Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V1 Chapter 5
Chapter 5 - Jika kita menyelinap keluar dari kelas
Aku secara resmi menjadi perwakilan kelas dari kelas A tahun kedua.
Sekolah menengah Eisei memiliki banyak acara sekolah meskipun itu adalah sekolah persiapan kuliah. Tugas besar pertama bagi perwakilan kelas adalah menjalankan turnamen permainan bola antar kelas yang akan diadakan di awal tahun ajaran baru.
Ada berbagai macam olahraga seperti sepak bola, bisbol dan tenis untuk di luar ruangan, dan bola basket, bola voli, tenis meja untuk di dalam ruangan.
Selain untuk rekreasi, tujuannya adalah untuk memperdalam pertemanan dengan teman sekelas baru.
Itu sebabnya bersenang-senang adalah prioritas pertama, dan hampir tidak ada kelas yang benar-benar berkompetisi untuk meraih kemenangan.
"Karena kita akan melakukannya, ayo menangkan sepenuhnya! Ini, aku sudah membuat data ini."
Kecuali untuk kelas A kami. Yang mengumumkan tujuan tinggi itu dengan senyuman adalah Hasekura Asaki.
Sebagai perwakilan kelas sama seperti dirinya, aku dipanggil ke kelas pagi-pagi sekali. Semalam aku chatting-an dengan Yoruka sampai larut malam, jadi aku merasa kurang tidur. Aku harus menggigit rasa kantukku dan memberinya pendapat sebagai rekannya.
Asaki-san, yang duduk di depan tempat dudukku, memberiku selembar kertas.
Informasi pribadi yang menggambarkan pengalaman olahraga dari SD, SMP sampai SMA untuk semua teman sekelas, dan situasi kekuatan kelas lain dirangkum. Berdasarkan ini, kami akan membentuk tim untuk memenangkan turnamen.
"Ini, luar biasa. Bagaimana kamu mengetahuinya?"
"Aku punya banyak teman. Ketika aku menanyakannya, semua orang memberitahuku. Tentang Kisumi-kun, Nanamura-kun dan Hinaka-chan yang memberikan informasinya."
Berlawanan dengan penampilannya yang ceria, ia tidak mengabaikan persiapan yang matang. Aku mengagumi Asaki-san yang dapat diandalkan ini. Datanya juga sangat mudah dibaca.
"... ngomong-ngomong, kamu tidak memanggil Nanamura dengan nama belakangnya ya."
“Ia itu ace klub basket kan. Untuk seorang pemain inti yang juga seorang riajuu, pasti punya banyak penggemar. Jika aku semakin dekat dengannya, jumlah musuh akan meningkat. Selain itu, aku tidak suka tipe maskulin.”
Sepertinya dia sudah memperhitungkannya dengan baik. Seperti yang diharapkan.
"Apa ada makna memanggilku dengan nama belakangku?"
“Itu hanya agar kita akrab sebagai rekan. Tidak masalah bukan.”
“Pacarku cemburu dengan itu, jadi tolong hentikan.”
“Eh, Kisumi-kun punya pacar? Siapa?”
“Itu hanya lelucon. Abaikan saja.”
"Suatu hari nanti, Kisumi-kun akan memiliki pacar yang luar biasa. Jadi ayo lakukan yang terbaik sebagai perwakilan kelas!"
Setelah memberikan simpati padaku, dia langsung menyuruhku fokus dengan pekerjaan.
“Yang biasa saja tidak apa-apa... “
Aku menguap saat membaca daftar itu.
"Jika menang, itu akan menjadi kenangan bagus untuk tahun kedua sekolah menengahmu kan."
“Untuk sebuah rekreasi, tidak perlu terlalu serius”
“Motivasimu rendah. Aku memilih waktu ini karena Kisumi-kun bilang kalau ada yang ingin didiskusikan, pagi tidak apa-apa. Ada apa dengan cara bicaramu itu.”
“Aku menjadi perwakilan kelas bukan karena keinginanku lho.”
Hanya ada kami berdua di dalam kelas. Tentunya aku ingin tidur di tempat tidur sampai menit terakhir, tetapi sepulang sekolah aku ingin menggunakannya untuk Yoruka. Jika untuk mengamankan waktu dengan kekasihku, aku bisa bangun pagi-pagi, yang biasanya tidak.
"Ayo lakukan yang terbaik bersama-sama. Kita harus memimpin semua orang di kelas."
Menyilaukan. Melihat sosok ideal seperti Asaki-san, yang berpenampilan menawan, pikiran tajam, dan loyalitas tinggi pada kelas, membuatku sadar betapa rendah dan santainya aku.
