Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V1 Chapter 10

 Chapter  10 – Menuju sisi lain malam




""Terima kasih atas makanannya!!""


Aku dan Ei benar-benar puas dengan kelezatan steak hamburger buatan Yoruka.


Bahkan ada telur mata sapi di steak hamburger. Ada juga ninjin no gurrase dan salad kentang sebagai lauk nasi, sup miso, dan sayuran yang berwarna-warni, dan keseimbangan nutrisinya sempurna. Keahlian memasak Yoruka sangat mengesankan karena dia membuatnya begitu lezat hanya dengan bahan-bahan yang tersedia.

 

“Osomatsusama deshita.”

Tln : ungkapan kerendahan hati yang diucapkan oleh orang yang menyediakan makanan setelah makanan dimakan.


Yoruka tersenyum puas saat melihat makanan di piring kami yang tersapu bersih.


"Aku akan membersihkannya setelah ini, jadi Yoruka istirahat saja."


Aku membawa piring kotor ke wastafel.


"Jangan khawatir. Aku tidak benci mencuci piring."


"Saat memasak aku tidak membantu sama sekali, jadi biarkan aku melakukan ini setidaknya."


"Kalau begitu, ayo kita lakukan bersama," Yoruka datang ke dapur.


Sosok Yoruka dalam celemek dengan rambutnya yang diikat kuncir kuda berdiri di sampingku.


“Aku yang mencucinya, jadi Kisumi yang mengelapnya.”


 “Dimengerti.”


"... entah bagaimana, ini kebalikan dari biasanya ya."


“Apanya?” 


"Aku yang memberikan instruksi kepada perwakilan kelas."


“Tidak kusangka kamu tahu banyak tentang rumah tangga.”


“Aku suka pekerjaan rumah. Rasanya menyenangkan saat semuanya menjadi bersih, ‘kan.”


“Kamu pasti sudah terbiasa karena bisa membuat sesuatu tanpa melihat resep.”


"Aku sudah terbiasa dengan hal seperti itu. Aku bisa mengingat masakan rumah jika aku memasaknya beberapa kali."


"Hmm, apa Arisaka Yorka tidak punya kelemahan?" 


Aku tahu bahwa pacarku bisa melakukan apa saja.


“......  itu dikatakan oleh laki-laki yang selalu menyerang kelemahan orang lain.”


“Aku? Bagian mana?”


Untuk saat ini, aku sedang menahan diriku karena berbicara dengan Yoruka pada jarak dimana bisa merasakan nafasnya ditelinga.


“Percintaan.”


Yoruka menoleh sedikit. Ekor kuncir kudanya bergoyang dan tengkuk putihnya terlihat.


“Nee nee. Apa Kisumi-kun dan Yoruka-chan akan menikah?”


Tiba-tiba, adik perempuanku melontarkan kata-kata seperti bola cepat.


“Ap----!”


Piring terlepas dari tangan Yorka yang gemetar dan menari di udara.


Aku langsung bereaksi dan berhasil meraih piring sebelum jatuh ke lantai.


"Tangkapan yang bagus! Seperti yang diharapkan dari Kisumi-kun"


“Ei. Jangan mengatakan sesuatu yang tidak-tidak. Kami berdua masih SMA!”


“Seorang istri. Aku, istri Kisumi.... kyaa.”


Yoruka tersipu sambil berkhayal tentang masa depan.


“Tapi kalau Yoruka-chan menjadi Onee-chan, Ei akan sangat senang! Setiap hari juga bisa makan makanan enak.”


“A-aku jadi kakak ipar Ei-chan!! Apa bisa menjadi seorang kakak ipar?”


Disebelahku ada yang sedang bergembira karena baru saja membuat penemuan besar.


"Bahkan jika kami menikah, kami tidak akan tinggal bersamamu."


Atau harus kukatakan adik perempuanku ini mencoba menjadi parasit di rumah pengantin baru. Akan sulit bermesraan jika begitu.


