Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V1 Chapter 2
Chapter 2
Dikehidupan SMA-ku, aku mendapatkan seorang pacar.
“---Hey, Kisumi. Kemarilah...”
“Jangan, Yoruka. Padahal baru saja kau kencangkan dasi ini, jika kau lepas itu...”
"Ini hanya mengganggu sekarang. Aku ingin lebih merasakan Kisumi dari dekat."
"Tapi kita di kelas. Jika seseorang datang ... "
“Bukankah lebih mendebarkan jika seperti itu. Lebih jujur pada dirimu. Menahan dirinya cukup saat liburan musim semi.”
"... Apa, tidak apa-apa?"
“Seragammu, kulepas juga ya.”
“Yoruka.”
“Kisumi, tidak apa-apa kok.”
---dan, Khayalan seperti itu selalu berjalan di luar kendali. Berkat itu, aku tidak ingat dengan baik setelah menerima OK darinya.
Aku sama sekali tidak tertarik dengan sambutan panjang kepala sekolah, dan tanpa kusadari upacara pembukaan berakhir dan kami kembali ke kelas.
Sejujurnya aku masih bingung apa yang akan kukatakan untuk perkenalan saat perwalian.
Nanamura Ryu, yang menjadi temanku ketika dia menjadi anggota klub basket tahun lalu, seharusnya bisa melakukannya dengan benar.
Di sisi lain, arisaka melakukannya seminimal mungkin dengan hanya menyebutkan namanya dan langsung duduk.
“Saya Arisaka.”
Aku terkesan dengan sikap tenangya yang seolah-olah percakapan denganku sebelum upacara pembukaan tidak pernah terjadi. Sepertinya hanya aku yang harus berusaha untuk menahan diri.
Saat dia duduk setelah memperkenalkan dirinya, Dia melirikku.
Dari tatapan matanya, aku menyadari bahwa pengakuanku berhasil.
Gawat, aku menyeringai secara spontan.
"Ini berbahaya", kataku.
Seperti yang dijanjikan, aku tidak akan bertindak seperti seorang kekasih dengan Arisaka di kelas. Aku juga tidak berpikir ingin memamerkan pacarku yang cantik, sebaliknya aku merasakan superioritas dari merahasiakannya.
Namun, bahkan jika aku berniat menyembunyikannya, pada akhirnya akan ketahuan dari tingkahku.
Sambil berpikir untuk menahan diripun, aku terus menerus mengamati pacarku.
“Seperti yang diharapkan dari orang yang pertama mengusulkan. Dia benar-benar memasang wajah pokerface.”
Arisaka tetap mempertahankan sikapnya yang tenang.
Ketika melihat dirinya yang begitu tenang, sesaat aku hampir lupa bahwa kami berpacaran.
Sambil menyangga dagu dengan tangan, aku mencoba mencubit pipiku. Sakit. Ini adalah kenyataan.
“Sena-san. Dari tadi kamu melamun, gelisah dan kurang konsentrasi loh.”
Aku diperingati oleh Kanzaki-sensei yang berdiri dari kursinya.
“Apakah saya terlihat begitu aneh?”
“Tolong lebih serius. Tahun inipun aku bermaksud untuk memintamu menjadi perwakilan kelas.”
Sambil sedikit heran, Kanzaki-sensei menunjuk siswa lain dan mengatakan, “Sebagai gantinya, Hasekura-san tolong pimpin salam.”
“Baik. Karena hari ini Sena-kun kurang memperhatikan, Hasekura akan memimpin salam. Berdiri---“
Tln : hasekura emang nyebut dirinya sendiri pake nama.
Dengan suara menyenangkan di telinga milik Hasekura Asaki, perwalian hari ini berakhir.
“Sumisumii. Pagi ini kau terlihat seperti orang yang baru bangun, tapi sekarang dalam mood yang sangat bagus ya.”
Tln: “スミスミー(sumisumii), nama panggilan Kisumi.
Gadis yang berbicara denganku dengan lesu adalah, Miyauchi Hinaka, yang berada dikelas yang sama tahun lalu.