“Kanzaki-sensei tidak berharap sampai situ lho. Orang itu, paling tidak, sangat pemaksa, tapi pada dasarnya dia adalah orang yang memberikan kebebasan untuk memutuskan apakah akan bekerja lebih keras atau tidak.”
Namun, meskipun Kanzaki-sensei memberikan kebebasan, itu memberikan cukup tekanan...
Bagaimanapun, aku tidak suka jika waktu yang kuhabiskan dengan Yoruka berkurang.
Ampuni aku.
"...... aneh. Anak laki-laki lain lebih kooperatif dengan ini."
Asaki-san membandingkannya dengan yang lain.
“Asaki-san tolong katakan, ‘Ia tidak berguna, jadi aku akan menggantinya dengan laki-laki lain.’ pada Kanzaki-sensei.”
“Tidak mungkin! Dan itu tergantung pada penilaianku kan."
"Asaki-san antusias karena ingin mendapatkan rekomendasi kuliah kan?"
“Aku, ingin menghemat uang karena hanya ada ibuku dikeluarga kami.”
“Itu mengagumkan.”
Dia dengan berterus terang mengatakan sisi yang tak terduga. Kupikir itu adalah keluarga yang lebih mewah.
“Oh, kamu punya telinga yang tajam ya. Kisumi-kun, apa kamu sebegitunya tertarik pada kehidupan pribadiku.?
Asaki-san menggodaku.
“Hei, jangan terlalu menatapku seperti itu.”
Aku tidak terlalu kebal dengan wanita, karenanya aku jadi berdebar dengan sia-sia
“Aku berterimakasih pada orang tuaku karena telah melahirkanku dengan imut.”
“Mempertimbangkan itu semua, tidak terdengar topik tentang kamu punya pacar ya. Sebenarnya apakah kamu menyembunyikannya?”
Mungkin Asaki-san punya kekasih rahasia seperti aku dan Yoruka.
Hasekura Asaki selalu menjadi pusat kumpulan orang dan memiliki banyak teman. Dia sering memainkan peran paling menonjol dalam berbagai acara, tetapi aku tidak pernah mendengar desas-desus tentang siapa yang dia kencani.
"Aku memiliki prioritas yang rendah untuk percintaan. Penting untuk melakukan apa yang perlu kulakukan.”
Gadis populer itu tersenyum tipis.
Aku sangat iri padanya yang dapat menarik perhatian lawan jenisnya tanpa dia menyadarinya.
“Kisumi-kun sendiri tidak punya pacar? Padahal kamu terlihat populer.”
Ya, itu keluar. Klise yang dikatakan gadis kepada orang yang tidak mereka minati. Jika kau benar-benar populer, berbicara dengannya seperti sekarang saja sudah menarik hati gadis itu.
“Topik itu, apa perlu repot-repot menggalinya lebih jauh?”
“Ah, kamu menghindarinya. Apa mungkin kamu menyukai Arisaka-san?”
“Kenapa nama Arisaka keluar disini.”
Tiba-tiba nama pacarku keluar, jantungku berdetak kencang.
“Aku dengar dari Kanzaki-sensei lho. Tahun lalu, kamu menjadi teman bicara Arisaka-san yang tidak berbicara pada siapapun kan. Bisa berbicara dengan Arisaka-san itu, mungkin karena kamu punya perasaan khusus padanya.”
Asaki-san mengecilkan suaranya.
“Begitukah?” kataku pada kata-kata Asaki-san.
“Maaf, aku berbohong. Tidak mungkin kalian berdua berpacaran kan!”
Dengan begitu, Asaki-san tidak tahan dengan ekspresi seriusnya dan tertawa terbahak-bahak.
"Ah, kamu marah?"
"Tidak. Tidak peduli siapa yang melihatnya, kami tidak seimbang kan."
Ketika aku mendengar evaluasi dari sudut pandang pihak ketiga, aku benar-benar merasa seperti itu.
Seorang gadis cantik penyendiri dan seorang anak laki-laki biasa-biasa saja, biasanya pasangan dengan perbedaan seperti itu tidak akan ada.
“... maaf jika aku terkejut. Tapi, jika Kisumi-kun dan Arisaka-san adalah sepasang kekasih, itu akan sangat nyaman bagiku.”
“Nyaman?”
"Kalau aku mendekati Kisumi-kun, aku akan mengundang kekesalan Arisaka-san bukan."
"Untuk apa?"
Aku penasaran dengan maksud Asaki-san.
“Selama ada Arisaka-san, aku tidak bisa meraih peringkat pertama di angkatan kita!”
Asaki-san terlihat sangat frustrasi.
“Cara bicaramu itu terasa seperti sudah tidak ada kesempatan untuk menang.”
“Tahun ini aku pasti akan berada diperingkat satu!”
Peringkat pertama yang tak tergoyahkan, dan yang selalu diperingkat kedua.
