Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V1 Chapter 9

 Chapter 9 – Wahai hasrat duniaku, tenanglah!?




Sepulang sekolah, hujan mulai turun dalam perjalanan ke restoran keluarga yang biasa bersama Yoruka.


Hujannya turun dengan deras, tapi kami bahkan tidak membawa payung lipat.


“Sayang sekali kita tidak bisa berbagi payung ya?”


“Jika terus bercanda seperti ini kita akan masuk angin lho.”


Untuk saat ini, kami bergegas berlari ke teras restoran kecil terdekat.


Seragam kami berdua basah kuyup.


“Bagaimana keadaan pergelangan kakimu?”


“Kamu sangat mengkhawatirkannya ya. Ini tidak parah, jadi tidak apa-apa.” 


Aku melompat ringan ditempat, menunjukan kalau itu sudah pulih sepenuhnya.


“Hei! Airnya akan menyiprat padaku!”


Yoruka, yang marah sambil tertawa, memukul lenganku.


“Kalau saja aku membawa handuk.”

 

Aku merogoh kantong dan tasku, tapi bahkan sapu tanganpun tidak ada.


“Dasar ceroboh. Setidaknya bawalah sapu tangan.” Katanya, lalu dia mulai mengelap rambut dan wajahku yang basah dengan sapu tangannya sendiri.


“Aku tidak apa-apa.”


“Jika kamu basah, baik laki-laki maupun perempuan akan masuk angin, ‘kan."


Tangan Yoruka tidak berhenti.


Yoruka dengan rambut basahnya yang agak mengkilap, memiliki kesan yang berbeda dengan yang biasanya dan itu membuatku berdebar-debar.


Sejak turnamen permainan bola itu, Arisaka Yoruka sedikit berubah.


Kecanggungannya telah berkurang, dan jarak saat kami bersama menjadi lebih dekat. Ketika kami baru saja mulai berpacaran, dia terlalu waspada dan gugup, tapi sekarang kupikir dia lebih santai dan menikmati waktu saat kita berdua.


Dengan cara yang sama, aku merasa bahwa mata Yoruka pada teman sekelas kami  telah berubah.


Pemicunya adalah sorakannya saat pertandingan bola basket itu.


Aura ‘Jangan mendekat’ yang dipancarkan Yoruka sebagian besar telah melunak seolah-olah telah terhempas dalam satu kasus itu.


Seperti biasa, dia jarang berbicara dengan teman sekelasnya, tetapi meskipun demikian, ketika Miyachii berbicara kepadanya, dia memberikan tanggapan singkat.


"Apa yang harus kita lakukan setelah ini?"


“Tidak ada tanda hujan akan reda, dan aku ingin beristirahat di suatu tempat," pikirku, menjawab pertanyaan Yoruka.


Apakah kembali ke sekolah ataupun menuju ke stasiun, tidak ada banyak perbedaan jarak.


Jika tetap basah, tubuh kami akan kedinginan. Meski sekarang pertengahan April, namun terasa dingin saat hujan. Aku ingin mengeringkan rambut dan seragamku, dan aku juga ingin payung dan minuman panas.


Ketika aku melihat ke samping, untuk beberapa alasan, Yoruka memiliki wajah yang memerah yang aneh.


“--- beristirahat itu, ke mana kamu ingin membawaku beristirahat!!”


“......., tidak! Bukan seperti itu! Aku benar-benar hanya ingin istirahat, dan bukannya aku ingin pergi ke hotel atau tempat aneh seperti itu!"


Aku dengan terburu-buru membuat alasan. Hal seperti itu satu milli pun tidak terpikirkan olehku.


 “Yoruka, kamu tahu sesuatu seperti hotel ya.”


Entah kenapa, aku sangat kesal karena aku mengerti bahwa itu adalah tempat untuk melakukan hal semacam itu.



“Kisumi mesum... “


“Yoruka yang tahu kalau itu adalah tempat melakukan hal-hal mesum, juga ada di level yang sama denganku lho.”


