Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V1 Chapter 4

Chapter 4 – Cemburu adalah bumbu rahasia cinta




Menjadi pacar Arisaka dan bisa tetap berhubungan dengannya kapan saja, aku dikelilingi oleh perasaan yang misterius.


Ini akan menjadi start terbaik untuk awal tahun kedua SMA.


Sekarang aku terbebas dari rasa sakit dan kegelisahan karena tidak dapat berhubungan selama liburan musim semi, aku merasa seperti aku bisa terbang di langit.


Bahkan selama di kelas, aku hanya memikirkan pacarku, dan aku tidak terlalu mendengar suara di sekitarku.


Saat perwalian, Kanzaki-sensei sepertinya mengatakan, “Sena-san dan Hasekura-san, tolong datanglah ke ruang klub upacara minum teh. Ada sesuatu yang ingin  saya bicarakan.” , Tapi ada tempat lain yang harus kukunjungi.


"Kisumi-kun, ayo pergi bersama"


Saat aku akan ke ruang persiapan seni, namaku dipanggil dan aku dibawa kembali ke dunia nyata.


“Eh, Asaki-san? Kenapa?”


“Tadi Kanzaki-sensei menyuruh kita untuk datang ke ruang klub upacara minum teh bukan. Kanzaki-sensei menunjuk perwakilan kelas setiap tahun kan. Aku dipanggil sama seperti Kisumi-kun, aku juga dipilih sebagai perwakilan kelas bukan. Pasti!”


Nama gadis cantik yang berbicara dengan gembira penuh harapan adalah Hasekura Asaki.


Dia tersenyum ramah dengan wajah yang tertata rapi yang seolah-olah bisa diterima di dunia hiburan setiap saat.


Rambut cokelatnya yang agak cerah memanjang hingga ke bahu, dan ujungnya yang sedikit bergelombang memberikan kesan ceria. Make-up tipis yang tidak berlebihan membuatnya semakin terlihat cantik. Bibirnya mengkilap yang membuatku tanpa sadar menatapnya. Meski mengenakan seragam blazer, kuku dan dandanannya membuatnya terlihat tetap kasual.


Di masa depan, profesi populer seperti penyiar perempuan akan terlihat cocok.


Dengan keterampilan interpersonalnya yang tinggi, ia mengubah Othello dari hitam menjadi putih, dan dia adalah anak yang bisa menjadikan orang-orang menjadi penggemarnya hanya dengan berbicara dengannya,

 

Singkatnya, kecantikannya berkebalikan dengan Arisaka.


Hasekura Asaki adalah tokoh sentral di tahun ajaran kami.


Dia adalah orang populer yang imut dan periang, dan dia memiliki kepribadian yang ceria dan ramah, jadi dia memiliki banyak teman. Nilainya tidak sebagus Arisaka, tapi dia biasa masuk di peringkat atas. Semuanya dilakukannya dengan lancar, dan reputasinya dimata guru juga luar biasa baik.


SMA Eisei memiliki banyak acara sekolah meskipun ini adalah sekolah persiapan kuliah.


Ada banyak pekerjaan gabungan antara perwakilan kelas, dan Asaki-san tahun lalu juga menjadi perwakilan kelas di kelas yang berbeda denganku, jadi aku mengenalnya.


Karena dia memanggilku Kisumi-kun, jadi aku juga memanggilnya Asaki-san.


Jadi, bukan berarti kami memiliki hubungan khusus. Dia adalah gadis yang akan mengajakmu berbicara jika berpapasan di koridor.


Bagaimanapun, Asaki-san mengingat semua nama-nama teman sekelasnnya.


“Sepertinya sejak naik kekelas dua kamu sering melamun ya. Kalau ada yang kamu khawatirkan, aku akan membantumu.”


“Terima kasih. Jika ada sesuatu, aku akan berkonsultasi padamu.”


“Aku akan menerimanya setiap saat. Kalau begitu ayo pergi.”