Diangkatan kami, peringkat ujian sudah permanen seperti itu sejak penerimaan masuk.
Tentu saja, tempat kedua sudah cukup bagus, tetapi jelas bahwa Asaki-san tidak menerimanya.
"Hei, aku ingin tahu apakah ada trik rahasia untuk menarik kaki Arisaka-san."
Tln : (足を引っ張る/ashi o hipparu/menarik kaki) sebuah istilah yang artinya menahan sesseorang meraih kesuksesan.
“Ibu mertua kah!!”
Sebuah komentar yang dengan polosnya membuat orang lain tersinggung.
“Itu bohong. Aku tidak punya hobi membuat orang lain jatuh. Karena itu, aku akan berusaha agar semua orang menyanjungku~.”
Asaki-san mengeluarkan smartphone-nya dan memotret adegan kami yang sedang bekerja.
Dia melakukan selfie dengan wajah yang seperti mengatakan aku sudah melakukan yang terbaik sejak pagi.
Data dan alat tulis tersebar di meja, dan tanganku terfoto di tepinya. Melampirkan sejumlah besar hashtag dengan cepat dan mengunggahnya di SNS.
“Kamu seenaknya mengunggah foto yang mencurigakan.”
“Tidak apa-apa. Bagaimanapun pada saat perwakilan kelas bekerja, semua orang akan dengan mudah menebak kalau Kisumi-kun juga bersaamaku.”
"Itulah kenapa lebih baik untuk tidak membiarkan bayangan seorang pria terlihat, bukan?"
"Tidak ada masalah jika itu Kisumi-kun."
“Sepertinya aku sangat dipercaya. Terimakasih.”
“Benar. Kamu merasa terhormat kan.”
“Kamu mengatakannya pada siapapun bukan.”
“Jika kamu adalah laki-laki yang baik, jangan katakan sesuatu yang kasar seperti itu.”
Smartphone Asaki-san dengan cepat menjadi berisik dengan pemberitahuan suka dan komentar.
Kupikir semua orang memeriksanya di kereta saat mereka dalam perjalanan kesekolah. Ini memperhitungkan waktu untuk pergi ke sekolah.
“Hei, bukankah lebih cepat untuk mengambil keputusan saat perwalian jika kamu mengambil inisiatif seperti ini."
"Bukankah hasilnya akan keluar karena kita sudah mempersiapkannya lebih dulu?"
“Benar juga. Kalau begitu, ayo kita pikirkan susunan pemain yang ideal."
Asaki-san menutup smartphone-nya dan menghadapi datanya dengan tatapan serius.
Harus melakukan apa yang harus dilakukan. Aku juga berpikir serius. Berkat data yang disediakan, formasi yang paling cocok diputuskan satu demi satu. Lalu hal terakhir yang tersisa adalah--- apa yang harus dilakukan dengan Arisaka Yoruka.
"Kisumi-kun. Apa yang dilakukan tahun lalu?"
"Aku bertanya apa yang dia inginkan, tetapi dia tidak memiliki sesuatu yang khusus, jadi aku memilihkan sesuatu yang cocok. Pada akhirnya, saat hari turnamen tiba, dia sepertinya beristirahat di ruang kesehatan dengan alasan kondisi fisik yang buruk.”
“Itu artinya dia melewatkan turnamennya kan?”
“Aku benar-benar tidak bisa bertanya secara terbuka kenapa perempuan absen dari kegiatan olahraga. Karena Kanzaki-sensei memberikan izin, tidak ada hal yang bisa kukatakan lagi.”
"Aku ingin dia berpartisipasi dengan benar tahun ini."
“Bagaimana caranya?”
“Kamu tidak akan bisa melakukan apa yang bisa kamu lakukan jika kamu dalam mood menyerah dari awal."
“Arisaka itu keras kepala lho.”
“Perkataan orang yang berpengalaman, ya. Tapi jika sesama perempuan mungkin berbeda.”
Asaki-san percaya diri dengan kemampuan komunikasinya.
Menarik. Mari kita serahkan padanya. Itu mengurangi bebanku sebagai perwakilan kelas.
Kalau begitu aku akan mempersilahkannya.
Sebelum aku menyadarinya, ruang kelas sudah ramai dengan siswa anggota klub olahraga yang selesai dengan latihan paginya dan mereka yang pergi ke sekolah lebih awal.
Keributan itu membuatku tidak langsung menyadarinya.
Saat aku merasakan tatapan yang kuat dan mengangkat wajahku, Yoruka sedang menatapku.
"Kalau begitu aku serahkan kompetisi untuk Arisaka kepada Asaki-san! Itu saja untuk pagi ini! Kerja yang bagus!”
Line yang kukirim dengan tergesa-gesa untuk menjelaskan situasinya dibaca dengan baik dan diabaikan.