“Kalau itu, karena Onee-chan seenaknya mengajariku!”


"Pengetahuan erotis Yoruka secara langsung ditularkan oleh saudara perempuannya kah."


“Jangan menyebutnya pengetahuan erotis. Itu masih berhubungan dengan kesehatan dan pendidikan jasmani"


“Sebagian besar yang dipelajari di kesehatan dan pendidikan jasmani adalah bagian tahap akhir, tahap awal seperti percintaan tidak ada dalam pelajaran.”


Ini adalah era ketika keterampilan komunikasi sangat dibutuhkan, jadi aku ingin mereka mengajarkan di sekolah dengan tepat bagaimana mencintai dan bagaimana berkomunikasi antara pria dan wanita. Mengapa kemandirian siswa hanya diserahkan pada bagian-bagian yang kemungkinan besar akan mempengaruhi kehidupannya, bukan pada masa remaja? Tanggung jawab diri, aku menentangnya!


Aku sudah mencoba melarikan diri ke dalam pikiranku, tapi jantungku yang berdebar-debar tidak reda dengan mudah.

 

Hanya suara hujan yang menggema.


Karena Yoruka, kami menjadi sadar akan hal seperti itu, dan aku tidak bisa memikirkan kata-kata yang harus kukatakan selanjutnya. Anehnya telingaku terasa panas padahal seharusnya basah dan dingin saat hujan. Kami tetap diam di jarak di mana bahu kami bisa saling menyentuh.


Masalah setelah ini dan khayalanku berputar-putad dikepalaku.\


Aku kembali ke diriku sendiri karena suara bersin yang lucu.


“---, yosh!”


Aku mengambil keputusan dan berbicara.


Bahu Yoruka mulai gemetar menggigil.


“Yoruka.”


“A-apa?”


“Ikutlah denganku.”


 “Kemana?”


“Rumahku.”


“Eh? E-eh? Rumahku itu, maksudmu rumah Sena?”


“Rumah siapa lagi memangnya.”


“... apa tidak apa-apa?” 


“Jika dirumahku, kamu bisa mengeringkan diri dengan tenang dan aku juga bisa meminjamkan payung.”


Aku mengutarakan apa yang harus kulakukan sekarang secara logis dan mati-matian menghapus nuansa buruk.


“Kalau Kisumi tidak apa-apa, aku akan menerima kebaikanmu... “


Yoruka mengangguk kecil.

***


Rumahku berada dalam jarak berjalan kaki dari SMA.


Semenjak kami berpacaran, aku punya keinginan untuk mengundangnya, tapi aku tidak berpikir itu akan terjadi begitu cepat.


Ditengah hujan yang deras, kami berlari menuju ke rumahku tanpa berhenti.


Rumah dua lantai dengan taman kecil dan tempat parkir. 


Dengan cepat aku membuka kunci pintu depan dan masuk ke rumah.


“Untuk sekarang ayo pergi ke kamar mandi dan keringkan rambut dan seragam kita,” Kataku, melepas sepatu dan naik ke koridor.


“Tapi, kalau tetap seperti ini koridornya akan basah.”


Sambil meneteskan tetesan air dari seragammya yang basah, Yoruka ragu-ragu untuk masuk rumah.


“Lagian aku juga basah, jadi jangan dipikirkan. Ayo.”


Aku menarik tangannya dengan paksa.

 

“M-maaf menggangu!”


Tidak akan ada siapapun dirumah, tapi Yoruka memberikan salam dengan sopan.


Sambil menahan rasa tidak nyaman dari kaus kaki yang basah, kami terus berjalan ke bagian dalam koridor.

 

“Aku akan mengambil handuk mandi---.”


Aku membuka pintu kamar mandi dan ruang ganti tanpa mengetuk. 


Disana ada seorang gadis telanjang yang baru saja selesai mandi.


Dia tinggi, tapi terlihat masih sangat muda. Dia memiliki tubuh yang ramping, dan tangan dan kakinya kecil dan panjang seperti tongkat, tetapi dia memiliki tonjolan feminin.


“Ge!”