Rambut pendek pirang, telinga ditindik. Dia memiliki wajah bayi, tapi matanya besar dan bulat, yang mengingatkanku pada seekor binatang kecil yang manis. Dia pendek dan badannya langsing dengan kulit pucat, dan kakinya ramping seperti tongkat. Dia memakai hoodie kebesaran, bukan atasan seragam. Hoodienya yang kebesaran selalu merosot dari salah satu bahu, dan merupakan kebiasaannya untuk mengayunkan bahunya.
SMA Eisei yang kami hadiri adalah sekolah yang bergengsi, yang mempunyai tradisi membebaskan muridnya, jadi penampilan personal siswa diizinkan, tapi karena pesonanya yang unik, dia dicintai oleh semua orang.
Dia juga memiliki kebiasaan memberikan nama panggilan yang aneh kepada teman-teman dekatnya.
Namaku kisumi, jadi sumisumi. Karenanya aku juga memanggilnya Miyacchi.
“Begitukah? Menurutku, aku seperti biasanya.”
“Benar-benar berbeda. Kanzaki-sensei juga, dia menunjuk sumisumii menjadi perwakilan kelas dua kali berturut-turut ya.”
“Kalau begitu, Miyacchi mau menggantikanku?”
“Untuk perwakilan perempuan sudah ada Asaki-chan bukan.”
“Aku tidak mengatakan aku menerimanya loh.”
“Tahun lalu kau juga mengatakan seperti itu, tapi pada akhirnya kau tidak bisa menolaknya bukan.”, Miyacchi tertawa.
“Aku juga memilih Sena. Karena jika menjadi perwakilan kelas, pasti akan dimintai banyak hal yang tidak masuk akal kan.”
“Nanamura, jangan perlakukan aku seperti seseorang yang mudah digunakan.”
Orang yang bergabung dalam percakapan kami adalah ace klub basket, Nanamura Ryu. Ketika tubuh berotot dengan tinggi 190 cm ini dijajarkan dengan Miyacchi, itu terlihat seperti raksasa dan peri.
“Nanamuu. Tahun ini kita juga sekelas ya. Mohon bantuannyaa.”
“Oh, mohon bantuannya juga. Miyauchi, hari inipun kau terlihat pendek ya.”
“Itu karena kamu yang terlalu tinggi.”
Laki-laki terbesar dan gadis terkecil dikelas membuat percakapan yang damai.
“Ngomong-ngomong, Sena. Setelah kembali ke kelas, kau terus melihat kearah Arisaka-chan. Apa terjadi sesuatu?”
“...aku tidak sebegitunya melihatnya kok.”
Aku berpura-pura bodoh.
“Pembohong. Kau terus memperhatikannya loh. Sampai matamu memerah.”
“Hanya perasaanmu. Juga, aku hanya kurang tidur.”
“Jadi kau tidur larut malam ya. Tapi anehnya pagi ini kau sudah ada dikelas lebih awal.”
Nanamura adalah orang yang baik dan periang, tapi dia sangat serius saat kegiatan klub. Dia selalu mengikuti latihan pagi, jadi dia pasti kekelas terlebih dahulu. Karena itulah dia tahu kalau aku datang lebih awal dari biasanya.
“Oyaoya, perilaku sumisumi hari ini sedikit aneh ya, Nanamuu.”
“Ini mencurigakan ya, Miyauchi.”
Kombinasi besar dan kecil bertukar pandangan penuh arti.
“Ada dua orang yang tertarik padaku itu aneh.”
“Kalau itu, aku memang tahu kalau orang yang tidak menarik dan membosankan, normal-kun Sena, sering mengamati sekitar saat bosan. Tapi hari ini aneh.”
“Kau melebih-lebihkannya, Nanamuu. Sumisumi itu hanyalah orang yang sederhana dan dewasa.”
“Singkatnya, orang yang biasa-biasa saja dengan kepribadian buruk bukan.”
“Jangan mengatakan blak-blakan seperti itu!”
“...mengatakan sesuatu seenaknya.” Aku berbisik sambil tersenyum pahit, dan tiba-tiba menyadari bahwa Arisaka sudah menghilang dari kelas.
