengan reaksi musuh alaminya, Kanzaki-sensei.


"Membuka hubungan adalah masalah pribadi kalian berdua. Saya tidak punya apa-apa untuk dikatakan. Tapi! Ada waktu yang tepat untuk semua hal! Apa maksudmu membuat pernyataan itu tepat setelah rumornya padam!? Apa kamu tidak memikirkan sedikitpun masalah yang saya hadapi."


Tidak biasa bagi Kanzaki-sensei yang pendiam untuk banyak berkata.


Kecantikan ala Jepang dengan rambut hitam halus yang bagaikan sutra. Setiap tindakannya elegan dan tidak ada yang sia-sia. Dia yang sedang duduk di kursi terlihat seperti sebuah lukisan. Yamato Nadeshiko yang memiliki pesona elegan seperti orang dewasa menatapku.


Bayangan orang yang berjasa yang bergerak untuk memadamkan rumor tentang pulang di pagi hari tampaknya jelas tidak puas.


Segera setelahnya, aku membuat pernyataan tentang pacarku.


Sementara teman-teman sekelasku menggoda kami, hanya sensei yang tetap yang diam. Tampaknya emosi yang ditekan saat itu sekarang meledak.


"Tapi, sensei mengatakannya bukan. Kalau aku adalah jembatan penengah untuk Yoruka."


"Sena-san. Apa yang saya minta adalah, menjadi penengah Arisaka-san, yang kurang pandai bersosialisasi, untuk berinteraksi dengan siswa lain. Sebagai orang yang bisa dihubungi untuk berkomunikasi, kamu mendukung kehidupan sekolahnya secara keseluruhan. Saya tidak mengatakan untuk memanfaatkan posisimu sebagai perwakilan kelas."


Sensei sang Cupid kami, mengatakannya dengan cukup lugas.


Tentu saja aku cukup tahu kalau sensei tidak menyukainya.


Meski begitu, pernyataanku itu, tidak bisa selain saat itu.


"Penyebabnya hanya karena kebetulan kamu perwakilan kelas!"


Memanfaatkan posisi perwakilan kelas, lalu mendekati dan merayu Yoruka.


Tergantung pada bagaimana kau melihatnya, itu bisa dilihat seperti itu.


Tapi penyebab dari hubungan percintaan itu, memang seperti itu bukan. pada awalnya kau tidak punya perasaan apa-apa, tapi seiring kau berinteraksi dengan orang itu, kau akan memiliki perasaan spesial padanya.


"...... Sena-san secara tak terduga cepat dalam menjalin hubungan dengan perempuan ya."


Sensei menatapku curiga dengan matanya yang bak obsidian.


"Itu tidak benar. Butuh lebih dari setengah tahun untuk mengakui padanya. Jika saya memiliki teknik percintaan seperti itu, saya sudah berkencan sejak saya di kelas satu. Atau, saya mungkin sudah punya pacar sejak dulu sekali."


"Kalau itu entahlah."


Kanzaki-sensei meragukannya sampai akhir.


"Ki-su-mi~. Dulu, Apa kamu punya kesempatan untuk berkencan dengan gadis lain?"


Yoruka berbicara dengan suara yang seperti berasal dari dasar neraka. Jangan mendengarkan musuh alamimu hanya pada saat-saat seperti itu.


"Itu hanya perumpamaan! Sampai sekarang dan mulai dari sekarangpun, Yoruka satu-satunya!"


“Lagi-lagi bermesraan,” kata sensei dengan muak.


“Sensei! Kami benar-benar saling memahami. Ini adalah cinta murni. Ini hubungan yang serius.”


"Saya tidak meminta konferensi pers.” 


Kanzaki-sensei sangat dingin. Sampai akhir dia terus melanjutkan menasehati dengan nada tidak tertarik.


"Ini masalahku dan Kisumi, jadi tidak masuk akal untuk diberitahu oleh orang luar bukan!"


Yoruka juga tidak diam setelah diberitahu. 


"Saya adalah wali kelas dari kalian berdua. Adalah tugas saya untuk membimbing siswa dengan benar sehingga mereka tidak menderita kerugian yang tidak perlu karena perilaku ceroboh."


"Itu terlalu ikut campur! Kami hanya membuka tentang hubungan kami. Hanya dengan itu, kamu sampai memanggil kami ke ruang konseling siswa?”