“Maaf. Aku punya urusan. Tolong katakan pada Kanzaki-sensei untuk perwakilan kelas digantikan dengan siswa yang lain.”


“Tunggu, tunggu! Itu akan jadi masalah! Eh—kamu tidak akan pergi bersamaku?”


Asaki-san buru-buru meraih lengan seragamku.


“Sendirian juga tidak apa-apa. Kanzaki-sensei akan memperlakukan dengan baik orang yang sudah dia kenal, jadi yang perlu dilakukan Asaki-san hanya mendengarkan yang ingin dia katakan.”


Di kelas yang dipegang oleh Kanzaki-sensei, perwakilan kelas ditentukan setiap tahun dan dinominasikan oleh guru.


Jadi saat aku mengetahui bahwa dia adalah wali kelasku lagi tahun ini, aku adalah orang pertama yang dinominasikan. Aku tidak ingin melakukannya tahun ini.


"Bukan itu! Eh, apa kamu menolak Kisumi-kun? Kupikir kamu akan menerimanya."


“Aku tidak ingin jam sepulang sekolahku diambil.”


Aku tidak bisa kencan dengan Arisaka jika menerimannya.


“Kisumi-kun, karena kamu sudah keluar dari klub basket seharusnya  ada waktu bukan?”


“Kalau itu” aku menahan mulutku.


Karena keinginan Arisaka, tentang kami yang berpacaran itu dirahasiakan. Ini bahaya.


“Aku penasaran, tentang Kisumi-kun.” Kata Asaki-san sambil melihat kearah wajahku.


“Sudah cukup tentangku. Lagipula, jika itu Asaki-san, siapapun rekannya pasti akan berjalan dengan baik bukan?”


Semua orang tahu kualitas kepemimpinannya.


Sebagai contoh, dia punya keterampilan komunikasi yang luar biasa. Seharusnya tidak ada hal yang membuatnya ragu.


“Rekanku hanya Kisumi-kun. Festival budaya tahun lalupun, aku sangat tertolong berkat follow up Kisumi-kun.”


Tangannya masih memegang lenganku.


"Aku sangat khawatir apakah aku akan dicalonkan oleh Kanzaki-sesnsei."


"Apa perwakilan kelas itu pekerjaan yang begitu populer?"


Aku baru tahu. Jika ada kandidat yang lain, aku dengan senang hati bertukar dengannya.


"Aku bertujuan untuk mendapatkan rekomendasi ke universitas, jadi aku ingin mendapatkan beberapa poin."


"Aku sudah memikirkan sampai kesitu."


Saat ini kepalaku penuh dengan percintaan, jadi ujian universitas terasa masih jauh bagiku.


“Kisumi-kun itu kelihatannya bisa diandalkan, dan juga orang yag santai.”


"Berkat itu, aku bisa digunakan nyaman," aku mencela diri sendiri.


"Aku menilainya secara positif sebagai orang yang baik dan fleksibel. Bagaimanapun, bahkan jika kamu menolak, aku ingin kamu mengatakannya langsung dari mulutmu sendiri!"


“... aku mengerti.”


Sepertinya, aku tidak punya pilihan selain mampir ke ruang klub upacara minum teh bersama Asaki-san.


Aku melihat tempat duduk Arisaka, tapi sepertinya dia sudah meninggalkan kelas terlebih dahulu.


Dalam perjalanan, aku diam-diam mengirim Line ke Arisaka, "Karena aku dipanggil oleh Kanzaki-sensei, aku akan terlambat untuk pergi ke sana."


Yoruka: Wanita seperti apa kucing pencuri itu, yang dengan mudah memanggilmu dengan nama belakangmu?


Balasan yang cukup kuat tiba dengan kecepatan kilat. Dia melihat kami! Dan juga dia benar-benar mewaspadainya!? Sayangnya, kami tiba di ruang teh, yang juga merupakan ruang klub dari klub upacara minum teh, sebelum bisa menjawab.