Aku punya firasat buruk.
***
"Ayo kita menangkan turnamen permainan bola untuk memperkuat persatuan kelas!"
Hasekura Asaki, yang berdiri di podium selama waktu perwalian yang panjang, mendeklarasikannya lagi.
“Aku mengharapkan kesuksesan mereka yang terlibat dalam aktivitas klub di kompetisi ini dan mereka yang memiliki pengalaman. Fokus dan menangkan! Aku akan bermain tenis karena aku berada di klub tenis di sekolah menengah pertama!"
Asaki-san yang antusias memenangkan turnamen, berinisiatif menyatakan acara yang diinginkannya.
Sesuai dengan pertemuan pagi tadi, orang yang berpengalaman diprioritaskan di setiap kompetisi. Kami juga menyadari kecenderungan kekuatan kelas lain, dan kami akan mengalokasikan dan memperkuat mereka yang memiliki keterampilan motorik yang sangat baik dalam kompetisi yang lebih mungkin untuk menang.
Dengan pembagian yang dilakukan Asaki-san, aku menulis di papan tulis para kontestan yang akan ditentukan.
"Sena, tentu saja, akan bermain basket kan."
Nanamura Ryu mengangkat tangannya yang panjang.
Seorang pria besar yang telah aktif sebagai ace sejak dia di kelas satu karena saraf motoriknya yang luar biasa dan fisik yang diberkati. Dengan tampilan tak kenal takut yang cocok dengan rambut pendeknya, begitu ia berdiri di lapangan, ia bisa mencetak poin dengan gerakan lincah seperti macan kumbang. Mungkin karena sikap berani dan percaya dirinya, dia lumayan populer dikalangan gadis.
"Aku bekerja di belakang layar dan wasit utama pada hari itu. Paling-paling, aku akan jadi pengganti. Oh, mereka yang mengerti aturan harus secara aktif bekerja sama dengan wasit. Jika kamu menyerahkannya pada orang yang berada di klub saja, kamu akan memiliki lebih sedikit waktu untuk istirahat."
Aku yang tidak tertarik, mengabaikannya dan memanggil setiap nama partisipan.
"Hah? Jika kau tidak memberikan operan, aku harus terus membawa bola."
"Bagaimanapun, Nanamura saja yang bisa menang."
"Hasekura-chan. Kurasa kita membutuhkan Sena yang merupakan mantan anggota klub basket untuk menaang."
“Benar juga. Setelah kamu mengatakannya, kelas B penuh dengan anggota klub basket, jadi agar Sena-kun bisa berpartisipasi, pastika kamu menjaga staminamu. Baik, kalau begitu kompetisi selanjutnya.”
Itu diputuskan dengan lancar oleh Asaki-san, yang pandai menempatkan orang lain.
Ketika 90% sudah diputuskan, Asaki-san akhirnya mengalihkan topik ke Yoruka.
“Bagaimana dengan Arisaka-san?” katanya mengajukan pertanyaan.
Sejauh ini, Yoruka tidak menunjukkan minat apapun. Perasaan tidak ada keinginan untuk berpartisipasi.
Cemberut Yoruka belum sembuh sejak pagi.
Ini mungkin waktu terburuk untuk mengajaknya berbicara.
Biasanya dia mengirim tatapan dingin seperti tidak peduli kepada siapa pun, tapi sekarang dia secara terbuka menatap Asaki-san dengan tatapan permusuhan.
“Erm, jika kamu menatapku dengan wajah menakutkan seperti itu... “
“--- dari lahir wajahku seperti ini. Kupikir itu buruk untuk mengkritik penampilan orang lain.”
Jika ini lelucon, itu lelucon kelas atas yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang cantik, tapi sayangnya Yoruka serius.
Apalagi untuk sekelas Asaki-san hanya Yoruka yang bisa dikatakan sebagai wanita cantik.
Suara Yoruka keras dan menusuk.
Ruang kelas yang tadinya ramai, tiba-tiba menjadi sunyi.
Yoruka tampaknya tahu pengaruhnya, tetapi tidak sepenuhnya.
Kanzaki-sensei tampaknya hanya berniat mengawasi untuk saat ini.
"Aku hanya ingin membuat keputusan yang sebisa mungkin yang selaras dengan keinginan Arisaka-san. Sungguh, itu saja!"
"Aku tidak tertarik."
"Semua orang pada dasarnya berpartisipasi."
"Bukankah perwakilan kelas di belakangmu enggan untuk berpartisipasi."
Jangan tiba-tiba menggunakanku dan mencoba melarikan diri.
“Aku akan berada di sisi menejemen dan sebagai wasit. Aku juga akan menjadi pengganti di basket.” Ujarku.