Sudah pulang lebih dulukah?
Bukan, tidak salah lagi dia pasti ada di ruang persiapan seni. Itu adalah pola perilaku Arisaka yang biasa.
“Kalian berdua, jangan mengatakan sesuatu yang tidak berhubungan. Tidak mau pulang? Aku akan pergi loh.” Kataku dan membawa tas dibahu.
“Nanamuu, tersangka mencoba melarikan diri!”
“Sena, bercandanya selesai. Mengakulah dengan patuh. Juga, aku sudah membantumu saat perkenalan tadi, jadi kembalikan hutangmu.”
Nanamura menjadi tembok raksasa dan memotong jalaku.
“Tidak ada yang aneh denganku. Aku datang lebih awal karena aku tidak bisa tidur sampai pagi. Itu saja.”
“Sumisumi. Itu sebabnya aku sedikit khawatir."
“Aku akan tidur dengan tenang saat aku pulang kok.”
“Miyauchi sangat lembut pada Sena yaa.”
Nanamura tidak puas dengan miyacchi yang mundur dengan mudah.
“Miyacchi itu berbeda denganmu. Soal hutangku, aku akan mengembalikannya dengan benar lain waktu.Sampai jumpa"
“Oh, aku menantikannya loh.” Kata Nanamura dan mundur dengan mudah.
“Sampai jumpa, Sumisumi. Selamat malam-.”
Miyacchi juga melambaikan tangan dan lengan hoodie panjangnya. Aku meninggalkan kelas dan langsung menuju ruang persiapan seni.
Ruang persiapan seni terletak di belakang gedung sekolah.
Ini adalah tempat perlindungan tersembunyi Arisaka Yoruka.
Aku membuka pintu yang tidak terkunci dengan perlahan.
Aroma cat minyak sedikit melayang di ruangan yang diterangi oleh sinar matahari yang lembut.
Replika karya agung dipajang di dekat dinding, dan banyak rak logam yang penuh dengan karya siswa. Jumlahnya sangat banyak sehingga bagian atas raknya juga penuh.
Aku seperti biasa, melihat keatas memastikan apakah itu akan jatuh atau tidak. Dimeja samping ada sketsa kasar patung plester yang sengaja ditempatkan berbeda arah oleh Yoruka agar matanya tidak saling bertatapan.
Lalu ruang kecil di belakang rak, yang merupakan titik buta dari sisi pintu, adalah tempat Arisaka.
Ditempat yang disinari cahaya, dia memperlihatkan ekspresi tanpa pertahanan dan bernafas dengan tenang.
Wajahnya yang tertata rapi tanpa cacat dari sudut manapun adalah keindahan yang terlalu berlebih yang diberikan oleh tuhan kepada manusia. Tidak kalah dengan lukisan wanita cantik terkenal atau patung plester dewi.
Aku pasti orang yang sangat beruntung bisa melihat pemandangan ini.
Jika aku mempunyai bakat dalam seni, aku ingin mengabadikan kesan ini dalam lukisan ataupun lagu.
Aku menaruh tasku dengan hati-hati dan melihat sosok Arisaka yang sedang tertidur dengan diam.
Aku bisa melihat ini sampai kapanpun. Aku ingin mengatakan sesuatu yang keren seperti seorang pria, tapi siswa SMA yang sebenarnya tidak bisa melakukan hal seperti itu berbeda dengan karakter dari manga shojo.
Aku tidak bisa hanya mengandalkan ingatanku sendiri. Mau tak mau aku menyalakan kamera ponselku dan diam-diam mencoba menyimpan pemandangan ini dalam gambar.
Aku mengatur kameraku dengan hati-hati.
Namun, sepertinya Arisaka merasakan tindakan menyebalkanku dan membuka matanya.
“...bisakah kau tidak melihatku seperti itu?”
“Pura-pura tidur ya.”
“Sena, kau terlambat.”
"Aku diajak bicara oleh teman"
“Juga, di kelaspun kau terus-menerus melihatku!”
“Jadi memang ketahuan ya? Teman-temanku juga mengatakan seperti itu.”