***


Saat memasuki ruang teh, wali kelas kami, Kanzaki-sensei, menyambut kami dengan cara seperti sudah lama menunggu.


Kanzaki Shizuru.


Mengekspresikannya dengan tenang dan sopan, dia adalah kecantikan gaya Jepang yang agak tajam dan dengan penampilan yang luar biasa.


Seseorang dengan postur tubuh yang indah. Tulang belakang lurus dan gesturnya yang sempurna.


Dengan kesan seperti Yamato Nadeshiko, dia adalah penasihat klub upacara minum teh. Dia adalah wanita berbakat yang memiliki gambaran pandai dalam sesuatu yang disebut sebagai pelatihan pengantin, seperti menyeduh teh dan merangkai bunga. Dan banyak siswa perempuan dari keluarga kaya bergabung dengan klub untuk menerima bimbingan dari Kanzaki-sensei.

Tln : Yamato Nadeshiko (大和撫子) adalah istilah bahasa Jepang yang mempunyai arti "personifikasi dari perempuan Jepang yang ideal"


Meskipun dia masih berusia dua puluhan, dia telah ditugaskan menjadi seorang guru dan diakui oleh para guru veteran. Garis pemisah antara guru dan siswa sangat kuat, dan mereka tidak pernah akur satu sama lain. Namun, dia sangat dipercaya karena dia peka terhadap perubahan kecil para siswa. 


Meskipun ini adalah sekolah persiapan kuliah, tidak sedikit anak yang tidak pandai dan nakal. Secara umum, bahkan para siswa yang membutuhkan banyak usaha telah direhabilitasi oleh Kanzaki-sensei dan telah berhasil masuk universitas.


Bahkan orang-orang aneh yang khas remaja mendengarkan dengan patuh apa yang dikatakan Kanzaki-sensei.


Bahkan Arisakapun mendengarkan kata-kata Kanzaki-sensei.


Tepatnya, itu lebih dekat sebagai musuh alami, jadi lebih tepat untuk menggambarkannya sebagai waspada.


Bagiku, dia adalah orang yang tidak bisa membaca perasaan.


Lagi pula, aku tidak mengerti apa yang dia pikirkan dengan tanpa ekspresi.


Terlebih lagi, dia menyerahkan pekerjaan konyol dengan nada ringan.


Aku enggan, tapi aku melepas sepatuku dan naik ke atas tikar tatami.


"Silakan duduk"


Sama seperti sensei yang duduk seiza, kami secara alami ikut duduk seiza.

Tln : Seiza merupakan cara formal dan sopan ketika duduk di rumah tradisional Jepang yang berlantaikan tatami.


"Saya ingin meminta anda berdua untuk menjadi perwakilan kelas."

Tln : disini Kanzaki-sensei emang cara ngomongnya formal banget, walopun sama muridnya sendiri.


Tanpa basa-basi, langsung masuk ke topik utama.


Kata-kata yang hampir sama dengan tahun lalu. Deja vu. Tahun lalu, aku tidak bisa menolak karena suasana serius dari ruang teh ini dan tekanan keheningan dari Kanzaki-sensei. Tapi tahun ini aku berbeda!


"Saya mengerti. Mohon bantuannya Kanzaki-sensei!"


Asaki-san menerima dengan balasan yang membuatmu ingin memberikan nilai sempurna.


“Izinkan saya menolak! Kalau begitu saya akan pergi!” aku segera berdiri.


"Sena-san. Harap tunggu."


Sebuah suara yang tenang memperlambat pelarianku.


“Apakah ada urusan yang mendesak?”


Dan, dengan kalimat keduanya, aku gagal untuk sepenuhnya menarik diri.


Aku punya firasat bahwa akan sangat buruk jika aku mengabaikannya, dan kakiku harus berhenti.


“Ini adalah hal serius dimana masa mudaku tergantung padanya. Tolong jangan hentikan aku!”