Begitu nasehat sensei dimulai, Yoruka berbalik membelaku.


Yoruka sangat radikal bagi Kanzaki-sensei.


"Arisaka-san yang seperti itu juga terlalu protektif ya. Satu-satunya yang saya panggil adalah Sena-san."


"Apa dengan aku disini membuatmu tidak nyaman?"


"Berbicara secara jujur, itu lebih mengganggu daripada yang saya pikirkan. Saya tidak bisa berbicara tentang hal yang penting dengan Sena-san."


Bahkan Yoruka pun kehilangan kata-kata pada cara bicara sensei yang terlalu lugas.


“Kalian berdua tenanglah. Aku akan memikirkan tentang Yoruka setelah ini, dan aku hanya mengumumkan dengan jujur bahwa kami berpacaran.”


"Salah siapa memangnya!" "Salah siapa ini!"


Seorang gadis cantik dan seorang wanita cantik marah pada saat yang sama.


“K-kalian berdua bicara pada waktu yang sama. Lihat, perubahan positif sudah terjadi."


Bahkan akupun tidak punya ide untuk mengumumkan hubungan kami.


Selama aku bisa selalu bersama Yoruka, aku tidak peduli yang lainnya.


Bahkan jika kita merahasiakannya sampai lulus, perasaan kami tidak akan menjadi dingin.


Namun, dengan membuka hubungan kami lebih dari itu, aku dapat memiliki kehidupan sekolah menengah yang lebih menyenangkan bersama Yoruka. Karena kupikir begitu.


"Ah, ini hari yang buruk! Dari pagi, Kisumi mengatakan "Yoruka adalah pacarku" dengan tatapan penuh kemenangan, dan itu menyebar ke seluruh sekolah. Setiap kali aku berjalan di koridor aku diperhatikan lebih dari biasanya, itu adalah yang terburuk. Sepulang sekolah, aku terjebak dan mendengarkan sindiran dari guru.”


Yoruka mengerucutkan bibirnya.


Kenapa Yoruka sebegitunya memusuhi Kanzaki-sensei ya?


Sebaliknya, kupikir tidak ada guru sebaik dirinya.


Kanzaki-sensei elegan dan lembut, dan bisa dikatakan sebagai teladan dari wanita. Bijaksana dan selalu tenang.


Jika siswa yang memiliki masalah berkonsultasi padanya, dia akan memberikan saran yang akurat.


Itu sebabnya kakak perempuan Yoruka juga lulusan Eisei dan murid sensei. Terlebih lagi, bahkan setelah lulus, mereka tetap berhubungan satu sama lain.


Karena hubungan antara Kanzaki-sensei dan kakak perempuan Yoruka, rumor yang dikabarkan berhasil diselesaikan.


Bahkan saudara perempuan tidak selalu menyukai guru yang sama ya.


"Bukankah Arisaka-san yang mengikuti seenaknya sendiri," gumam sensei.


Aku meminta maaf sebelum Yoruka melakukan serangan verbal pada sensei lagi.


"Aku minta maaf aku tidak berkonsultasi terlebih dahulu! Tapi, jika aku membicarakannya dengan Yoruka, kamu akan mengatakan 'tidak', kan?"


"Tentu saja."


"Kalau begitu aku harus menyatakannya sebagai kejutan."


"Teori macam apa itu?" kata Yoruka memalingkan muka.


"Melihat reaksi kelas, kamu pasti mengerti, ‘kan. Semua orang sudah menebaknya. Melarikan diri pada saat pemutusan pertandingan untuk kompetisi turnamen permainan bola, mendukungku di pertandingan bola basket, atau meminjamkan bahumu dan menemaniku ke ruang kesehatan karena aku terkilir. Lalu yang membuatnya meyakinkan, rumor tentang kamu yang pulang pagi hari. Dan jika itu memanas kembali di masa depan yang jauh, itu akan membuatmu mendapat lebih banyak tatapan lho. Selain itu--- Yoruka, bisakah kamu terus berjalan dan menahan perasaanmu?”


Aku menjelaskan dengan logika yang masuk akal bahwa pernyataan itu diperlukan.


Kondisi untuk ketahuan sudah tercapai, dan ada batasan untuk bersembunyi.


Yoruka yang memiliki karakter bintang yang luar biasa, mendapat banyak perhatian di setiap gerakannya.