 

Aku panik dan menutup pintu.


“... Kisumi. Tadi, ada seseorang, ’kan?”


“P-perasaanmu saja.”


“Ada seorang, perempuan, ‘kan. Telanjang.”


“Itu, bagaimana aku harus mengatakannya, aku sendiri sama sekali tidak menyangkanya.” 


Saat aku sedang kebingungan, pintunya tiba-tiba terbuka.


“Oh, Kisumi-kun sudah pulang. Selamat datang!”


Gadis dengan kulit mengkilap seteah mandi yang hanya dibungkus selembar handuk mandi, menyambutku dengan riang.


“Jangan malah menyambutku seperti itu! Setidaknya kuncilah pintunya!”


“Ahaha. Maaf, aku lupa.”


“Ah,  dasar kau ini!”


Aku dengan putus asa memikirkan bagaimana aku bisa menjelaskan dengan cerdas situasi yang aneh dan ekstrem ini. 


“Jangan marah-. K-kamar mandinya kosong lho.”


Ingatlah sedikit tenang sesuatu yang disebut kesopanan.


 “Sudahlah cepat pakai baju! Sekarang juga!”


“Ehh, aku baru saja selesai mandi, jadi itu panas.”


“Aku selalu mengatakan jangan berkeliaran hanya dengan sehelai handuk bukan!”


“Kisumi-kun, hari ini kamu lebih menakutka~n.”


Meskipun aku bersikeras memperingatinya, dia tidak mendengarkannya. Aku dalam masalah.


“--- begitu, jadi seperti itu ya.” 


Yoruka, yang dari tadi tetap diam menakutkan, mengeluarkan suara sedih yang belum pernah kudengar.


“A-a-a-apa ada sesuatu yang sudah kamu mengerti? Meskipun aku belum menjelaskan apa-apa.”


Aku berbalik kearah pacarku, dengan takut-takut menarik suaraku.


Disana, ada Shura.

Tln : ada yang tau shura itu apa?

 

“Mengundangku kerumah, lalu mempertemukanku dengann selingkuhanmu, hobi macam apa ini! Dasar mesum! Pria terburuk! Tukang selingkuh!”


Yoruka sangat marah.


“Tunggu tunggu! Ini salah paham! Semua ini kebetulan, sejak awal bukankah anak ini yang bersalah! Untuk sekarang tenanglah! Kamu akan mengerti jika kujelaskan.”


“Anak ini, itu, kamu cukup dekat dengannya ya.”


“Kami tinggal bersama jadi sudah jelas kalau kami akrab, ‘kan.”


“Hee, tinggal bersama ya. Karena itulah kamu sudah terbiasa melihatnya telanjang?” 


Ini buruk. Suaranya luar biasa dingin.


“Dia bukan orang yang seperti Yoruka pikirkan! Anak ini---“


Aku menyangkal dengan sekuat tenaga.


"Aku tidak bisa mempercayai wanita yang memanggil ‘Kisumi-kun’ dengan mudah!"


Karena kemarahan Yoruka, rumah keluarga Sena berubah menjadi neraka.


Jelas, ini sama seperti saat dengan Asaki-san, tapi Yoruka membuat kesalah pahaman yang besar disini.


"Tenang dan dengarkan aku! Anak Ini adalah adik perempuanku yang masih SD!"


 “Adik perempuan. Adik ya. Adik kah.”


Yoruka dengan menakutkan mengulangi kata yang sama tiga kali.


 “Benar, adikku! Apa kamu mengerti?”


“Itu bukan hal yang bagus untuk dikatakan, adik perempuan maksudku. Setidaknya buatlah alasan yang lebih baik!”


“Aku serius! Anak ini adikku! Adik kandung! Kami memiliki hubungan darah!”


“Apa ada adik perempuan yang tetap tenang saat dirinya dilihat ketika sedang telanjang! Itu sangat nyaman ya. Malahan, bukankah kamu sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.”


Tuduhan palsu yang mengerikan.


