Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika ada kesalahan ejaan, salah ketik dan yang lainnya, tolong berikan feedback di kolom komentar

Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V5 Chapter 3

Bab 3 - Band Ini Punya Masalah




"Mustahil. Aku sama sekali tidak akan bisa memainkan gitar dengan baik!"


Konsentrasiku benar-benar habis, dan aku mengeluh dengan suara lantang.


Aku meletakkan gitar di stand dan terjatuh ke lantai dalam posisi terlentang membentuk huruf "X".


Ujung jariku yang menekan senar terasa sakit, dan lenganku lelah karena membungkuk memainkan senar. Tangan kananku yang memegang pick tampaknya terlalu tegang, karena saat aku melepaskannya, sensasi kesemutan perlahan menjalar. Bahuku yang ditekan oleh strap gitar juga terasa berat.


Tinggal tiga minggu lagi hingga festival budaya di bulan November.


Semakin mendekati hari pertunjukan, semakin besar pula rasa cemas yang kurasakan.


"Bimbingan Kanou-san makin lama makin seperti pelatihan militer, ya?"


Yoruka berjongkok di sampingku, seakan mengkhawatirkanku.


Tiga orang lainnya sedang pergi membeli makan siang.


"Lagu orisinal yang dibuat dan dikarang oleh Kanou Mimei. Meskipun memiliki progresi akor yang sederhana agar mudah dimainkan oleh pemula sepertiku, lagu ini memiliki melodi yang bisa membuat penonton ikut terbawa suasana. Cocok untuk dibawakan di atas panggung. Ditambah lagi, dia memberikan bimbingan intensif sepulang sekolah. Tapi meskipun sudah berlatih sebanyak ini, aku masih belum bisa memainkannya tanpa satu pun kesalahan!"


"Dibandingkan saat kamu pertama kali mulai di musim panas, permainanmu sudah jauh lebih baik. Apalagi kita sedang berlatih tiga lagu sekaligus. Dalam satu setengah bulan, kemajuanmu sudah luar biasa."


"Kata-kata penghiburanmu benar-benar membuatku ingin menangis."


Saat aku menoleh ke samping, mataku tertuju pada kaki indah Yoruka yang terbungkus kaus kaki setinggi paha. Tatapanku naik ke atas, melihat paha putih dan mulusnya yang tampak begitu memukau, dan akhirnya menuju ke balik rok---


"Lihat ke mana?"


Yoruka segera merapatkan kedua kakinya dan menekan bagian belakang roknya dengan tangan. Sebuah pertahanan sekuat tembok besi pun tercipta, menghalangi tatapanku yang tidak senonoh.


"Eh, aku hanya mencari hiburan visual sedikit."


"Mesum."


"Hatiku sudah begitu lelah sampai ingin melarikan diri ke hal-hal yang lebih erotis."


"Ini pertama kalinya aku melihat Kisumi sampai mengeluh seperti ini."


"Aku sedang menghadapi batasan seorang manusia biasa."


"Kamu berlebihan. Kamu berlatih dengan begitu serius sampai berkeringat seperti ini, wajar saja kalau kamu kelelahan. Setelah makan siang, kamu pasti akan membaik."


Berbeda dari biasanya, kali ini Yoruka yang berusaha menyemangatiku.


"Aku mungkin kena dehidrasi."


"Minumlah yang cukup."


Yoruka meletakkan botol airku di dekatku.


Tinggal satu tegukan terakhir.


Setelah menelannya sekaligus, tenggorokanku masih terasa kering.


"Tidak cukup. Semuanya hilang karena keringat masa mudaku."


"Kalau kamu tidak bisa menunggu sampai yang lain kembali, pergilah ke water cooler di lantai satu."


"Tidak bisa. Aku bahkan terlalu malas untuk bergerak."


"Kelihatannya kamu benar-benar lelah ya."


"......Aku benci betapa tidak becusnya diriku."


"Jangan merajuk. Wajar saja pemula mengalami kesulitan."