"Eh, curang! Ei juga ingin tinggal bersama Yoruka-chan!"


"Jangan berkata egois."


"Kisumi-kun, apa kamu sebegitunya ingin memonopoli Yoruka-chan?" 


Pertanyaan polos dari adikku.


Jawabannya tentu saja sudah jelas.


"Ah. Yoruka adalah pacarku seorang. Aku tidak akan memberikannya kepada orang lain."


“K-K-K-Kisumi. Itu kan, la-lamara--....”


Seolah-olah akan meledak, Yoruka tidak bisa menyelesaikan kalimatnya dengan benar.


“Muu, ah benar! Yoruka-chan, menginaplah hari ini! Ayo kita bertiga tidur bersama!”


“”Ha?””


“Ayo lakukan itu! Itu menyenangkan lho! Yay!”


“Jangan memutuskan seenaknya!”


Aku dengan buru-buru menghentikan amukan adik perempuanku.


“Hujannya masih sangat deras dan sulit untuk Yoruka-chan pulang. Selain itu mama dan papa juga tidak ada.”


“Eh?” “Ah, bodoh.”


Adik perempuan yang dengan mudahnya membongkar rahasia, padahal sudah berjanji untuk tetap diam tentang kedua orang tua kami yang tidak ada.  Inilah sebabnya anak-anak harus mengikuti program wajib belajar!!


Yoruka juga berubah dari keadaannya yang bergembira sebelumnya dan menjadi canggung.


“Maaf. Aku juga lupa sampai Ei memberitahuku. Bukannya aku beramaksud menyembunyikannya.”


“Ah, ya... begitu, ya.” 


“Keluarga Yoruka juga akan khawatir jadi tidak mungkin untuk menginap, ‘kan.” 


Aku mencoba untuk menolak ide adikku dengan alasan yang sangat realistis.


Karena, aku pasti tidak akan bisa tidur jika di bawah satu atap yang sama dengan anak yang kusuka.


“...... erm,  kedua orang tuaku sedang dalam perjalanan bisnis jangka panjang ke Amerika Serikat, jadi jangan khawatir. Onee-chan tinggal di lab universitas seperti biasa, jadi tidak apa-apa."


Dia setuju! Pacarku ternyata sangat jujur. Kamu tidak menolaknya? Bahkan jika kamu menghindarinya disitu aku tidak akan mengatakan keluhan apapun. 


“Yay, sudah diputuskan ya! Aku menantikannya!"


Sambil melihat adik perempuanku yang sangat bergembira, aku menannyakan perasaan Yoruka yang sebenarnya.


“Apa benar-benar tidak apa-apa?”


“Aku sudah mandi, jadi aku tidak mau jika pulang dan basah-basahan lagi. Ya, karena itu...... begitulah.”


Dua huruf ‘NO’ tidak keluar dari mulut Yoruka.


Seseorang, tolong berikan aku hati cadangan. Punyaku seperti mau meledak.

***


Adik perempuanku dengan keras kepala meminta untuk tidur bersama, jadi aku meletakkan futon untuk tiga orang di kamar bergaya Jepang, yang merupakan kamar tamu. Ketika Yoruka menawarkan bantuan, dia dipaksa adikku untuk menemaninya. 


Setelah itu, aku akhirnya mendinginkan kepala sambil mandi.


Saat aku mendapatkan kembali ketenanganku dan memikkirkannya lagi, kami akan tidur bertiga.


Bukan hanya berdua, atau sesuatu seperti itu.


Berbaris membentuk kanji sungai, kami akan sedikit begadang sambil mengobrol dan memperdalam persahabatan kami. Tidak lebih dan tidak kurang. Lalu tertidur dan pagi pun datang.

Tln : 川, kanji sungai


“Benar, hanya seperti itu! Ahaha!”


Sambil mengatakan kata-kata positif dan damai, aku melanjutkan mandiku dengan air dingin.


Lenyapnya keinginan duniawi! 