“Kebalikannya! Dia masih kelas 4 SD, jadi mau bagaimana lagi, ‘kan!”

Tln : kelas 4 sd body nya udah kaya gitu, gedenya gimana yak


“Haa, apa ada siswa SD dengan pertumbuhan fisik yang luar biasa seperti ini?!”


Yoruka menunjuk kearah adikku yang terbungkus oleh sehelai handuk dengan rambutnya yang masih basah. Kalau itu, jika dilihat dari sudut pandang orang luar adik perempuanku memang kurang lebih terlihat seperti siswa SMA. Terlebih lagi bagi Yoruka, yang saat ini kehilangan ketenangannya.


“Dia tumbuh dengan nutrisi yang berlebih!”


“Yang manapun itu, membawa perempuan kerumah itu tidak boleh!”


“Aku tidak membawanya! Ini rumahku jadi adikku juga tinggal disini! Percayalah!”


“Mustahil! Kalian berdua, sama sekali tidak mirip!”


“Kami saudara yang seperti itu. Memang tidak mirip, tapi anak ini adalah adik perempuanku satu-satunya!”


 Aku dan Yoruka saling berhadapan dan berdebat satu sama lain.


“Nee nee, Kisumi-kun. Bertengkar itu tidak baik lho,” katanya menarik ujung seragamku.


Dihadapkan dengan situasi dimana ada seorang gadis cantik yang sedang luar biasa marah, adik perempuanku sembunyi di belakangku sambil gemetar ketakutan.


“Ei. Tidak apa-apa. Onee-san ini adalah teman sekelas Onii-chan, dan, erm, pacarku.”


Meskipun aku malu, aku memperkenalkan Arisaka Yoruka kepada adikku sebagai pacarku.


“Tidak mungkin!? Kisumi-kun, kamu punya pacar!? Selain itu Onee-san secantik ini! Luar biasa!”


Mata adik perempuanku yang polos berseri-seri, dan bersukacita dalam keadaan setengah telanjang hanya memakai sehelai handuk. Berhentilah karena itu berbahaya.


“H-hee.... dia perempuan yang serba guna ya. Sungguh, reaksinya seperti siswa SD.”


Yoruka belum menghilangkan keraguannya meski sikapnya tiba-tiba melunak.


Aku tiba-tiba mendapatkan ide, dan mencari sesuatu di dalam mesin cuci. Lalu mengambil baju olahraga.


Dibagian dadanya ada tulisan “4-2 Sena Ei” yang ditulis dengan besar.


“Dengan ini, kamu percaya?”


“--- aku minta maaf.” 


Yoruka meminta maaf dengan jujur yang tidak biasa dia lakukan.

***


Untunglah Ei-chan, adik perempuan Kisumi, seperti anak-anak pada umumnya.


“Bagaimana bisa pacar Kisumi-kun secantik ini? Aktris? Model-san?” 


Matanya bersinar dan tertarik padaku.


Sejujurnya, sama sekali tidak terduga untuk menyapa keluarga pacarku dengan cara seperti ini.


Ei-chan berusia 10 tahun, tapi dilihat dari manapun dia tidak terlihat seperti anak kelas 4 SD. Jika dia memakai baju yang anggun dan memakai make-up, tidak akan ada bedanya dengan orang dewasa.


“Anak SD akhir-akhir ini terlihat seperti orang dewasa ya.” Saat aku mengungkapkan pikiranku dalam keputusasaan, “Yoruka mengatakan hal seperti itu ya.” Kata Kisumi dengan kagum.

 

Setelah itu, seperti yang disarankan oleh Ei-chan, aku meminjam kamar mandi dari keluarga Sena.


Setelah membuat kesalahpahaman yang sangat memalukan, aku menenangkan diri dengan berendam sampai bahuku di bak mandi berisi air hangat.


"Aku telanjang di kamar mandi rumah pacarku."


Entah kenapa, itu adalah perasaan yang aneh.


Ditempat yang asing, aku bersantai dengan telanjang bulat. Shower dan bak mandinya juga berbeda. Sampo, kondisioner, dan sabunnya pun dari produsen yang tidak pernah kupakai.