"Aku sudah berlatih sampai kurang tidur, tapi tetap saja tidak ada tanda-tanda peningkatan."


Aku menatap langit-langit. Justru karena aku berusaha dengan serius, rasanya semakin frustrasi ketika tidak bisa memainkannya dengan sempurna.


"Masih ada waktu sebelum hari pertunjukan, jadi jangan terlalu terburu-buru. Kisumi pasti bisa."


"Ya......" jawabku dengan suara lemah.


"Kisumi?"


Gawat. Karena berbaring, aku mulai mengantuk. Kelopak mataku perlahan turun dengan sendirinya.


Saat itu juga, aku merasakan kehangatan lembut yang menempel di sisiku.


"......Kalau tidur di lantai, seragammu akan kena debu."


"Karena orang yang kusukai sedang tidur, aku juga mau ikut istirahat."


Yoruka pun berbaring di sampingku.


Ruangan latihan yang sebelumnya dipenuhi suara musik keras, kini tiba-tiba menjadi sunyi senyap.


Yoruka kemudian mendekatkan hidungnya ke leherku.


"Aku bau keringat, kan?"


"Baunya kusuka."


"Aku tidak pakai parfum, lho."


"Aku suka bau Kisumi."


"Itu......membuat jantungku berdebar."


"Aku juga mau minum sesuatu."


Lalu, lidah Yoruka menjilat area sekitar tulang selangkaku.


"Y-Yoruka!?"


"Apa?"


"K-kamu tadi......menjilatku?"


"Rasanya asin."


"Tentu saja, itu keringat!"


Saat aku kembali menoleh ke arahnya, wajah Yoruka sudah berada sangat dekat denganku.


Ini bukan pertama kalinya aku berada dalam situasi di mana pacarku begitu dekat denganku sambil berbaring. Aku teringat kejadian saat awal kami berpacaran di musim semi, ketika Yoruka menginap di rumahku karena terjebak hujan deras.


Saat itu, kami masih sama-sama canggung dalam menjaga jarak. Hanya menghabiskan malam di ruangan yang sama sudah membuatku gugup, dan aku begitu terkejut ketika keesokan paginya aku terbangun dengan Yoruka yang tidur tepat di sampingku. Aku bahkan tidak bisa bergerak, dan pada akhirnya, justru aku yang melarikan diri saat Yoruka dalam keadaan setengah sadar memelukku.


Tapi sekarang, kami bisa berbaring berdampingan secara alami.


"Kita benar-benar dekat, ya."


"Ya."


Kata-kata tidak lagi diperlukan, kami perlahan saling mendekat sehingga bibir kami bisa bersentuhan.


"Hei! Kalian berdua dilarang bermesraan saat latihan! Ini tempat sakral untuk bermusik, jadi jangan gunakan untuk hal lain!"


Kanou Mimei, pemimpin band kami, R-inks, kembali ke ruangan dengan rambut pirangnya yang panjang berkibar. Dia adalah orang yang mengajariku gitar, seorang multi-instrumentalis jenius dengan teknik luar biasa, serta sosok karismatik di klub musik ringan.


Ketika berlatih, dia berubah menjadi instruktur yang sangat tegas.


Di belakangnya, teman sekelas kami, Miyauchi Hinaka, dan ketua OSIS, Hanabishi Kiyotora, membawa kantong berisi makan siang kami sambil tersenyum pahit.


"Sumisumi dan Yoruyoru benar-benar pasangan yang mesra ya."


Miyachii, gadis mungil berambut pirang yang sudah mengenal kisah cinta kami sejak awal, menyipitkan matanya dengan lembut.


"Punya pacar yang saling mencintai itu menyenangkan, ya."


Hanabishi, cowok tampan yang banyak pengalaman cintanya, menatap kami dengan tatapan iri.


Kami buru-buru bangkit dan mencoba memberikan alasan.