“Apanya yang ‘Jadi memang ketahuan ya!?” Wali kelas juga memperingatimu bukan! Siapapun juga pasti akan menyadarinya! Aku sangat berhati-hati dan mati-matian untuk tidak mengendurkan ekspresiku!”
“Hee, Arisaka juga berusaha ya?”
“Tentu saja!”
Arisaka menyemburkan semua amarahnya padaku, lalu terengah-engah seperti kehabisan nafas.
“Aku sedikit lega. Jadi Arisaka juga merasa bahagia.”
“---itu, karena ini adalah pertama kalinya aku punya pacar. Akupun, juga sedikit senang tentang itu.”
Pacar pertama. Aku menengadah ke langit untuk menikmati keindahan kata-kata itu.
"Jangan tiba-tiba memejamkan mata dan memasang ekspresi gembira. Menjijikan.”
“Aku berterimakasih kepada dewa percintaan.”
“Daripada dewa, lihatlah kesini.”
“Tadi kau marah karena aku terus melihatmu bukan.”
“Itu karena kita sedang dikelas! Kalau disini, kita hanya berdua kan.”
Aku menelan ludah pada cara bicara arisaka yang seperti memiliki maksud tersembunyi.
Mata kami bertemu.
Jarak kami tidak terlalu dekat, juga tidak terlalu jauh. Jika aku membentangkan tangan, aku bisa langsung menyentuhnya. Bahkan wajahnya terlihat dengan jelas. Di bawah sinar matahari musim semi yang lembut, aku memikirkan tindakan yang paling cocok untuk dilakukan di sini.
Pandanganku dicuri oleh bibirnya.
Bukankah ini, situasi dimana tidak apa-apa untuk menciumnya?.
"Sena?"
"Arisaka"
Aku mencondongkan tubuh bagian atasku sedikit dan mendekatinya.
Segera, Arisaka yang peka terhadap perubahan suasana berkata, "Benar juga, Sena! Kamu lapar bukan! kau melewatkan sarapan, jadi ayo kita makan siang! Ya, itu bagus! Sudah pasti begitu” dan berdiri dengan tergesa-gesa.
"Setidaknya, biarkan aku menatapmu lebih lama lagi."
“Mustahil. Api keluar dari wajahku.”
Arisaka menghela napas dengan gugup.
Meskipun dia tegas dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, dia sangat lemah dan polos bahkan dengan godaan kecil.
Celah itu membuatku berdebar.
Sepertinya, ini akan sangat menyenangkan.
“Pacarku ini, sangat imut.”
Pemikiran seperti itu meluap dalam benakku.
“Aku merasa aku kalah meskipun aku dipuji, kenapa ya.”
“Apakah ada menang kalah diantara sepasang kekasih?”
“Sudah dipastikan bahwa kamu menyukaiku, tapi aku merasa itu tidak tersampaikan.”
“Bagaimana agar arisaka yang menang?”
“Sena tidak bisa hidup tanpaku.”
“--- kalau itu, aku sudah seperti itu loh.”
"Fuee!"
Arisaka mengangkat suaranya.
Sambil melihat reaksi jujur Arisaka, aku merasa seperti sudah mendapatkan pencerahan dan berkata, “Aku sudah kenyang.”
Tln : kisumi bilang “お腹いっぱい/onakaippai” yang artinya kenyang, tapi bisa duga diartikan penuh akan sesuatu.
"Eh? tidak jadi makan siang?"
Arisaka, yang salah paham, tiba-tiba menatapku dengan cemas.
Pacarku ini memang punya imej tenang dan dingin, tapi tampaknya dia memiliki banyak ekspresi emosional.
"Tentu saja jadi! Ini undangan dari Arisaka. Tidak ada alasan untuk tidak pergi!"
Senyum kembali pada wajah Arisaka.
Untuk pertama kalinya, aku mengerti perasaan seseorang yang ingin membual tentang pacarnya.
Aku ingin meneriakkan “pacarku itu imut loh” sekeras yang kubisa.
***
Aku memutuskan untuk pergi ke restoran keluarga yang jauh dari stasiun untuk makan siang agar murid-murid dari sekolah kami tidak menemukan kami.