“Jadi di sinilah Kisumi mandi setiap harinya ya...”


Tiba-tiba aku membayangkannya, lalu aku menyadari kalau saat ini aku berada di situasi yang buruk.

 

Sejujurnya, aku bersyukur adiknya ada disini.


Jika aku hanya berdua dengan Kisumi, apa yang akan terjadi nantinya ya.

 

Padahal baru sebentar aku berendam di bak mandi tapi anehnya badanku terasa panas. Wajah seperti apa yang harus kupasang jika bertemu Kisumi saat keluar dari kamar mandi ya. Itu lucu. Berpikir adalah keahlianku, tapi sekarang kepalaku kosong dan tidak bisa berpikir dengan baik.


“Percuma, aku merasa pusing.”


Aku keluar dari bak mandi.


Biasanya mandiku lebih lama, tapi hari ini sangat tidak mungkin.


"Pokoknya, seperti biasa. Aku harus melakukannya dengan normal."


Meskipun aku berpikir seperti itu, aku ingat atau tidak ingat, kalau Kisumi pernah mengatakan padaku bahwa Arisaka itu tidak biasa.


Kemampuan berpikirku yang sudah macet tidak bisa diandalkan.


Aku membuka pintu kamar mandi.


Entah kenapa, Kisumi ada di ruang ganti.


Ah, aku gugup dan benar-benar lupa menguncinya.


“------“


“......”


Ini pertama kalinya aku melihat Kisumi dengan bakaian biasa. Ini agak menyegarkan. Simple tapi tidak buruk juga. Cocok dan bagus. Jika kami berkencan di hari libur, pakaian seperti apa yang akan kukenakan yaa....


“M-maaf. Aku hanya mengembalikan dryer yang tadi dibawa adikku untuk mengeringkan rambutnya. Rambut Yoruka juga panjang, jadi pasti tidak nyaman jika tidak ada pengering, ‘kan? Aku tidak menyangka kamu akan secepat ini keluar dari kamar mandi, um....” 


Kisumi, yang membuat alasan, meletakkan hairdryer di sebelah wastafel dan segera keluar.


Oke, pelarian diriku dari kenyataanpun berakhir. Kalau begitu, ayo pergi. 




Aku keluar dari ruang ganti dan menutup pintunya dengan rapat. Segera setelah itu, teriakan nyaring bergema dari dalam.


“----, tidak, sudah kuduga situasi ini sangat buruk.”


Aku terduduk di koridor.

 

Aku juga salah karena langsung masuk ruang ganti yang tidak dikunci. Tapi aku hanya mengembalikan dryer, dan kupikir itu akan selesai dalam sekejap. Karena dia berendam di bak mandi yang terisi dengan air hangat, harusnya dia tidak akan keluar untuk sementara waktu. Lalu, Yoruka muncul...


Gadis yang kusuka datang kerumahku saja sudah membuatku berdebar-debar dan aku tidak bisa menahannya, lalu ditambah dengan ini. Aku melihat sesuatu yang luar biasa.

 

Tanpa sadar aku menutupi wajahku dengan tangan. Maaf sudah melihatnya. Tapi, terima kasih banyak.


“Ah, aku menyukainya. Sangat menyukainya. Aku tidak bisa menahannya. Aku benar-benar menyukainya.”


 Aku dengan kuat menegaskan kembali perasaanku.


Daya penghancurnya tidak ada bandingannya.


Rangsangannya saat kami basah kuyup karena hujan sudah sangat kuat, dan saat aku mengundangnya datang kerumah kegugupanku sudah maksimal, lalu kami berhadapan di ruang ganti, ah!


Bukankah, aku seperti tokoh utama rom-com!


Aku takut dengan kejadian yang menyenangkan dan memalukan yang terjadi berturut-turut ini. Rasanya  aku telah memakai semua keberuntungan atau masa hidupku.


 “Kisumi-kun? Apa yang kamu lakukan sendirian di koridor? Main petak umpet sendirian?”