Vokalis: Miyauchi Hinaka, Gitar: Sena Kizumi, Bass: Kanou Mimei, Keyboard: Arisaka Yoruka, Drum: Hanabishi Kiyotora


Lima orang yang membentuk band R-inks.

◇◇◇



Begitu kami berlima selesai makan, kami langsung melanjutkan latihan sore.  


"Senakisu, permainan jarimu masih kasar. Dengan sentuhan seperti itu, kau tak akan menghasilkan suara yang indah. Cintailah musik lebih dalam! Sentuhlah lebih lembut, sehalus saat menyentuh seorang gadis! Bayangkan bahwa kau ingin membuat Arisaka-san bersuara lebih indah!"  


"Fweh!?"  


Yoruka, yang mendengar itu di sampingnya, berseru dengan suara nyaring dan tanpa sengaja menekan tuts keyboard hingga menghasilkan nada yang sumbang.  


Latihan pun terhenti.  


"Kanou, hentikan lelucon mesum itu. Yoruka sangat lemah terhadap hal semacam ini."  


"Bukan begitu! Aku serius memberi saran!"  


"Pemikiranmu terlalu tajam ke arah yang aneh."  


"Kalau hanya melakukan hal biasa, kita tak akan bisa menghasilkan sesuatu yang istimewa!"  


Kanou Mimei membalas dengan ekspresi serius.  


Dengan tubuh proporsional yang tidak biasa dimiliki orang Jepang, fitur wajah yang tegas dan mencolok, kulit kecokelatan yang sehat, serta rambut pirang dengan tekstur khas, sekilas dia terlihat seperti seorang gal. Namun, sebenarnya dia adalah keturunan seperempat darah Latin.  


Bisa dibilang, dia adalah seorang "berserker musik."  


Dia adalah anak emas dunia musik, terlahir untuk menyatu dengan seni itu.  


Namun, pemain hebat belum tentu pelatih hebat.  


Karena gaya mengajarnya sangat mengandalkan insting jeniusnya, dia sering menggunakan onomatope dan ekspresi unik dalam menjelaskan sesuatu.  


Jika terlalu fokus mencoba memahami maksud Kanou, tangan bisa jadi kehilangan kendali.  


Kanou tidak marah hanya karena seseorang melakukan kesalahan.


Dia justru selalu memberikan dorongan dengan semangat yang luar biasa dan tanpa henti mendukung orang lain.  


Kami tahu bahwa sikapnya itu murni tanpa niat buruk.  


Kami tahu, tapi tetap saja, ekspektasinya terasa agak berat.  


"Kanou, apa kau selalu sebersemangat ini saat mengajari anggota bandmu?"  


"Semakin mereka berkembang, semakin seru musik yang bisa kami mainkan bersama!"


"Akan lebih menyenangkan jika kita bisa bermain musik dengan lebih baik, bukan?"


"...Sekarang aku paham kalau alasan band Kanou sering bubar bukan hanya karena urusan cinta. Aku minta maaf, bahkan kalau itu hanya bercanda, aku tidak seharusnya menyebutmu 'penghancur band'."


"Sekarang aku punya R-inks, jadi aku tidak peduli."


Kanou tampaknya hanya peduli pada bermain musik dalam band dan tidak memikirkan pendapat orang lain.


Dengan menerima bimbingan langsung seperti ini, aku menyadari bahwa anggapanku selama ini, bahwa semua pembubaran bandnya hanya karena urusan asmara, sangat dangkal.


"Sena-chan, maksudmu apa?" tanya Hanabishi menggantikanku.


"Orang-orang yang masuk band karena tertarik pada Kanou, meskipun awalnya punya niat tersembunyi, tetap berusaha menanggapi bimbingannya dengan serius."


"Itu wajar. Seorang pria ingin diakui oleh seseorang yang menarik perhatiannya."


Baca novel ini hanya di Gahara Novel


Hanabishi menyetujuinya tanpa ragu.