Ketika aku kembali ke ruang tamu setelah aku mendinginkan diri sampai ke inti tubuhku, aku melihat Yoruka dan Ei sedang menonton variety show di TV.


“Kalian benar-benar akrab ya.”


“Karena Yoruka-chan baik.”


Adikku menempel pada Yoruka, memeluknya dan tidak mau melepaskannya. Sial, tidak ada ‘menahan diri’ bagi anak SD ya.


“Apa kamu cemburu pada Ei-chan?"


Pacarku menggodaku seolah-olah dia melihat menembusku.


“Anak itu, punya kebiasaan memeluk. Jika kamu melepaskannya itu akan seperti Konakijijii,  jadi bersiaplah.”

Tln : 子泣きじじい/ konakijijii, hantu dalam cerita rakyat Jepang dengan bentuk seorang lelaki tua kecil dan memiliki tangisan bayi.


“Itu biasa untuk anak perempuan, ‘kan. Aku juga sering memeluk boneka.”


“Apa hanya boneka?”


“...., waktu itu adalah hadiah! Jadi itu spesial”


Yoruka yang mengingat pelukan di ruang kesehatan menyangkal.


“Selanjutnya, kapan ya~~”


Aku meneruskan kata-kata yang menghasut.


Sambil berlagak sebaik mungkin agar pikiran terdalamku tidak terlihat, aku duduk di tepi sofa.

 

Ei menjelaskan ini dan itu pada Yoruka yang biasanya tidak menonton TV.


Sambil mendengarkan percakapan antara dua orang yang berisik itu dari samping, aku menyadari bahwa ini adalah pertama kalinya Yoruka berbicara begitu banyak.


Tidak ada aura dingin seperti saat di kelas, dan dia memperlakukan adik perempuanku sebagai Onee-san yang baik. Tidak ada tanda dia memaksakan diri. Dia bertingkah dengan alami, dan tidak ada kecanggungan.


“Yoruka. Jika sudah lelah dengan omong kosong Ei, tidak apa-apa mengabaikannya.”


"Ei-chan pandai berbicara, jadi ini menyenangkan."


“Ehehe. Aku dipuji.” Kata siswa kelas 4 SD itu dengan bangga.


“Itu hanya sanjungan, jangan menganggapnya serius.”


Aku bergumam kecil sehingga dia tidak bisa mendengarku.


“Kisumi. Kamu kadang-kadang dingin pada Ei-chan.”


“Saudara memang seperti itu. Yoruka juga tidak mungkin selalu rukun dengan kakakmu, ‘kan?”


“Kakakku suka berubah-ubah pikiran. Dia hanya datang saat dia mau. Karena itu, aku sedikit iri pada Ei-chan.”  


“Iri?”

 

“Ya. Entah bagaimana, Kisumi selalu menemaninya, ‘kan. Bahkan saat kamu marah, kamu tidak akan pernah mengabaikannya. Saat aku datang bermain hari ini, aku juga memahami kalau Kisumi itu  pandai merawat orang lain.”


“Karena usia kami terpaut tujuh tahun. Jika aku mengalihkan pandangan aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan, dan orang tua kami tidak mungkin ada sepanjang waktu jadi secara alami aku harus merawatnya. Sepertinya sudah jadi kebiasaan.”


“Intinya, Kisumi adalah Onii-chan yang baik ya.”


Yoruka dengan serius memujiku.


“Terima kasih. Hari ini kamu banyak memanggilku ‘Kisumi’ ya.”


“...... sekarang kamu mengatakannya, benar juga.”


Tidak sadar kah.


"Mungkin aku cukup santai di sini. Mungkin berkat Ei-chan."


Adikku yang terpaku pada TV entah sejak kapan, tidak mendengar kata-kata Yoruka.


“Aku, sering menghabiskan malam sendirian, jadi suasana ramai seperti ini terasa menyegarkan.”


“Bukankah kamu benci keramaian?”


“Kalau yang ini aku menyukainya.”


“Yoruka. Kamu bisa datang dan mengunjungi kami kapan saja di waktu luangmu."