Adik perempuan yang polos datang untuk melihat keadaanku.


“my sister, kenapa kau tidak memanggilku Onii-chan?”


 “A-aku tidak mengerti bahasa inggris.”


Adik perempuanku sepertinya tidak sehebat perkembangan fisiknya.


“Mulai saat ini, maukah kamu memanggilku Onii-chan?”


"Kisumi-kun adalah Kisumi-kun."


Adik perempuanku yang berusia 10 tahun tidak selalu mengerti apa yang kumaksud.


“...... benar juga ya. Ei juga adalah Ei ya.” Kataku, mengelus kepala adikku.


Banyak hal yang sudah terjadi, tapi, yah aku tertolong Ei ada dirumah.


Sejujurnya aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi kalau hanya berdua dengan Yoruka.


“Omong-omong Kisumi-kun, apa makan malam hari ini?”


“Kalau makan malam tanya ke ibu.”


“Hari ini mama dan papa tidak ada. Mereka bilang mreka pergi ke rumah kakek, ‘kan. Karena mereka menginap, jadi makan malam diserahkan pada Kisumi-kun.”


Aku benar-benar lupa!! Malam ini orang tuaku tidak pulang. Bahaya, seriusan.


Mengundang pacar ke rumah lalu berkata, "Hari ini, orang tuaku tidak akan pulang," adalah cerita umum dalam komedi romantis. Dan perkembangan seperti itu sedang mendekat padaku.

 

Tidak bisa, hatiku akan hancur karena berdebar terlalu kencang. Aku benar-benar akan mati karena gugup.


Diluar sedang hujan deras, dan jika satu dan lain hal terjadi, ini bisa menjadi rute menginap.


Aku juga tertarik dengan itu, tapi logikaku melampaui ketertarikanku. Seperti yang kuduga, itu masih terlalu cepat.


Namun, delusiku menjadi lebih jelas karena aku melihatnya secara langsung sebelumnya.


Tidak ada persiapan dalam keadaan darurat ini. Haruskah aku pergi ke toko serba ada untuk membelinya?

Tln : beli apa nih


...... tidak, jangan pergi. 


“Ei. Dengar, tentang orang tua kita yang tidak pulang, rahasiakan ini dari Yoruka-- Onee-chan itu. Ini adalah janji denganku.”


 “Kisumi-kun, entah kenapa wajahmu menakutkan.”


“Aku mohon jadi diamlah.”


 “Aku tidak mengerti, tapi kalau kamu membelikan Haagen Dazs aku akan diam.”


“Cih. Kalau begitu ayo berjabat tangan.”


Sialan, padahal hanya anak SD, tapi dia pintar mengambil keuntungan seperti itu. 




Setelah menyiapkan teh dan kue-kue di ruang tamu, Yoruka datang.


“Pakaian gantinya, tidak apa-apa?”


Sambil berpura-pura tenang, aku akan mengabdikan diri pada peran tuan rumah yang menyambut tamu.


"Ya. meski agak besar."


Yoruka memakai kaus panjang dan celana pendekku.


Ada banyak ruang di bagian lehernya, dan aku bisa melihat tulang selangkanya. Namun, yang mengejutkan adalah, dadanya sangat mengembang. Jika ukurannya sebesar itu, tentu mengenakan pakaian untuk laki-laki akan terasa sempit. Celana pendeknya juga sepertinya menekankan pantatnya.


Aku hanya bisa memperkirakan kalau bentuk tubuhnya bagus saat sedang mengenakan seragam, tapi sekarang volume nya yang meluap-luap terlihat dengan jelas.


--- wahai hasrat duniaku, tenanglah!?


Tangan yang muncul dari lengan baju yang terlalu panjang juga sangat imut. 


Mengapa seorang gadis terlihat mempesona hanya dengan mengenakan pakaian pria?


Aku merasakan perasaan yang luar biasa karena memiliki seorang pacar dalam hidupku. Hatiku benar-benar penuh sekarang.