“Itu pasti sulit ya. Mari bicarakan dengan perlahan, saya juga akan membuat teh. Hari ini kami juga punya kue spesial untuk pendamping teh.”


Tidak ada hak untuk menolak!


“Tidak, jadi sensei, aku punya rencana.” Kataku mencoba melawannya.


“--- apakah kamu mengatakan sesuatu?”


Kanzaki-sensei terus tersenyum.


Menekan kebebasan siswa sampai akhir.


Hanya dengan saling berhadapan, sesuatu yang dingin menjalari tulang punggungku, dan pemberontakanku terputus dalam sekejap. Bahkan jika langit dan bumi terbalik, aku tidak yakin bahwa aku dapat berdebat dengan Kanzaki-sensei.


"Kakiku mati rasa saat duduk seiza. Aku ingin tahu apakah aku harus beristirahat sedikit lebih lama sampai aku bisa berjalan."


Aku menyerah dan duduk seiza lagi. Hatiku telah menyadari bahwa aku tidak bisa melawannya.


"Tolong duduk senyaman mungkin dan tunggu. Terima kasih atas persetujuanmu, Hasekura-san. Kamu bisa pulang. Mohon bantuannya untuk satu tahun kedepan. Sepertinya saya perlu wawancara pribadi dengan Sena-san." Sensei mulai bersiap untuk membuat matcha.


"Kalau begitu, Kisumi-kun. Sampai jumpa besok. Mari kita lakukan yang terbaik bersama sebagai perwakilan kelas tahun ini!"


Kenapa mengatakannya seolah-olah aku sudah menerimannya.


Asaki-san pulang dengan langkah ringan.


Enaknya, bisa keluar dari ruang tegang ini. Aku iri dan aku seperti akan menangis. Segera setelah aku hanya berdua dengan Kanzaki-sensei, aku merasa lebih gugup.


"Apakah kamu ingin pulang?"


"Aku tidak punya salah pada matcha. Aku akan pergi begitu aku menerimanya," kataku sambil duduk bersila.


"Tolong jangan ragu untuk bersantai sepuasnya. Tidak ada kegiatan upacara minum teh hari ini, jadi tidak ada yang akan mengganggu."


Suara air dalam teko teh yang mulai mendidih memenuhi ruang teh.


“Diruang tertutup sepulang sekolah hanya berdua dengan siswa, bukankah tidak apa-apa jika bertindak sedikit tidak seperti guru?”


"... apakah itu perkembangan yang kamu inginkan?"


Dengan gerakan yang elegan Kanzaki-sensei menyendok matcha dengan sendok teh dan menjawab omong kosong yang kulontarkan tanpa terganggu.


Tiba-tiba, suara nada dering dari smartphone-ku berbunyi dan bergema di ruang teh yang tenang ini.


"Maaf. Aku akan segera mengalihkannya ke mode senyap," kataku lalu melirik layar.


Pengirim pesan itu adalah Arisaka Yoruka.


Yoruka: Kamu sudah membaca pesanku kan? Apa masih belum selesai?


Aku tidak bisa menjawab dalam situasi ini. Apalagi aku merasa dia marah karena aku tidak membalasnya tadi. Gawat!


"Kenapa tidak bisa menerimanya?"


"Untuk menghargai waktuku."


"Istirahat itu penting, tapi kalau terlalu banyak bermain, nilaimu akan turun lho. Sena-san pasti bisa melakukannya.”


Entah kenapa dia menekankan kata-kata penyemangatnya.


Suara menyenangkan sendok teh yang digunakan untuk membuat matcha bergema di ruang teh.


“--- apakah ada sesuatu yang terjadi, saat libur musim semi.”


"Mengapa tepat menunjukkan periode itu?"


“Ini adalah tahun kedua saya bertugas. Setidaknya saya memahami perubahan para siswa."


"Apakah begitu berbeda?"


“Itu sangat sangat jelas.”