"Senaa, aku tidak akan membiarkanmu melarikan diri dari bola basket lho," kata Nanamura tanpa ada jeda.
“Itu membingungkan jadi diamlah.”
“--- siapa yang kau suruh diam?”
Yoruka, yang menjadi mudah tersinggung, mengalihkan target kemarahannya padaku.
Uwah, matanya yang besar terbakar oleh warna merah terang karena marah.
"Tidak! Aku mengatakannya pada Nanamura, bukan Arisaka!"
“Kalian terlalu serius.”
“Aku setuju. Secara pribadi, acara sekolah adalah omong kosong. Tapi ada orang yang ingin membuat kenangan. Dan kami hanya mengerjakan tugas kelas. Arisaka tidak punya hak untuk menghalangi bukan.”
Aku bertindak sebagai perwakilan kelas dengan hati-hati, agar hubungan kekasih kami tidak ketahuan.
"... padahal kupikir Sena ada di pihakku."
Yoruka menundukkan matanya dan bergumam lirih.
Padahal pacarku ini cantik dan pintar, tapi hanya saat berkomunikasi saja dia payah.
Diatas itu, dia berkemauan keras dan mudah khawatir. Jangan khawatir, aku selalu ada dipihakmu.
Aku meletakkan kapur yang kupegang.
"Aku tidak pernah sekalipun menjadi musuh Arisaka bukan."
Mata kami bertemu.
Dan saat kuperhatikan, mata semua orang di kelas berkumpul pada Yoruka.
Ekspresi wajah setiap orang mengungkapkan apa yang mereka pikirkan.
Ini pertama kalinya aku melihat Arisaka-san berbicara seperti ini. Maksudku, marah seperti itu. Arisaka-san yang seperti itu lebih ke imut daripada cantik. Gap Moe! Harus kukatakan aku senang bisa sekelas dengan Arisaka-san dan Hasekura-san.
Tln : Gap moe adalah ketika seorang melakukan sesuatu yang sepenuhnya bertentangan dengan kebiasaan/kepribadian/karakter/penampilan mereka yang biasa.
Aku di fraksi Miyauchi-san. Oi, siapa orang yang tadi mengatakan Miyauchi-san! Bisa berbicara secara terbuka dengan Arisaka-san, perwakilan kelas luar biasa. Ada apa dengan suasana ini? Dan yang lainnya.
Seperti dipukul mundur, Yoruka meninggalkan kursinya dan keluar dari kelas.
"Sensei. Saya akan keluar sebentar."
“Saya izinkan.”
Kanzaki-sensei, yang tetap diam, langsung menjawab.
"Asaki-san lanjutkan memilih sisa anggota lainnya. Aku akan membawa Arisaka kembali."
Dengan persetujuan sensei, aku juga melompat ke koridor.
Langkah kaki Yoruka bergema di koridor yang sepi. Tanpa diduga dia cepat. Aku juga bergegas mengejarnya.
Berlawanan dengan yang kupikirkan, dia tidak ke ruang persiapan seni tapi malah berlari menaiki tangga.
Setelah mengejar langkah kakinya, Arisaka Yoruka berada di tangga menuju atap.
"Kenapa kamu langsung menemukanku ... aku tidak ingin melihatmu"
"Mungkinkah kamu tidak ingin melihatku selamanya?"
"Untuk sementara. Bodoh"
"Aku lega untuk saat ini," aku perlahan menaiki tangga.
“Kenapa?”
“Aku bisa langsung menuju tempat pacarku berada.”
“... apa tidak apa-apa Sena juga meninggalkan kelas? Um, tidak akan dicurigai?”
Yoruka khawatir bahwa tindakanku ini mungkin akan dianggap oleh orang-orang sebagai kekhawatiran kepada pacarnya.
"Tidak ada yang mengira kita berpacaran kecuali kita memberi tahu mereka. Seperti yang diminta Yoruka."
Di mata teman sekelas kami, aku hanya menjalankan pekerjaanku sebagai perwakilan kelas dan pergi mengejar seorang gadis cantik yang sedang bad mood.
Aku duduk di tangga.
"Mari kita duduk dan berbicara"
"Bohong kalau dengan bicara bisa mengerti," kata Yoruka, dengan keras kepala tidak bergerak dari sudut tangga.
“Aku ingin bicara. Selagi kita punya alasan untuk bolos."
"Perwakilan kelas yang tidak bermoral"
“Salah Kanzaki-sensei yang menunjukku.”
“Memang benar,” kata pacarku dengan senyuman dimulutnya.
Aku menepuk tempat disebelahku seolah memanggil Yoruka, yang sedikit melunak, untuk mendekat. Dia duduk dengan ragu-ragu dengan jarak sekitar dua kepalan tangan.
Bahkan jika aku sudah menjadi pacarnya, itu masih jauh.