Aku tidak berpikir mereka akan langsung mengira kalau kami berpacaran hanya karena pulang sekolah bersama, tapi itulah bagian menyedihkan dari pasangan yang berbeda level. Kecuali kami berpegangan tangan, tidak ada yang akan menganggap kami sebagai kekasih.
Akupun sadar kalau bagi Arisaka Yoruka yang terkenal disekolah, aku tidaklah seimbang.
Karena itulah, seharusnya mudah untuk merahasiakan hubungan kekasih ini.
“Hei, Arisaka. Jika kau sebegitu khawatirnya...” kataku
Hari ini hanya upacara pembukaan, jadi sebagian besar siswa sudah meninggalkan sekolah sebelum tengah hari.
Namun, Arisaka terlalu berhati-hati menjaga jarak denganku. Dimulai dari saat kami meninggalkan ruang persiapan seni, lalu mengganti sepatu di kotak sepatu dan berjalan sambil berpura-pura menjadi angin yang kebetulan sedang dalam perjalanan pulang.
"Tidak. Sangat meyedihkan karena kita tidak bisa berbicara saat bersama."
Ini dia.
Bintang imut dari bumi.
Arisaka, dengan penampilan dewasanya, yang melakukan sesuatu yang kekanak-kanakan membuat keimutannya menonjol.
Sambil mengawasi lingkungan sekitar dengan gelisah Arisaka berbicara dengan tetap menjaga jarak denganku.
Kami langsung dapat tempat duduk karena kami datang sebelum waktu makan siang.
“Pilih yang mana yaa.”
Sementara Arisaka memilih dengan penuh pertimbangan, aku membuat keputusan cepat tanpa membuka menu.
“Aku pesan nasi goreng porsi besar dan drink bar.”
Tln : Drink bar (ドリンクバー) itu minuman yang kita ambil sendiri di area yang sudah disediakan.
“Sudah memutuskan?”
“Karena sesuatu yang kusukai tidak pernah berubah.”
“Kau tidak ragu-ragu ya.”
Arisaka melihat menu dengan tatapan serius.
“Kamu kelihatan cukup kebingungan ya.”
Arisaka mendongak dari menu dan menatapku dengan cara yang lucu.
“Aku baru pertama kalinya aku datang ke restoran keluarga, jadi aku tidak tahu mana yang enak.”
“E, seriusan?”
Aku bertanya-tanya berapa banyak gadis SMA di jepang akhir-akhir ini yang baru pertama kali pergi ke restoran keluarga yang ada dimana-mana.
“Gadis pingitan ya.”
Tln : (箱入り娘/hakoiri musume/anak perempuan dalam kotak) artinya anak yang ngga dibolehin keluar.
“Aku hanya tidak punya kesempatan untuk pergi. Waktu kecil pengurus rumah menyiapkan makanan untukku, dan sekarang memasak untuk diriku sendiri adalah hobiku. Juga, aku tidak punya teman dekat untuk pergi bersama.”
Menurut cerita yang pernah kudengar sebelumnya, keluarga Arisaka tinggal di lantai atas sebuah menara kondominium yang terletak di distrik metropolitan. Kedua orang tuanya bekerja dan sibuk bolak-balik keluar negeri, jadi mereka jarang pulang. Dia punya seorang kakak perempuan mahasiswa sains yang pada hari kerja dia tidur di laboratorium atau ruang seminar, dan sepertinya dia tinggal sendirian.
"Mulai sekarang kau bisa pergi denganku sebanyak yang kau mau bukan. Kau dapat memilih sesuai dengan suasana hatimu hari ini dan memesan yang lain di lain waktu."
"Yang pertama kali itu penting"
"Aku tidak ingat menu yang kupesan di restoran keluarga untuk pertama kalinya. Yah, kupikir itu makan siang spesial anak-anak."
“Kamu masih mengingatnya kan.”
"Anak-anak TK tidak memesan salad Cobb atau makanan ala Jepang, kan?"
“...tapi ini kencan pertamaku dengan Sena, itu sebabnya.”
Arisaka menyembunyikan wajahnya dengan menu.