Dia muak dengan situasi itu dan mengurangi stresnya dengan menjadi benar-benar acuh tak acuh terhadap semua hal di sekitarnya. Dengan cara itu, kehidupan sehari-hari Yoruka yang tidak berbicara dengan siapa pun terjadi, dengan aku sebagai pengecualian.


Dia biasanya tenang, tetapi hanya ketika aku terlibat, dia bergerak secara emosional dan berani.


Singkatnya, cinta Yoruka juga bocor di mata orang lain.


“...... mungkin, mustahil.”


Sepertinya kesadaran diri tumbuh dalam dirinya, dan dia mengakuinya dengan enggan.


Jauh lebih baik untuk mengumumkannya sekarang daripada menyembunyikannya di tengah jalan dan menjadi rumor lagi.


"Kan? Selain itu kamu bisa berkomunikasi dengan orang lain lebih dari yang kamu pikirkan. Tidak perlu takut lebih dari yang dibutuhkan. Karena aku akan selalu membantumu."


Aku tahu ini adalah tindakan yang drastis. 


Meski begitu, manusialah yang akan terbiasa dengan kesempatan kedua dan ketiga jika ada kesempatan pertama. Di atas segalanya, aku akan melindungi Yoruka dengan sekuat tenaga.


“Ya......”


“Dan saya tidak tidak mungkin bisa untuk menyia-nyiakan usaha sensei.”


“Apa saya hanya tambahan?”


Masih ada duri dalam kata-kata Kanzaki-sensei.


“Uuu, acuhkan saja itu,” kata Yoruka dengan penuh celaan.


"Ini masalah yang rumit ya. Penyebab stres Arisaka-san bukan karena masalah penampilan saja."


“Termasuk kepribadiannya yang rasanya seperti semuanya merepotkan, aku menyukai dirinya.”


Kanzaki-sensei dan aku bertukar pendapat secara objektif.


“Jangan mengatakan sesukamu sendiri! Aku pulang!”


Yoruka membawa tasnya.


"Eh, hari ini tidak kencan?"


"Tidak!"


"Padahal aku ingin sekalian membicarakan tentang kencan di hari libur."


"K-Kencan di hari libur?"


Yoruka menghentikan kakinya pada satu kalimatku. Dia benar-benar termakan. Syukurlah dia sepertinya tertarik.


"Arisaka-san sangat manis pada Sena-san ya."


“..., -----i, renungkan selama satu hari! Aku akan pulang sendiri! Hari ini line juga dilarang!"


Lihat, dia berbicara dengan impulsif lagi.


Yoruka yang secara refleks menanggapi kata-kata sensei, menolak godaan dan pergi terlebih dahulu.

 

"...  mungkin aku akan tahan selama sehari," aku menerimanya dengan tenang.


Akhir April, Golden Week akan segera datang.


Untuk kencan di hari libur pertama kami, aku ingin membuat rencana kencan dan pergi bermain sehingga Yoruka bisa menikmati sepenuhnya.


------ saat ini, aku tidak tahu bahwa sampai saat kencan di hari libur, akan melewati lebih banyak lika-liku dari yang kupikirkan.

***


Yoruka sudah pulang dan aku akan berhadapan empat mata dengan Kanzaki-sensei lagi.


"Arisaka-san, meskipun dia seberisik itu, sepertinya dia segera memaafkannya ya."


"Seperti itulah saat kami berdua."


“Bahkan jika hanya bermesraan didepanku, itu adalah hal yang tidak pantas. Apa-apaan, sikap kurangnya etika Arisaka-san itu. Sena-san itu, seperti yang saya duga sudah terbiasa bermain?”


Kanzaki sensei masih curiga.


“Jika saya memiliki banyak pengalaman cinta, saya tidak akan diombang-ambingkan oleh pacarku seperti ini."


“Laki-laki terampil macam apapun, tidak akan bisa menggunakan metode biasa pada Arisaka-san.”

 

Kanzaki-sensei menegaskan itu dan melanjutkan kata-katanya.


“Pengalaman dalam percintaan dan memikirkan pasangan secara serius itu adalah hal yang berbeda. Saya pikir yang dipilih Arisaka-san adalah, dia merasa kalau perasaan Sena-san pantas untuk dipercaya.”

 

Itu kata-kata yang bijak.


Itu adalah kata-kata seorang wanita dewasa. Aku ingin tahu apakah Kanzaki-sensei telah mengalami banyak cinta.