"Tapi kita juga harus berterima kasih kepada sensei."
“Tidak ada hal yang harus membuatku berterimakasih.”
"Ini cerita yang bagus, jadi dengarkan dengan patuh."
“Aku benci membicarakan perempuan lain.”
Akhirnya, kesan polos yang sama seperti di ruang persiapan seni kembali.
"Kurasa kita tidak akan bisa berpacaran jika Kanzaki-sensei tidak memberitahuku tentang tempat persembunyian Yoruka."
“Kalau itu, karena Sena berusaha mati-matian sampai akhirnya menyatakan perasaanmu padaku kan.”
“Lihat. Yoruka tidak menyatakan perasaannya sendiri.”
Yoruka menggembungkan pipinya pada kata-kataku. Mata besarnya mengeluh seolah mengatakan Sena harus melakukan sebanyak itu.
“Tahun ini juga akan melewatkan turnamen permainan bola?”
“Kalau bisa, itulah yang kuinginkan.”
Aku terkejut dengan jawaban Yoruka. Ini bukan keputusan mutlak untuk tidak mengikuti turnamen, melainkan sebuah kondisi yang “kalau bisa”. Ini mungkin tanda perubahan pada Yoruka.
“Kalau begitu, tidak masalah kan kalau dalam kasus terburuk harus ikut pertandingan. Aku sangat senang sebagai pacarmu.”
"Ini bukan untuk Sena! Aku hanya merasa seperti itu tahun ini."
Dia mengelak untuk menyembunyikan rasa malunya. Sungguh, hal yang seperti inilah yang membuatnya imut. Aku senang bahwa dia berubah dengan cara yang baik dengan berpacaran dengan diriku.
Namun aku mngeraskan hatiku dan menahan untuk tidak tersenyum.
“Tapi kamu menolaknya dikelas, suasana menjadi tidak nyaman lalu melarikan diri.”
“Jangan terus menegaskannya satu persatu.”
Jika kamu tidak ingin mengikuti turnamen, kamu tinggal mengatakan akan berpartisipasi dalam suatu kompetisi, lalu pada saat hari turnamen tiba, kamu beristirahat di ruang kesehatan sama seperti tahun lalu. Sebaliknya, jika kamu ingin berpartisipasi, kamu dapat secara terbuka menyatakan keinginanmu.
Seorang gadis cantik yang tidak ingin menonjol tetapi menonjol.
Alasan mengapa dia berselisih dengan Asaki-san meskipun dia berada di depan teman-teman sekelasnya.
“Apa itu salahku?”
Yoruka tutup mulut menolak untuk menjawab.
“... Arisaka Yoruka juga waspada dengan gadis lain ya.”
Aku sangat tersentuh dan bergumam.
Alasan dia marah setelah aku keluar dari ruang teh tempo hari mungkin karena aku terus membuatnya menunggu dan karena Kanzaki-sensei adalah musuh alaminya. Tapi dalam kasus ini, yang pagi ini jelas meninggalkan pengaruh.
“Apa itu buruk?”
"Itu tugas perwakilan kelas. Kamu tidak perlu khawatir, karena tidak seperti Yoruka, aku tidak terlalu populer."
"Tapi aku khawatir dan aku tidak menyukainya!"
"Kalau begitu, haruskah aku berbicara hanya dengan Yoruka selama sisa hidupku?"
“Kalau sampai situ, itu... “
"Aku tidak keberatan. Karena aku sangat menyukai Yoruka."
Yang paling utama bagiku, sampai sekarang dan dari sekarang, adalah Arisaka Yoruka.
“Fue!!”
Suara terkejut Yoruka bergema di tangga.
“--- haa. Aku juga perempuan murahan karena senang hanya dengan satu kata manis itu ya.” Kata Yoruka yang sudah menenangkan dirinya, dan melayangkan senyum bermasalah.
“Apa yang Takane no Hana ini katakan. Kamu harus lebih percaya diri dan bangga."
“Mustahil.”
“Apa perasaanku masih belum tersampaikan?”
“Kalau itu, sudah cukup. Tapi, aku tidak bisa bangga dengan diriku.”
"Apa karena kamu benci dilihat orang?"
Aku menegaskan kembali kekhawatiran Arisaka Yoruka yang dulu dia katakan.
"Aku tidak tahu kenapa orang-orang di sekitarku memujiku. Bagaimanapun, aku ini normal dan biasa saja bukan.”
“Di-ma-na-nya!!”
Aku merinding dengan ucapan Yoruka yang salah arah.
--- mungkin anak ini membuat kesalahpahaman yang mengerikan tentang dirinya sendiri.
Yoruka kebingungan dengan reaksi berlebihanku.
Tidak, pemikirannya mungkin terlalu berbeda dengan kebanyakan orang biasa.