Dia sangat memikat. Aku bisa mati karena keimutannya.
“Tombol apa ini?” Arisaka mengalihkan topik dan menekan tombol panggil.
“Apakah anda memanggil?”
Tentunya, pegawai restoran datang untuk mengambil pesanan.
“Ee, itu. Kalau begitu Sena memesankan bagianku juga!” Dia yang kebingungan melemparkannya padaku.
“Nasi goreng porsi besar, pasta tomat seafood untuknya. Dua drink bar. Juga, kentang goreng. Arisaka, begini saja tidak apa-apa?
“Ya, tidak apa-apa.”
Setelah menerima pesanan, pegawai restoran itu mengulangi pesanan kami dam mengkonfirmasinya, lalu menutup tabletnya dan berkata, “Untuk drink bar silahkan gunakan yang disebelah sana.” Dan kembali.
"Hei, kenapa kamu memutuskan untuk langsung memesan? Kenapa pasta tomat seafood?"
“Aku memesan sesuatu yang lain ingin kumakan. Jika kau tidak menyukainya kau bisa bertukar dengan punyaku, daging dan seafood tidak berlebihan bukan? Aku juga tidak punya alergi dengan seafood. Untuk kentang goreng, kita bisa memakannya bersama.”
“...Sena itu, akan melakukan sesuatu tanpa pikir panjang jika memang harus melakukannya yaa.”
"Mau dessert di akhir?"
"Aku setuju dengan usulan itu"
“Baiklah.”
“Benar juga, bagaimana kalau berbagi pesanan kita?”
“Oke.”
“Kalau begitu, sudah diputuskan!”
Arisaka melihat menu lagi dengan gembira, dan aku juga menatapnya.
“...Sena. Apakah menyenangkan hanya melihatku?"
"Itu menyenangkan kok"
“Aku gugup karena tatapanmu.”
“Kalau begitu, aku akan mengambil minuman selagi memikirkan dessert untuk nanti. Mau minum apa?”
"Tunggu. Aku akan pergi bersamamu."
Kami berdua pergi ke sudut drink bar, dan Arisaka kembali bersemangat dengan mengoperasikan alat drink bar. "Ini, menarik. Ada berbagai jenis, dan kamu bisa minum sepuasnya," katanya, dengan mata bersinar seperti anak kecil.
Memang benar, saat aku masih kecil, aku juga merasa kalau itu menarik.
Kupikir kencan pertamaku akan lebih menegangkan.
Namun, ini adalah restoran keluarga yang tidak asing bagiku. Arisaka menikmatinya secara tak terduga, jadi aku tidak perlu canggung lebih dari yang diperlukan. Seperti yang kupikirkan, senyuman perempuan itu luar bisasa ya.
Tapi pada awalnya aku ingin berkencan dalam situasi di mana ada beberapa hal yang membuatku gugup.
Sambil diam-diam merasa lega, aku membasahi tenggorokanku.
Kami kembali ke meja dengan minuman ditangan, dan setelah beberapa saat, makanan datang.
“Itadakimasu.” Lalu dia memakan pasta tomat seafood.
Kupikir perkembangan biasa seperti ini luar biasa.
Aku juga merasa makanan yang biasa kumakan jauh lebih enak saat bersama arisaka.
Sambil mencicipi makanan penutup setelah selesai makan, aku memiliki satu hal terakhir yang harus dilakukan.
“Arisaka.”
"Tiba-tiba memasang wajah serius. Ada apa?"
Arisaka yang sedang memakan parfait dengan sendok panjang menghentikan tangannya.
“Kita masih punya hal penting yang harus diambil.”
“Kita meniknati waktu makan pada kencan pertama ini. Apakah ada lagi yang kamu inginkan?"
"Sebaliknya, kebanyakan pria dan wanita melakukannya sebelum berkencan."
"Eh. Itu tidak terlalu penting bukan."
"Ah. Alasan kita berdua menderita selama liburan musim semi adalah karena kita belum melakukan ini."
“Apa itu?”
"Ini adalah pertukaran intim yang mutlak diperlukan untuk memperdalam hubungan antara pria dan wanita. Pada akhirnya, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa kekasih yang melewatkan ini akan putus!"