 "Kisumi-kun, tiga gula untuk teh Ei"


Ei menyuruhku seperti biasanya. Karena kami adalah saudara dengan umur yang terpaut cukup jauh jadi aku sudah biasa merawat Ei sejak dia masih kecil, adik perempuanku ini tumbuh menjadi anak yang manja.


 Yah terserahlah. Mari berhenti mengeluh untuk hari ini.


Aku harus membuat Yoruka tetap bersama Ei.


“Ini, jangan sampai terluka.” Kataku menaruh teh hitam didepan adikku.


“Kisumi-kun tidak minum?”


“Aku, harus menyiapkan makan malam.”


“Ee, ayo kita mengobrol bertiga.”


“Tadi Ei bilang Ei lapar bukan. Kamu bisa menahannya jika makan malamnya terlambat?”


"Kalau begitu ayo pesan pizza!"


“Jika Ei yang mentraktir, aku tidak keberatan. Mau membayarnya dengan Otoshidama?”

Tln : Otoshidama, hadiah tahun baru (biasanya uang yang diberikan oleh sodara atau tamu pada anak-anak.)


“Tidak boleh! Kisumi-kun yang mentraktir.”


Sudah diketahui seperti apa kondisi saku siswa SMA yang tidak bekerja paruh waktu. Pizza bukanlah makanan yang bisa kupesan sendiri.


“Tidak akan.”


"Pelit!"


Adik perempuan yang besar ini, hanya kerewelannya saja yang sesuai dengan level anak SD.


"Kalian berdua rukun ya," kata Yoruka, dengan gembira menyaksikan interaksi antara aku dan Ei


“Aku sudah meminjam kamar mandinya, jadi bagaimana jika aku yang mentraktir?”


“Yay! Yoruka-chan baik sekali.”


“Tidak boleh! Aku tidak akan membiarkan perlakuan seperti itu pada tamu. Itu juga tidak baik bagi pendidikan anak ini.”


Aku menolaknya.


“Onii-chan yang keras ya.”


"Selalu seperti itu lho."


“Eh mengerikan.”


“Kan.”

 

Yoruka dan Ei saling berhadapan dan mengobrol dengan berbisik.


“Hei, jangan bersekongkol disana. Posisiku akan terancam."


Entah bagaimana, rasanya sangat tidak nyaman bagiku jika keduanya terhubung. 


Namun, mengejutkan bahwa mereka melakukan lebih baik dari yang kupikirkan.


“Kamu tidak malu-malu saat bersama Ei ya.”


 “Soalnya,”


Yoruka tanpa bergerak melihat wajah Ei.


“...... dia adik Kisumi, jadi aku ingin akrab dengannya.”


Setelah itu melihat ke arahku.


"Silahkan gunakan dia untuk pelatihan komunikasi."

 

Aku berpura-pura memikirkan menu makan malam, memunggungi mereka dan membuka kulkas.


Tentu saja, agar mereka tidak bisa melihatku yang menyeringai.


Eh, kata-katanya barusan, apa dia memikirkan tentang masa depan denganku? Seperti suatu hari nanti akan menjadi Sena Yoruka?


Delusi didalam kepalaku tidak bisa berhenti.


 

Jangan berlari terlalu jauh ke depan, Sena Kisumi. Apa yang kau lakukan dengan melewatkan langkah-langkah selanjutnya? 


“Sampai kapan kamu akan membiarkan kulkasnya terbuka?” Tiba-tiba, suara Yoruka terdengar di telingaku.


Saat aku menyadarinya, Yoruka ada di sisiku.


"Ah, ada daging cincang ya. Haruskah aku membuatnya menjadi steak hamburger?" 


"Apa tidak apa-apa?"


"Bahkan jika aku pulang, aku akan memasak makananku sendiri, anggap saja ini sebagai balasan terimakasih untuk hari ini. Biarkan aku melakukannya."

 

"Kalau begitu, jika itu tidak mengganggu, aku akan menyerahkannya padamu."


“Ya. Serahkan padaku.”


Aku menyerahkan celemek ke Yoruka yang termotivasi.