“...... benarkah?”


 “Aku tidak bisa memberikan hiburan tapi Ei menyambutmu, aku juga senang bisa bersama denganmu, jadi---“


Sebelum aku selesai mengatakannya, Yoruka menggenggam tanganku.


Aku juga diam dan menggenggam balik.


Sekarang pun hujan masih turun di luar jendela.

***


Jam tidur siswa SD itu lebih awal.


Adik perempuanku yang duduk di kelas empat SD sudah mengantuk saat jarum jam berada di angka sembilan.


"Ei. Sikat gigimu sebelum tidur. Pastikan sikat gigimu dengan benar."


“Ya~.”


 Aku mengantar adikku yang menjawab dengan suara mengantuk ke kamar mandi.


“Yoruka, gunakan ini,” aku memberi sikat gigi cadangan padanya yang berada di sebelahku.


“Terima kasih.”


Entah kenapa, tiga orang berbaris dan menyikat gigi.


Berpindah ke kamar tamu, Ei melompat ke arah tiga futon yang berjejer.


“Ei ada di tengah!”


“Jangan melompat seperti itu. Debunya beterbangan.”


“Buu~. Ayo perang bantal.” Kata Ei tidak puas.


“Lakukan itu dengan teman sekelasmu saat belajar kelompok atau darmawisata sekolah. Siswa SMA tidak akan menemanimu.”


Aku menyelimutinya, dan membuatnya tenang.


“Yoruka di bagian dalam. Aku tidak apa-apa di dekat pintu. Jika ada masalah jangan sungkan untuk membangunkanku.”


“Aku mengerti.”


"Oke, kalau begitu aku akan mematikan lampunya."


Lampu di kamar tamu padam.


Aku juga dengan cepat menyelinap ke futon dan merilekskan seluruh tubuh.


Ei dan Yoruka sedang berbicara dengan berbisik-bisik.


Aku tidak terlalu bodoh untuk mengganggu pembicaraan gadis di sebelahku.


Segera setelah aku berbaring di atas futon yang empuk, benang ketegangan putus dan aku langsung merasa mengantuk. Hari ini terlalu banyak perselisihan, dan mungkin aku juga lelah secara mental.


Aku bersyukur untuk ini.


Karena adikku menjadi tembok, jadi aku tidak perlu memikirkan hal yang tidak tidak saat aku tidur.


Aku menyerah pada perasaan tenang ini dan tertidur dalam waktu singkat.




Ei-chan tertidur saat aku sedang berbicara.


Sepertinya Kisumi juga tertidur lebih awal.


Aku satu-satunya yang masih terjaga.


"Entah bagaimana, ini menjadi hari yang luar biasa."


Aku bisa pulang jika aku mau. Tapi aku memilih untuk menginap.


Bahkan jika aku mengatakannya sendiri, itu adalah keputusan yang berani.


Jelas ini melewatkan beberapa langkah, aku menginap dirumah pacarku.


Sekarang aku telah berpacaran dengan Kisumi, dan aku selalu seperti ini. Aku bisa dengan mudah mencapai hal-hal yang tidak bisa kulakukan sendiri. Menakutkan, tapi jika bersama dengan Kisumi keberanianku terus tumbuh.


"Aku senang kamu menikmati makanannya."


Ini adalah pertama kalinya aku menyajikan masakanku kepada seseorang selain keluargaku, dan sejujurnya aku sangat gugup. Itu sebabnya aku sangat senang melihat Kisumi dan Ei-chan makan dengan lahap. 


Saudara yang tidak ada rasa sungkan satu sama lain, namun terikat dengan kasih sayang yang dalam.


Kupikir Ei-chan diberkati karena memiliki kakak yang sangat bisa diandalkan.


“Sepertinya aku yang cemburu, ya.”


Adik perempuannya, yang tidur dengan wajah tidur yang imut, hampir setiap hari bisa dimanjakan oleh Sena Kisumi.


“Enaknya~”


Aku menyukainya, tetapi sepertinya aku lebih menyukai Kisumi daripada yang kusadari.