“...... entah bagaimana, sensei juga memahaminya ya.”


"Melihat kondisi Arisaka-san, saya rasa keputusan Sena-san kali ini tidaklah terburu-buru. Saya juga setuju dengan itu."


“Kalau begitu----“


“Te-ta-pi! Saya pribadi merasa tidak puas. Dasar! Kamu melakukan hal yang berani ya!”


Koreksi. Suasana hatinya tidak membaik sama sekali. Tahun lalupun aku adalah perwakilan kelas di bawah Kanzaki-sensei, tapi aku belum pernah melihat ekspresi penuh emosi seperti ini.


“...... apakah anda sebegitu tidak menyukainya?”


“Saya tidak menyukainya. Saya tidak senang. Saya tidak puas.”


Kanzaki-sensei yang tidak terganggu oleh apapun, dengan tidak tertarik mengernyitkan alisnya.

 

"Bisakah anda memaafkanku?"


“Anak SMA yang pulang pada pagi hari bukanlah hal yang jarang. Mereka ada pada usia yang seperti itu. Namun, jika salah langkah itu akan menjadi hal yang serius. Tolong jangan membuat kesalahan disitu. Tetaplah tidak berlebihan sampai akhir!”


“Saya akan mengingatnya! Saya minta maaf!”


Aku meluruskan punggungku dan dengan jelas menunjukkan penyesalanku.


“…Yah, pada dasarnya saya percaya pada Sena-san. Justru Arisaka-san yang dalam bahaya. Kalau soal pacar, bisa dibilang dia terlalu antusias, terlepas dari penampilannya. Anak itu juga memiliki kemampuan untuk mengambil tindakan seperti itu ya." 


“Seperti yang diharapkan dari wali kelasnya dua tahun berturut-turut. Anda mengenal Yoruka dengan baik."


Aku setuju dengan ulasan singkat tentang Yoruka yang tepat. 


"Kekuatan cinta itu menakutkan. Untuk menarik hal positif seperti itu dari Arisaka-san."


"Yoruka sendiri adalah anak yang bisa melakukan apa saja sejak awal. Mungkin bisa dibilang, dia baru saja menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya."


"Sepertinya, seorang gadis yang sedang jatuh cinta tidak terkalahkan. Meskipun rasanya dia terlalu meluap."


Meskipun Kanzaki-sensei terkesan, tapi sepertinya dia terganggu dalam beberapa hal.


“Anda bisa mengetahuinya sampai situ?”


"Jika kamu berdiri di podium setiap hari, kamu secara alami akan melihat perubahan pada siswa. Anak itu telah berubah sejak Sena-san pergi ke ruang persiapan seni tahun lalu. Sekarang dia adalah orang yang sama sekali berbeda."


"Apa sebegitu berbeda? Saya pikir dia sama seperti biasanya saat di kelas."


"Anak itu, jika ada waktu luang dia akan mengejar Sena-san dengan matanya."


Kanzaki-sensei tersenyum seolah dia ingat kejadian itu.


"Kecemburuannya itu lucu. Dia waspada jika kamu berduaan dengan guru wanita, karenanya dia datang dan ikut duduk bersama."


"Apa yang akan terjadi dengan posisiku yang diceramahi oleh dua orang."


"Itu urusanmu sendiri"


"Omong-omong, sensei. Kapan anda menyadari bahwa aku dan Yoruka berkencan?"


“Yang membuat saya yakin adalah saat di turnamen permainan bola. Seolah menjawab sorakan yang diarahkan padamu, kamu mencetak tembakan balik yang menakjubkan dengan hanya beberapa menit waktu yang tersisa, bukan tidak mungkin untuk tidak merasa bersemangat, bahkan jika itu bukan Arisaka-san."


"Apa sensei juga diam-diam menyemangatiku, dan bersemangat?"


Ketika dia menyadari bahwa aku sedang menyeringai, sensei mencoba mengelak dengan sikap dinginnya, dan mengatakan, "Itu kata-kata kasar. Tolong lupakan saja."


"Jika anda senang, itu sepadan dengan cedera saya."


"Hal seperti itulah yang saya khawatirkan. Sena-san cenderung meremehkan masalah dan rasa sakit."


Kanzaki sensei bergumam dan terlihst kesepian di suatu tempat.