“Itu berlebihan. Tidak mudah untuk tumbuh.”


"Bukan itu masalahnya. Remaja bisa berubah cukup berbeda oleh pemicu sepele."


“Aku bukanlah siswa yang luar biasa.”


"Saya tidak membicarakan Sena-san."


“Ya?”


“Silahkan.” 


Aku menerima mangkuk teh.


"Aku minta maaf karena tidak sopan," dan mendapatkan matcha pahit dan Nerikiri yang dibuat oleh sensei.

Tln : Nerikiri adalah wagashi lembut yang terbuat dari adonan gyuhi dicampur dengan shiro-an (pasta kacang putih).


“Tolong dengarkan ini. Saya ingin Arisaka-san memperluas pertemanannya. Untuk itu, kerja sama Sena-san juga sangat diperlukan tahun ini."


“Lagi-lagi misi yang sulit seperti tahun lalu ya.”


Perkembangannya sama persis seperti saat aku diminta menjadi perwakilan kelas tahun lalu.


Smartphone-ku bergetar di saku. Pasti pesan dari Arisaka.


“Sena-san bisa berinteraksi dengannya, karena itu saya meminta bantuanmu.”


"Aku hanya mengobrol saat istirahat makan siang dan sepulang sekolah."


"Tahun ini, tolong jadilah penengah antara dia dengan teman sekelasnya."


Smartphone-ku bergetar lagi.


“... sejujurnya, aku sama sekali tidak mendapatkan kesan kalau aku bisa akrab dengan yang lainnya.”


“Kalau itu, gunakan saja yang ada dilenganmu untuk jadi mediator.”

Tln : Maksudnya posisinya sebagai perwakilan kelas.


"Tidak masuk akal untuk terus menekan Arisaka."


Aku menegaskan.


"Saya mengerti. Arisaka-san itu istimewa. Tetapi, suka menyendiri tidak sama dengan dikucilkan. Faktanya, dia menerima orang yang pengertian seperti Sena-san. Anak yang biasanya menolak orang lain, bisa akrab denganmu. Karenanya,  dia juga bisa berteman dengan orang lain.”


Kanzaki-sensei menatapku dengan mata jujur.


“Sensei sangat berharap pada Arisaka ya.”


“Itu salah, Sena-san. Saya berharap pada kalian berdua.”


Kanzaki-sensei kejam karena dia mengatakan hal semacam ini dengan wajah dingin.


Kata-kata sensei memiliki kekuatan persuasif yang aneh, dan ketika kau mendengarnya, kau akan ingin mempercayainya pada akhirnya.


Aku meminum matcha yang masih tersisa.


"Terima kasih atas makanannya"


“Maaf atas sajian yang sederhana. Jadi, apakah kamu menerimanya?”


"Sebagai upah selama satu tahun, teh ini saja sedikit tidak memuaskan."


“--- lalu, saya  akan membantu saat Sena-san dalam keadaan darurat, bagaimana dengan itu?”


Tidak buruk. Sangat menenangkan bisa menerima bantuan Kanzaki-sensei saat dalam keadaan darurat.


“Ah- padahal aku berniat menolaknya tahun ini! Imbalan itu, anda berjanji kan.”


"Kebaikan itu adalah pesona Sena-san. Saya mengerti."


Ketika aku berdiri, smartphone di sakuku bergetar.


Sepertinya Arisaka sudah pada batas kesabarannya. Aku akan pergi, jadi tolong tunggu sedikit lebih lama, lalu menaruh smartphone-ku ke saku.


“Sebagai tambahan, Sena-san dan Arisaka-san yang berada dikelas yang sama tahun ini juga adalah keinginan Arisaka-san.”


"Eh, aku belum pernah mendengarnya!!"


Aku yang penuh dengan keinginan untuk segera pergi dari ruang teh secara spontan berbalik.


Sensei berada tepat di belakangku lebih dari yang kupikirkan. Aku tergelincir diatas tikar tatami.