“Yoruka. Dengan siapa kamu membandingkannya, yang membuatmu berpikir kamu itu biasa saja?”
“Keluargaku.”
"Apa kamu punya foto keluargamu?"
“Kalau tidak salah, onee-chan pernah mengirimkannya,” kata Yoruka sambil mencari smartphone-nya dan menunjukkan foto keluarganya kepadaku.
“Uwah, kedua orang tua yang tampan dan cantik. Itu sebabnya dua anak yang cantik lahir.”
Keluarga yang sempurna, kaya dan bahagia. Foto yang memancarkan cinta kedua orang tua pada kedua putri mereka sampai mati. Dilihat darimanapun tidak ada ruang untuk meragukan bahwa ini adalah keluarga yang penuh kasih sayang.
“Yang mirip dengan orang tuaku hanya onee-chan.”
Dengan satu kalimat itu, wajahku membeku seperti patung Jizo.
"A-apa? Apa kamu mengatakan sesuatu yang aneh?"
Siapapun yang melihatnya, Yoruka dan kakaknya yang seorang mahasiswa adalah saudara yang cantik dengan wajah yang mirip.
Perbedaan terbesar adalah sementara saudara perempuannya memiliki senyum cerah yang sama seperti orang tuanya, hanya Yoruka yang memiliki ekspresi suram di wajahnya.
“... “
“Kenapa Sena membuat wajah seperti menangis.”
"Boleh aku memelukmu?"
Yoruka menjauh dariku dari dua kepalan menjadi lebih jauh.
“Me-meskipun tidak ada orang, tapi,”
“Akan ada hadiah bagi mereka yang melakukan yang terbaik bukan."
“Kenapa kamu ingin memelukku dalam alur percakapan saat ini!"
"Kamu benar-benar tidak mengerti?"
“A-apanya?”
Yoruka juga sadar kalau reaksinya agak melenceng, tapi sepertinya dia tidak mau mengakuinya.
"Lingkungan di mana Yoruka tumbuh seperti lelucon, dan itu adalah keluarga dengan level yang sangat tinggi. Target perbandingannya terlalu tinggi! Tidak perlu merasa rendah diri!"
Orang cenderung berpikir bahwa lingkungan keluarga tempat mereka dibesarkan adalah standar, dan mereka berpikir kehidupan sehari-hari mereka itu normal.
Namun, setiap keluarga memiliki standar yang berbeda tentunya.
"Karena, padahal orang tuaku bekerja di seluruh dunia, dan onee-chan selalu punya banyak teman."
"Manusia memiliki kecocokan yang berbeda. Tidak aneh jika Yoruka yang pendiam lahir di keluarga yang pandai bergaul!"
"Tetapi keluargaku semuanya punya banyak minat dan sangat aktif, sedangkan aku tidak punya apa-apa yang ingin kulakukan."
"Tidak harus untuk aktif. Yoruka hanya belum menemukan apa yang benar-benar kamu sukai atau minati. Kamu bisa melakukannya dengan kecepatanmu sendiri."
Aku juga mengerti betapa menyilaukannya orang yang aktif. Pertama, orang yang penuh semangat sepeti itu mudah dikenali meskipun dalam kerumunan.
Tapi, itu tidak berarti kau harus menyalahkan dirimu sendiri karena tidak seperti mereka.
Itu sangat tergantung pada kepribadian dan karaktermu, dan bahkan orang yang pendiam bisa sangat fasih dan proaktif dalam bidang tertentu. Manusia itu memiliki banyak segi.
“Bagiku yang hanya belajar dan melakukan apa yang harus kulakukan, aku tidak berpikir aku memiliki bakat spesial seperti itu.”
“Orang biasa tidak akan mendapatkan peringkat satu diangkatan mereka! Sebaliknya, itu adalah prestasi hebat jika kamu bisa melakukannya dengan keras dan mendapatkan hasil yang lebih baik daripada yang lain."
"Tapi, aku tidak berpikir aku bisa membanggakannya karena semua orang di keluargaku bisa melakukannya."
“Jika membandingkannya dengan standar keluarga Arisaka, pujian dan kekaguman orang lain tidak mempengaruhi Yoruka."
Akhirnya aku memahaminya.
Karena kepribadian anak yang kusukai ini sangat serius, dia terperangkap karena tidak mencapai level yang sama dengan keluarganya. Karena dia sendiri juga memiliki spesifikasi yang tinggi, dia tetap tidak menyadari ketidaknyamanan ini. Keyakinan manusia itu sangat kuat. Itu bisa menjadi kekuatan untuk mendukungmu, atau bisa menjadi belenggu yang mengikatmu.
“...... apa aku aneh?” katanya, masih belum menyadarinya.