Ini pertama kalinya aku begitu menyukai orang lain, jadi bagaimana aku harus menangani perasaan ini.


Perasaan menginginkannya dan malu, rasa lega dan cemburu bercampur aduk, membuatku selalu gelisah.


--- aku  bertanya-tanya jika Kisumi menghilang, apa yang akan terjadi padaku.

 

“Perempuan yang menyusahkan.”


 Aku mencela diri sendiri dan mencoba mengerem perasaanku.


Meski aku mengatakan seperti itu, kejadian hari ini yang datang ke hatiku hanya mempercepat perasaanku.


Aku selalu menghindari hubungan dengan orang lain.


Semua keberadaan selain diriku adalah musuh, benda asing yang memberi stres, mengganggu dan menyusahkan.


Namun aku tidak bisa menolak saat anak laki-laki bernama Sena Kisumi menyatakan perasaannya.


Semakin banyak waktu yang aku habiskan sebagai kekasih dengan Kisumi, semakin aku tiba-tiba teringat saat aku berpisah dengannya.



Aku, takut bergantung pada orang lain.



Aku tidak berpikir romansa SMA akan bertahan seumur hidup. Aku takut terluka lebih dari ini, jadi aku tidak ingin masuk terlalu dalam. Apa yang akan terjadi padaku jika cintanya surut. 

 

"Aku tidak bisa tidur, Kisumi."


Kegembiraan berada di rumah kekasihku dan kecemasan tentang masa depan, tidak peduli berapa lama waktu berlalu tidak membiarkanku tidur.


Disisi lain Ei-chan, ada orang yang kusuka yang sudah tidur.


Curang. Tanpa tahu pikiranku ini. 


Karena itu, ini hanyalah angan-angan tiba-tiba di malam tidak bisa tidur.


Tanpa membuat suara, aku keluar dari futon.


Melenyapkan suara langkah kakiku, aku dengan pelan berpindah ke tempat Kisumi tidur.


Aku berjongkok dan melihat wajah tidurnya. Ia tidur nyenyak.

 

Dengan pelan aku menyelinap ke futonnya. Kemudian dengan takut-takut menyentuh lengannya dan menyandarkan tubuhku.


Aku sangat lega dan senang dengan suhu dan baunya yang kurasakan dengan seluruh tubuhku.


Kupejamkan mataku agar perasaan itu melebur menjadi perasaan bahagia, sambil berharap waktu ini akan berlanjut untuk selamanya. 

***


Semakin cepat waktu tidur, semakin cepat waktu bangun.


Aku merasakan sensasi lembut dan hangat di sisiku.


Ketika aku mencoba untuk menggerakkan lengan kananku, itu terhalang oleh elastisitas yang lembut dan nyaman.


“Apa...?”



Dengan setengah tertidur, aku melihat kearah kananku.


Wajah tertidur Yoruka ada disana.


“--- eh, kenapa.”


Aku meredam suaraku, dan terkejut.


Yoruka seharusnya tidur di sisi lain Ei. Kenapa sekarang ada tepat disebelahku.


Apa ini mimpi? Meski sambil meragukannya, aku memang mendengar suara napas orang tidur di dekat telingaku.


Menempel tepat di sebelahku, Yoruka sedang tidur dengan nyenyak.


Jika aku bergerak sembarangan dan membangunkannya, itu bahaya. Aku dengan hati-hati hanya menggerakkan leher dan melihat kearah adikku.


Karena posisi tidurnya yang mengerikan, entah sejak kapan dia sudah menempati futon Yoruka.


Apa dia bangun ke toilet di tengah malam dan menyelinap ke futon-ku saat masih setengah tertidur?


Aku tidak bisa berpikir kalau Yoruka masuk ke futon-ku atas kemauannya sendiri.


“Wajahnya terlihat sangat bahagia.” 