"Tapi, semakin mereka berlatih dengan serius, semakin mereka menyadari betapa besarnya perbedaan bakat antara mereka dan Kanou. Mungkin karena itu mereka mulai merasa terbebani dalam bermusik. Kanou sangat mencintai musik, jadi dia terus memberikan dorongan. Tapi justru itu bisa menjadi tekanan, dan mungkin ada yang akhirnya memutuskan untuk keluar dari band."


"Ironis sekali. Cinta Mimei terhadap musik justru menjadi bumerang baginya."


Gaya bicara Hanabishi yang seperti seorang filsuf entah bagaimana terasa cocok untuknya.


"...Senakisu, apa menurutmu caraku mengajar terlalu berat?" 


Kanou bertanya dengan hati-hati.


"Jangan konyol. Agar tidak mempermalukan diri sendiri saat tampil nanti, latihan keras dari seorang pelatih kejam itu mutlak diperlukan."


Aku sendiri yang memutuskan untuk berdiri di atas panggung sebagai gitaris R-inks di festival budaya.


"Itu dia, Senakisu! Begitu seharusnya!"


Melihat Kanou yang langsung kembali ceria, aku segera menegaskan sesuatu.


"Tapi, dengar baik-baik! Dengan kemampuanku saat ini, aku hanya bisa bermain gitar sebatas mengikuti partitur. Asalkan aku bisa bermain tanpa menghambat yang lain saat tampil nanti, itu sudah cukup."


"Terlalu naif. Kau masih berada dalam tahap dasar. Saat ini kau sedang membangun pondasi. Selain itu, jangan puas hanya dengan bermain sesuai partitur! Tujuan kita jauh lebih tinggi!"


"Jadi, kau ingin membentukku menjadi seperti apa, Kanou?"


"Yang aku harapkan adalah agar kau bisa menuangkan perasaanmu ke dalam musik, persis seperti yang kurasakan."


"Itu terdengar sangat abstrak dan tingkatannya terlalu tinggi bagiku."


"Kau hanya belum bisa membayangkannya karena masih pemula. Tapi nantinya, kau tidak akan puas hanya dengan bermain sesuai partitur. Kau pasti akan ingin mengekspresikan emosimu melalui musik."


Kanou mengatakannya dengan penuh keyakinan.


"Aku tidak yakin bisa mencapai titik itu."


"Bukan soal yakin atau tidak, tapi soal dorongan dari dalam dirimu, Senakisu."


"Benarkah begitu?"


Saat ini aku masih terlalu sibuk mencoba memainkan nada yang benar, jadi sulit bagiku membayangkan hal itu.


"Kuharap kau bisa mencapai tahap itu sebelum hari H nanti, Senakisu."


"Menetapkan target yang terlalu tinggi hanya akan membuat semua orang sengsara."


"Tidak juga!" kata Kanou dengan mata berbinar. Dia seolah tak melihat kemungkinan lain selain kesuksesan.


"Kanou, kebanyakan penonton nanti datang untuk menyaksikan permainanmu. Tidak mungkin aku bisa menyamai levelmu sebelum festival budaya."


Tak seperti di manga shonen, rasanya sulit membayangkan aku tiba-tiba membangkitkan bakat tersembunyi dan menjadi jauh lebih baik dalam sekejap.


"Yang ingin aku tunjukkan dalam konser nanti adalah 'chemistry' yang khas dari R-inks. Ini bukan hanya soal teknik bermain. Kalau kau sudah menjadi bagian dari band ini, maka kau juga menjadi salah satu pemeran utama. Tak ada yang hanya sekadar pelengkap."


Kanou menegaskan pendapatnya dengan penuh semangat.


"Aku akan berusaha sebaik mungkin dan ingin memberikan penampilan terbaik. Tapi bagi seorang pemula sepertiku, tampil di acara puncak festival budaya terasa seperti tantangan yang terlalu besar."


R-inks dijadwalkan menjadi penampil utama di hari kedua festival budaya, menutup acara di panggung utama.


Dengan reputasi dan ekspektasi tinggi terhadap Kanou Mimei, keputusan untuk menjadikan R-inks sebagai penampil terakhir sudah ditetapkan sejak awal.