Akibatnya, aku mendorong sensei ke bawah.


Smartphone-ku jatuh dari saku dengan ketukan keras.


"Setelah upacara penutupan, dia datang kepadaku untuk pertama kalinya dan langsung mengatakan akan berhenti sekolah kecuali dia berada di kelas yang sama denganmu."


Di bawahku, sensei terus berbicara tanpa mengubah ekspresinya.


“Jangan bicara dengan tenang seperti itu! Ada apa dengan pergembangan rom-com ini.”


"---apakah ini perkembangan yang kamu inginkan?"


“Mana mungkin!”


“Tapi kamu ternyata seorang gentleman ya, saat jatuh tadi kamu langsung melindungi punggungku dengan tanganmu. Tapi.”


“Tapi apa?”


“Kait bra-ku terlebas karena benturan saat jatuh.”


“Hal memalukan apa yang sedang anda bicarakan!”


Aku tanpa sadar melihat kearah dadanya. Karena kain untuk pakaian musim semi tipis, jelas bahwa bra yang membungkus payudara sensei yang bervolume itu sedikit merosot.


Seperti inikah payudara orang dewasa yang terbebas dari pengekangan. Mengatakannya dengan jujur, itu benar-benar besar.


“Ehm,  jika kamu melihatnya dengan antusias seperti itu...”


“Maaf. Apa semudah itu untuk lepas?”


Aku mengalihkan mataku dengan sekuat tenaga. Aku ingin menarik lenganku dari punggung sensei, tetapi jika aku menggerakkannya dengan buruk, segalanya bisa menjadi lebih buruk.


“Tidak banyak desain yang kusuka yang sesuai dengan ukuranku, dan kalaupun ada, harganya mahal, jadi saya sudah lama menggunakannya. Mungkin pengaitnya..."


Bahaya, aku sudah berkeringat dengan aneh.


"Err, apa yang harus aku lakukan?"


Satu tanganku masih melingkar di punggung sensei. Jika aku mengendurkan tanganku yang satunya sedikit saja, dadaku akan mendarat di dadanya. Ketinggian miliknya terlalu tinggi.



Lalu smartphone-ku bergetar lagi. Getaran besar. Ini mengamuk di atas tikar tatami.


“Meskipun kelihatannya seperti ini, aku juga gelisah dengan caraku sendiri. Jika aku berteriak dan ada seseorang yang bergegas masuk kesini, itu bisa menjadi kesalahpahaman. Dimasa depan, aku berencana menjadi kepala sekolah dan bekerja sampai usia pensiun.”


“Tolong sebentar saja tunjukkan itu dengan ekspresimu!”


Aku dengan paksa menarik lenganku, melompat dan melarikan diri ke sudut ruang teh.


“Tolong menghadap kesana sebentar.” Kata sensei, lalu dia menata rambut dan pakaiannya yang berantakan. Meskipun aku menatap dinding dan mencoba menghilangkan pikiranku, suara gesekan pakaian dan gerakannya membuatku penasaran.


"Sena-san. Smartphone-mu berdering."


"Ah! Ini salah sensei!"


“Mohon bantuannya lagi tahun ini, Sena-san.”


Dengan nada seperti itu, Kanzaki-sensei menanggapi situasi ini dengan tenang.


Tidak adil. Sangat tidak adil. Apalagi setelah mengatakan rahasia bahwa Arisaka ingin berada di kelas yang sama denganku, aku akan meminta penjelasannya nanti.


Seperti dugaanku, aku tidak boleh lengah pada wali kelasku ini.

***


Aku mungkin berada di ruang teh sekitar tiga puluh menit.


Ketika aku memasuki koridor, Arisaka Yoruka berdiri dengan tangan disilangkan dengan sikap tidak senang.


"Arisaka? Maaf, apa kamu menungguku?"


"--- bagaimana dengan perempuan itu?"