"...... Apakah itu alasan sebenarnya sensei memanggil saya hari ini?"


Aku bertanya secara naluriah.


“Itu adalah titik kuatmu untuk bisa menebak dengan akurat perasaan orang lain. Itu juga fakta bahwa saya memintamu untuk menjadi perwakilan kelas karena saya telah melihat bahwa kamu pandai membantu orang lain. Akan tetapi, tolong jangan terlalu dekat satu sama lain dan terlalu banyak menanggung rasa sakit orang lain."


"Bukankah anda terlalu bersimpati?"


"Begitu kamu menyadarinya, kamu tidak akan bisa mengabaikan mereka. Demi menyelesaikan masalah, terkadang kamu rela melukai dirimu sendiri. itulah yang saya khawatirkan."

 

Yang sedang sensei bicarakan pasti tentang kejadian musim panas tahun lalu.


Aku berada di klub basket pada saat itu, dan aku memutuskan untuk berhenti karena perkelahian yang terjadi dalam permainan latihan dengan sekolah lain. Itu adalah protes untuk melindungi rekan setimku, Nanamura Ryu. Aku tidak menyesal.


Aku tidak bisa membiarkan seseorang dengan bakat luar biasa dihancurkan oleh kecemburuan yang membosankan.


Namun, Kanzaki-sensei sepertinya masih memikirkan tentang hukuman pengeluaran dari klub-ku yang tidak bisa dibatalkan.


"Saya akan melakukan yang terbaik. Terima kasih atas perhatian anda."


Aku mengukir kata-kata sensei di hatiku.


"Tolong lakukan itu. Sedang-sedang saja dalam mencampuri urusan orang lain. Terkadang, kebaikan yang tidak disadari bisa menjadi bumerang. Kalau tidak, Arisaka-san akan cemburu lagi."


Diberi peringatan yang tidak biasa, aku tersedak oleh kata-kataku sendiri.


"...... Sena-san. Apa mungkin, kamu ingat sudah melakukan sesuatu?"


Mata sensei menyipit. Aku pergi untuk melarikan diri dari ruang konseling siswa.

***


Aku menutup pintu ruang konseling siswa dengan rapat, dan buru-buru berlari ke sudut koridor untuk menyembunyikan diri.


“...... benar-benar Kanzaki-sensei itu, kenapa dia bisa setajam itu?”


Tiba-tiba ditusuk tepat sasaran, jantungku berdetak kencang.


Kemarin, seolah mengincar celah saat aku diputuskan oleh Yoruka, Hasekura Asaki yang merupakan perwakilan kelas yang sama denganku menyatakan perasaannya padaku.


Segera setelah itu, Yoruka dengan berapi-api memberitahu bahwa dia berkencan denganku, dan Asaki-san menarik diri dengan mudah. Aku sangat menghormati tindakan dewasa Asaki-san itu.


"Aa~~!! Pernyataan itu, apa terlalu tergesa-gesa? Aku ceroboh, kau mengacau Sena Kisumi!"


Aku berteriak karena tidak ada tanda kehadiran orang disekitar.


Cerita tentang pemutusan secara sepihak, pengakuan kejutan dari Asaki-san, ditambah berdamai setelah bertengkar. Kurva emosiku naik turun dengan hebat.


Sejujurnya, ada titik di mana aku bersemangat dengan momentum dan antusiasme itu, dan akhirnya membuat pernyataan itu.


Namun, aku hanya berpikir bahwa jika aku mengumumkan secara terbuka bahwa kami berkencan, akan ada lebih sedikit orang yang akan mengaku pada Yoruka.


Orang yang mendekatinya meskipun dia memiliki kekasih, mungkin mereka adalah orang yang sangat percaya diri, penyerang bunuh diri yang blak-blakan, atau orang yang tulus yang tidak bisa mengendalikan perasaannya.


Bagaimanapun, jika aku bisa mengurangi masalahnya, beban mental Yoruka juga pasti berkurang.


--- Itu setengah fakta, dan setengahnya lagi hanya kata-kata.


Sebenarnya, aku ingin memonopolinya.


Meskipun mau bagaimana lagi karena dia adalah gadis yang cantik, rasanya tidak menyenangkan saat pacarku berbicara dengan laki-laki lain.


"Aku tidak mengerti. Reaksi dari Yoruka itu pasti menyembunyikan rasa malunya, tapi aku tetap khawatir -------- !!"