Dia juga tidak punya teman.
“--- anak yang malang.”
“Hei!”
Sepertinya itu adalah penghinaan bahwa aku mengasihaninya, dan tiba-tiba dia menyerangku. Dia terus mendorongku dengan kekuatan penuh, hingga aku terjatuh.
Sudah setahun sejak wajah Yoruka berada tepat di depan mataku. Kali ini dia yang di atas.
“... ini membuatku nostalgia. Mau melakukan hal mesum?”
“Tidak mungkin aku melakukannya bukan!”
“Sayang sekali.”
“Aku sedang tidak bergairah.”
"Melarikan diri dari kelas dan berduaan dengan pacar di tempat yang tidak terlihat orang. Tidak mungkin untuk tidak bergairah bukan."
"Meskipun, aku tidak merasa seperti itu"
“... aku penasaran,” kataku, lalu ku mengambil risiko dan melingkarkan satu tangan di pinggangnya.
Pada saat itu, Yoruka segera mengangkat tubuh bagian atasnya dan melepaskan diri dari pelukanku.
Yoruka masih di atasku, dengan wajah merah dan kedua lengannya menyembunyikan dadanya.
“Situasi dimana kamu mengangkangi seorang laki-laki, bagaimana kamu akan menjelaskannya jika ada yang melihatnya?”
“Se-sedang bermain gulat, mungkin?”
"Tapi kedengarannya mengerikan."
Yoruka dengan lembut menjauh dariku dan memperbaiki ketenangannya.
Hah~. Aku sudah bersikap berani sepanjang waktu, tapi sebenarnya aju juga berdebar-debar. Sensasi paha lembutnya terlalu ganas. Jika posisi pantatnya sedikit berbeda, itu akan cukup berbahaya.
“Ah, mungkinkah aku ditipu oleh laki-laki jahat dan membuatku memberikan OK saat dia menyatakan perasaannya.”
“Padahal kamu banyak memikirkan tentangku saat liburan musim semi.”
“Hei Sena, kamu terlalu sering memanggilku Yoruka sejak kita datang ke sini!"
“Baru sekarang!”
“Dasar muka dua. Kamu saling memanggil dengan nama belakang dengan gadis perwakilan kelas itu, dan begitu kita hanya berdua, kamu mencoba melakukan sesuatu yang mesum!"
"Jika aku akan melakukan sesuatu yang mesum, aku akan menyerang tanpa meminta izin."
Aku berdiri terlebih dahulu.
“Binatang! Jangan mendekat! Musuh wanita!”
"Apa tidak apa-apa untuk menjauhkanmu dari sekutu terbesarmu? Bagaimana caramu kembali ke kelas?"
Seperti yang diharapkan, Yoruka, yang sadar akan hal itu, meremas suaranya.
"Sangat disayangkan bagiku bahwa aku hanya punya binatang di pihakku."
“Jangan mengatakannya seperti itu. Jadi, mana yang lebih baik? Apa kamu akan melakukannya sendiri atau menyerahkannya padaku?"
Aku mengulurkan tangan kananku.
Yoruka mengulurkan tangannya, tapi tidak bisa memegang tanganku.
“Yo-ru-ka.”
“Ta-tapi, itu artinya kita berpegangan tangan bukan!!”
“... kita berpacaran kan?”
“Tentu saja!”
“... ayo kembali.”
“Tidak.”
“Yoruka, ayo pergi!”
Aku mengambil tangan kanan Yoruka dan menariknya. Ringan. Tangannya, yang kupegang untuk pertama kalinya, lebih kecil dan lebih lembut milikku.
"Eh, eh!?"
“Suaramu terlalu keras. Itu akan bergema di sini."
Yoruka menutup bibirnya dan menatap tangannya yang kugenggam.
“Kita, berpegangan tangan.”
"Karena ini tangan kanan dan tangan kanan, ini adalah jabat tangan."
Saat aku mencoba mengendurkan tanganku, Yoruka menggenggamnya lebih erat kali ini.
“Yoruka?”
“..., rasanya, sayang kalau dilepas.”
“--- kalau begitu, ayo berpegangan tangan dengan benar"
Aku memegang tangan kirinya dan saling menjalinkan jari-jarinya.
“Ini yang benar.”
“Tanganku tidak berkeringat kan?”
Walaupun Yoruka sedang panik, aku tidak akan melepaskan tangannya.
“Kalau begitu, kulepas saja?”
“Jangan.”
"Hanya sampai menuruni tangga ya."
"Aku tidak ingin kembali ke kelas"
"... hanya lima menit lagi ya."
Sambil tetap berpegangan tangan, kami sekali lagi duduk.
Yoruka, yang duduk di sebelahku, menyandarkan tubuhnya padaku dan meletakkan kepalanya di bahuku.