Tanpa sadar aku menekankan kata-kataku.
“Memperdalam hubungan, pertukaran intim. Jika tidak dilakukan akan putus....mungkinkah itu---.”
Yoruka menahan nafasnya. Sepertinya dia sudah menebaknya.
“Tapi melakukannya sebelum berpacaran itu...sudah biasakah!? Itu adalah hal yang wajar!?”
"Sebaliknya, aneh mengapa kita belum melakukannya."
“Tidak mungkin. Urutannya nggak kebalik tuh? Bukankah itu yang terakhir? Apa semua orang melakukannya dengan mudah?”
Arisaka yang entah kenapa gemetaran lebih dari yang diperlukan, dan dengan wajahnya yang merah padam mengedipkan matanya dengan cepat.
"Aku ingin melakukannya sekarang juga!"
"Hal bodoh apa yang kamu katakan di restoran keluarga!?"
Arisaka berteriak dengan suara keras yang jauh melebihi pernyataan tekadku.
Tatapan mata orang-orang yang ada di restoran berkumpul dimeja kami. Arisaka tiba-tiba menyusut seperti kucing pinjaman.
Tln : (借りてきた猫/karitekita neko/kucing pinjaman) adalah pepatah yang artinya seseorang yang menjadi lebih tenang dari biasanya.
"Tapi, aku tidak ada maksud mengatakan hal bodoh apapun..."
Giliranku yang dibingungkan oleh reaksi gugup Arisaka.
"... Sena, apakah kamu selalu ingin melakukan itu sejak tahun lalu? Misalnya, apa kamu selalu memikirkan hal itu ketika kamu datang ke ruang persiapan seni?"
“Itu, ya begitulah.”
“Aku merasakan bahaya.”
“...Arisaka. Mungkinkah, kau memikirkan sesuatu yang memalukan dari tadi!?”
Diwaspadai oleh gadis cantik, aku harus segera meluruskan kesalahpahaman ini.
“Yang ingin kulakukan itu---bertukar kontak.”
“...kenapa sampai saat ini belum melakukannya ya?”
Pacarku ini bertanya dengan wajah serius. Dia kembali berbicara seperti biasanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Aura yang seperti mengatakan agar tidak menyentuh kesalahpahaman yang tadi luar biasa.
"Mungkin karena Arisaka selalu berpikir tidak membutuhkan teman bukan."
Sejak dia masuk sekolah, dia tidak bertukar kontak dengan siapa pun. Dia juga tidak masuk grup line. Lagipula, jika ada sesuatu dia akan menyampaikannya langsung.
"Soalnya, aku tidak punya hal yang ingin kubicarakan dan aku juga tidak punya orang yang aku ingin ajak berbicara.”
“Tapi kau mempunyai Line kan.”
“Aku hanya mengguakannya dengan keluargaku.”
"Bagaimana kalau menambahkan kekasih di sana?"
Aku mengatakannya lagi.
Kupikir dia akan langsung mengatakan “tentu saja”, tapi tiba-tiba Arisaka terdiam.
Dengan wajah tegas, dia terus-menerus menatapku.
“Tidak bolehkah?”
Aku tidak tahan dengan keheningan ini dan dengan takut-takut menanyakannya.
"Tentu saja, tidak apa-apa," katanya sambil tersenyum.
“...kejahilan Arisaka buruk untuk jantung”
Aku meletakkan dahiku di tepi meja dan menghela nafas dalam-dalam.
"Apakah kamu kesal?"
"Saat kau membuat lelucon, tolong buat itu sedikit lebih mudah dipahami."
Tidak ada celah di wajah serius seorang wanita cantik.
"Karena hari ini Sena yang memegang kendali, jadi aku ingin membuatmu sedikit terkejut."
Pacarku dengan polos mengatakan itu.
“Itu berlebihan.”
“Kalau itu pacarmu yang melakukannya seharusnya kau senang apapun yang dia lakukan.”
Dengan demikian, setelah membutuhkan waktu sekitar satu tahun, kami akhirnya bertukar kontak.