Sebenarnya aku juga sangat senang dengan fakta bahwa untuk pertama kalinya dalam hidupku aku mempunyai pacar.  


Karena kurangnya pengalaman, aku tidak yakin tentang perasaannya.


Sebaliknya, aku berpikir terlalu banyak dan mengkhawatirkan yang tidak perlu.


"Uuu, aku akan kesepian jika tidak bisa menghubunginya bahkan hanya sehari."


Setelah berkencan, kami berhubungan di line setiap hari.


Membalas dengan segera saat ada pesan masuk. Itu menjadi rutinitas sehari-hari.


Ketika tiba-tiba dilarang, itu menyakitkan secara mental.


"Karena saat itu ada sensei, aku mengatakannya 'Kalau sehari, aku akan menahan diri' dengan cara yang keren, tetapi apa yang harus kulakukan jika bad mood-nya itu terus berlanjut ------"


Tidak disangka melakukan kontak akan dilarang karena pernyataan itu.


Aku mengeluarkan smartphone dari saku dan mengetuk nama Yoruka.


"Aku ingin tahu apakah aku harus mengirim pesan padanya. Ah, tapi aku takut akan diabaikan setelah dibaca ..."


Aku bahkan bingung apakah aku harus mengirim laporan bahwa aku telah terbebas dari ruang konseling siswa.


"Setidaknya aku harus mengirim pesan permintaan maaf. Mungkin dia akan dengan mudah memaafkanku. Tidak, tapi jika aku melakukan hal yang tidak perlu saat dia sedang dalam bad mood, itu hanya akan menambahkan minyak kedalam api. Hmm, seperti yang diperintahkannya, haruskah aku menahan diri selama sehari?"


Siapa saja beritahu aku respon yang tepat pada saat seperti ini!


Ketika aku sedang menderita di lorong tanpa jariku bisa mengetik pesan, ada suara dari belakang.


"Berteriak dilorong, dan terlihat gelisah, kamu cukup sibuk, ya. Apa kamu orang yang mencurigakan?"


Itu adalah suara gadis yang familiar.


Cara bicaranya yang seperti mengejek itu, aku merasa bahwa itu adalah tanda dia memandang rendahku dalam beberapa hal.


Hanya ada satu gadis yang melakukan kontak denganku dengan sikap yang kurang ajar seperti itu.


Tapi, tidak mungkin orang itu ada disini.


"------"


Aku melihat ke belakang perlahan untuk melihat pemilik suara.


Yang saat ini berdiri di koridor saat senja adalah seorang gadis sekolah menengah yang modis.


Rambut cokelat terang yang diwarnai dengan warna teh susu dengan panjang hingga ke atas bahu, ujung rambutnya yang bergelombang bergoyang ringan tertiup angin. Riasan kasual di bibir yang mengkilap. Dia memakai kalung kecil yang tidak terlalu mencolok. Kancing di kerah yang tidak dikaitkan dan tulang selangka yang terlihat. Ikat pitanya juga longgar. Dia mengenakan parka hitam muda di bawah seragamnya, dan ritsletingnya ditutup hanya di sekitar ulu hati. Kaki sehat yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu tebal memanjang dari rok yang dipendekkan. Kakinya terlihat lebih panjang karena kaus kakinya yang hanya sampai pergelangan kaki.


Tln : Parka adalah jenis jaket tebal yang dipakai dalam cuaca dingin dan dilengkapi dengan hoodie atau penutup kepala.


Dia memakai seragam secukupnya dan menikmatinya sebagai gayanya sendiri.


Lalu sepatu yang masih baru.


"Sudah setahun ya, Ki-senpai."


"...... Sayu?"


"Itu benar. Apa kamu terkejut?"


"Apa itu benar Yukinami Sayu?"


"Kenapa memanggilku dengan nama lengkap? Jangan bilang kalau kamu melupakan wajahku."



Sayu mendekatiku dengan mengatakan itu,dan menatap wajahku.


Aroma lembut yang menggelitik ujung hidung kalau tidak salah menjadi salah satu shampo favorit Sayu.


"Tidak, aku ingat. Tentu saja."


Namanya Yukinami Sayu.


Dia berada di SMP yang sama denganku, dan terlebih merupakan junior di klub basket.


Dia mengenakan seragam SMA Eisei dan muncul di depanku.