Aku ingin merasakan waktu terbaik ini selama mungkin, begitulah pikirku. Sentuhan lembut kulit Yoruka terasa hangat. Meskipun dia menggunakan sampo di rumahku, anehnya aromanya sangat harum.


Lalu, Yoruka menjadikanku gulingnya dan memelukku dengan seluruh tubuhnya.


Lengannya yang kurus bersandar di dadaku dan kakinya yang lembut bersandar dengan kuat di sekitar tubuh bagian bawahku.


Jika aku mencoba menyelinap keluar, pasti dia akan terbangun. Dengan kata lain, situasi ini sangat menggairahkan bagi anak laki-laki SMA. Jika aku melihat ke bawah, aku bisa melihat dengan  jelas belahan dadanya yang dalam dari kerahnya yang longgar.


Woah--- apa ada hal lain yang membuatku merasa sangat bahagia padahal kebebasan fisikku dirampas? 


Hujan berhenti sepenuhnya di malam hari, dan cahaya yang menembus shouji menunjukkan bahwa hari masih pagi.

Tln : 障子/ shouji, panel dari rangka kayu berlapis kertas transparan. Kertas pelapis dapat berupa washi atau kertas bercampur serat sintetis.


Ini adalah situasi seperti mimpi dimana aku bisa kembali tidur bersama gadis cantik sepertinya.


“Hmm,”


Kemudian, adikku yang berbalik di sisi lain datang ke sisiku.


Tunggu. Tidak peduli seberapa buruk tidurmu, itu akan melebihi dua futon.


Inilah adikku. Terlebih lagi, Ei menempel di lenganku seperti koala dan aku benar-benar terjebak.


Terjepit oleh pacar dan adik perempuanku, aku tidak bisa lagi melarikan diri.


Setelah sekitar tiga jam berlalu, Yoruka terbangun sejenak.


Yoruka menatap wajahku, yang sudah menyerah dengan keadaan, dengan mata mengantuk.


“Ah, ada Kisumi. Ha~an.”


Dengan keadaan setengah bermimpi, dia memelukku lebih erat, mengeluarkan suara lirih 


Wanita muda yang buruk saat bangun tidur!

 

Yoruka yang sepertiya masih setengah tidur melingkarkan lengannya di leherku, dan tanpa henti menekankan dadanya ke tubuhku. Aku merasakan sensasi yang sangat lembut.


 Kenapa bisa selembut ini padahal tubuhnya ramping.


Dekat, terlalu dekat, apa masih akan mendekat lagi? Arisaka Yoruka yang tanpa pertahanan!


“Aku sudah pada batasku!”


Rasa bersalah dan kegembiraan hati nuraniku mencapai batasnya, dan aku sangat ingin melompat keluar dari futon.


Aku berguling keluar dari kamar tamu ke koridor dan berlari ke ruang tamu.




Aku terbangun karena pelarian darurat Kisumi.


Aku melamun untuk sementara waktu. Saat aku menyadari bahwa aku berada di posisi yang berbeda dari tempat seharusnya aku tidur, aku ingat apa yang kulakukan tadi malam. 


“Hi-hyaaaaa-------!?”


Api sepertinya akan keluar dari wajahku dan tanpa sadar aku bersembunyi ke dalam futon.


Di dalamnya aku merasakan kehangatan dan aroma Kisumi, akhirnya aku menggeliat sebentar dengan sensasi yang tak terlukiskan ini.

***


“Selamat pagi, Yoruka.”


“Selamat pagi, Kisumi.”


Kami bertemu di ruang tamu seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan sarapan bersama.


Di meja makan, hanya Ei yang berbicara, aku dan Yoruka hanya mengangguk untuk memberikan respon.


Tidak ada percakapan yang bisa disebut percakapan ditengah perjalanan mengantar Yoruka, yang sudah berganti pakaian menggunakan seragamnya yang sudah kering, ke stasiun.

 

Namun, itu adalah waktu yang sangat menyenangkan untuk berjalan bersama di udara segar di pagi hari setelah hujan.


Aku yakin Yoruka memiliki perasaan yang sama.