"Asaki-san? Dia pulang lebih awal."


“Asaki?” Arisaka bereaksi dengan sensitif.


“Itu hanya caraku memanggilnya. Tidak ada arti apapun dibaliknya.”


"... apa yang kalian lakukan hanya berdua?"


Arisaka mengkerutkan dahinya dan melotot padaku. Seolah-olah ingin mengeluh padaku dengan wajahnya yang seperti itu.


“Aku dipanggil untuk dijadikan perwakilan kelas tahun ini.”


“Itu bisa selesai dalam lima detik bukan! Kenapa sangat lama!”


"Aku juga ingin menyelesaikannya dengan cepat ..."


Penyebab utamanya diam-diam muncul dari ruang teh.


“--- ara, Arisaka-san. Masih disekolah ya.”


Kanzaki-sensei menunjukan keterkejutannya.


"Itu adalah cerita rahasia yang panjang ya sampai menahan perwakilan kelas."


Entah kenapa Arisaka mengatakannya dengan nada tidak suka.


"Ya. Kami bisa menghabiskan waktu yang intim bersama."


"Hee. Hal menyenangkan macam apa yang anda lakukan dengan murid anda di ruangan tertutup?"


Keduanya tenang di permukaan, tapi secara tersirat mereka sedang bertikai.


“Saya juga penasaran. Caramu mengatakannya seperti Arisaka-san menunggu seseorang keluar dari ruang teh ini ya.”


"Hah? Itu tidak benar!"


"Sena-san sepertinya terburu-buru dan mengatakan bahwa ada sesuatu yang penting bagi masa mudanya."


“Kenapa Sena keluar disini!”


“Begitu ya. Aku menahannya meskipun ia ada urusan penting. Jika itu tidak ada hubungannya dengan Arisaka-san, aku tidak perlu meminta maaf.”


“Sensei. Tolong jangan terlalu menghasut Arisaka.” Kataku langsung memotongnya.


“Butuh waktu lama karena Sena-san menolak. Kalau saja ia dengan patuh menyetujuinya,  akupun akan langsung mengakhirinya. Atau apakah kamu benar-benar ingin tinggal lebih lama? Padahal Jika kamu memberi tahu, saya bisa menemanimu hari ini. "


Untuk beberapa alasan Kanzaki-sensei menatapku dengan wajah penuh arti.


Kemarahan Arisaka naik satu tingkat, mengatakan, “Seenaa. Apa yang kau lakukan selain menerima tugas sebagai perwakilan kelas.”


"Aku tidak melakukan apa-apa!"


"Ya. Itu adalah rahasia kami berdua. Oke, jangan bilang siapa-siapa."


Tunggu, apa-apaan cara bicara itu?


Aku membeku oleh kata-kata Kanzaki-sensei, dan Yoruka kehilangan kata-kata.


Cara bicaranya yang samar-samar dan sedikit memalukan, membawa keheningan yang aneh ke tempat ini.


Arisaka mengeluarkan pekikan tanpa suara, terlihat jelas bahwa dia kesal.


“Sensei, itu,”


“Ara, Sena-san. Ada matcha di mulutmu. Saya tidak menyadarinya sebelumnya.”


Kanzaki-sensei menyeka mulutku dengan sapu tangannya.


“---“ “!?”


Aku membeku dan Arisaka melebarkan matanya sampai sepertinya bola matanya bisa terlepas.


“Baik. Saya sudah selesai membersihkannya.”


“Meskipun kamu seorang guru, tapi kamu melakukannya sampai situ!?”


"Saya diam-diam membuat teh untuk Sena-san, tapi sepertinya ketahuan ya."


Memalukan. Diumurku sekarang ada orang lain yang menyeka mulutmu. Aku kesulitan bereaksi terhadap perlakuan seperti anak-anak ini. Atau, uh. Apa waktu itu sensei benar-benar kesal?


“Silahkan, aku mengebalikan Sena-san. Selamat bersenang-senang sepulang sekolah."


Kanzaki-sensei kembali ke ruang staf seolah-olah tidak ada yang terjadi.


Apakah itu spontan atau disengaja?


Setidaknya untuk Arisaka, efeknya luar biasa.


“Ap-apa itu! Orang itu! Ah, aku benar-benar marah! Benar-benar menyebalkan!"


Aku belum pernah melihatnya semarah ini.


Kemarahan ini, jelas berbeda saat denganku, menunjukan bagaimana Kanzaki-sensei adalah musuh alami Arisaka.


“Arisaka.”


“Apa!”


"Terima kasih sudah marah"


“Kenapa berterima kasih!”


Sepertinya aku membuatnya lebih buruk, tetapi dadaku penuh dengan kebahagiaan.


"Jika kamu tidak menyukaiku, kamu tidak akan cemburu, kan?"


"Jika Sena sendirian dengan seorang wanita, aku akan waspada."


"Jika kamu tidak menyukaiku, kamu tidak perlu waspada, kan?"


“Karena kamu mengabaikan Line-ku.”


"Tidak mungkin membalas di depan guru."


"Mana yang lebih penting, perwakilan kelas atau aku?"


Aku tidak menyangka, hari dimana aku bisa mendengarkan kalimat legendaris itu tiba.


Hanya begitu saja Arisaka merajuk.


"Apa kamu sangat khawatir?"


“Anak laki-laki selalu memikirkan hal-hal erotis di kepala mereka, bukan?"


"Aku mengatakannya ketika aku mengakui perasaanku. Tentu saja, itu terbatas untuk kekasih."


“Benarkah?”


"Meskipun kelihatannya seperti ini, aku menepati janjiku dan menahan berbagai hal lho."


Dengan kata-kataku ini, kemarahan Arisaka tampaknya telah menghilang dalam sekejap, dan kali ini dia membuat wajah tercengang.


Mungkin dia mengerti arti kata-kataku, Arisaka tiba-tiba mundur.


“Ja-jangan katakan sesuatu yang aneh di koridor sekolah!"


"Itu fakta, jadi mau bagaimana lagi."


"Ka-kamu terlalu jujur. Cobalah untuk menahannya.”


"Aku tidak akan mengaku kepada Arisaka Yoruka jika aku menahan diri. Aku benar-benar putus asa."


Aku menatap mata gadis yang membuatku jatuh cinta.


"... aku merasa Sena punya lebih banyak keuntungan, dan aku tidak menyukainya!"


Arisaka berbalik dan mulai berjalan sendiri.


“Aku mengerti, itu salahku. Yoruka-chan. Yo, ru, ka-chan, jangan pulang sendiri.”


Aku mencoba bercanda dengan memanggilnya dengan nama belakangnya.


"Jangan panggil nama belakangku di lorong."


“Kalau begitu, tidak apa-apa jika hanya berdua?”


“Tidak boleh.”


“Kamu juga bisa memanggilku Kisumi lho.”


“Tidak akan.”


“Eee, jahat,”


“Jangan terbawa suasana!”


"Yoruka-chaan"


"Aku tidak butuh chan!"


Aku berlari menyalipnya.


"Yoruka”


Kali ini, aku memanggil namanya dengan serius dan sepenuh hati.


"Ha-hanya saat kita berdua ya"


Wajah Yoruka memerah, tetapi tampak bahagia di suatu tempat.


Aku mengerti karena aku menyukainya.


--- jika aku memaksanya itu akan melukainya, tapi aku tidak boleh menahan diri.


Aku ingin memperlakukan gadis yang pemalu dan canggung ini dengan baik lebih dari siapapun.


Aku ingin dia, yang lebih dari cantik, tetapi tidak percaya diri, selalu merasa bahagia.


Tidak ada kekhawatiran tentang kecemburuan. Karena aku tergila-gila pada Yoruka.


Aku benar-benar menyukai anak ini.