Alasan kami mengikuti audisi klub musik ringan juga lebih untuk memenuhi keinginan Kanou agar dia bisa menilai kesiapan kami.


Tapi kalau boleh jujur, performa R-inks saat audisi jauh dari kata mengesankan.


---Band ini punya masalah.


Pertama, tingkat keterampilan tiap anggota sangat bervariasi.


Kanou Mimei, sebagai bassist, memiliki teknik bermain yang selevel dengan profesional. Bahkan, audisi bisa dibilang sukses hanya karena groove dan permainan bass-nya yang luar biasa.


Di sisi lain, aku hanyalah seorang pemula. Tidak perlu dijelaskan lebih lanjut.


Hanabishi, sebagai drummer, memainkan ritme dengan presisi yang baik dan menjadi penopang band. Namun, menurut Kanou, permainannya kurang menarik. "Ritmemu memang rapi, tapi tidak ada emosi, jadi terdengar mekanis," begitu kritiknya. Mendengar itu, Hanabishi hanya bisa tersenyum masam.


Miyachii, sang vokalis, memiliki suara yang stabil dan tidak menunjukkan masalah saat tampil di depan anggota klub musik ringan. Setidaknya, bagiku suaranya terdengar bagus. Tapi Kanou tetap memberinya kritik abstrak, "Hinaka terlalu menahan diri, coba lebih menonjolkan dirimu." Dari ekspresi Miyachii, tampaknya dia menyadari ada benarnya dalam kritik itu.


Dan terakhir, ada Yoruka. Secara teknis, dia sangat bisa diandalkan---aku sendiri bisa menjaminnya. Kanou juga tampaknya mempercayainya. Namun, begitu dia harus tampil di depan penonton, dia menjadi tegang dan mulai banyak melakukan kesalahan. Permainannya menjadi kaku, dan dia tidak bisa menunjukkan kemampuan aslinya.


"Kalau semua orang dianggap sebagai pemeran utama, aku malah bingung. Saat tampil nanti, aku lebih berharap perhatian penonton terfokus pada Kanou-san."


Yoruka mengungkapkan kegelisahannya dengan jujur.


"Itu sulit. Arisaka-san memiliki pesona yang luar biasa. Tidak semua orang bisa memilikinya. Bahkan jika banyak gadis cantik naik ke atas panggung, bukan berarti semuanya akan meninggalkan kesan yang mendalam. Tapi, Arisaka-san memiliki sesuatu yang istimewa yang membuatnya tetap diingat."


Kanou menyatakan itu dengan penuh keyakinan. Mungkin karena kedua orang tuanya bekerja di industri musik, dia sudah sering menyaksikan panggung para profesional secara langsung. Karena itulah, ucapannya memiliki bobot yang tak bisa disangkal.


Aku juga sependapat dengannya.


Gadis istimewa seperti Yoruka memang selalu menarik perhatian orang-orang.


"Sena-chan, bisa kamu mengatur pencahayaan panggung agar membantu Arisaka-san?"


Ketua OSIS, Hanabishi, meminta pendapatku.


"Aku bisa mengatur pencahayaan agar Yoruka tidak terlalu menyadari tatapan penonton. Tapi, bagaimanapun juga, ini adalah penampilan terakhir di panggung utama festival budaya. Sebagai penanggung jawab panggung utama, aku juga ingin membuat penutup yang spektakuler......"


Sebagai pacarnya, aku ingin menghormati perasaannya. Tapi sebagai panitia festival, aku juga ingin menciptakan momen yang berkesan bagi semua orang.


"Kasihan sekali, Sumisumi. Ini seperti dilema klasik: 'Mana yang lebih penting, pekerjaan atau aku?'"


Miyachii berkomentar dengan nada setengah prihatin, setengah menikmati situasinya.


"Dari sudut pandang Ketua OSIS, aku juga memilih pertunjukan yang lebih meriah."


Tentu saja Hanabishi menjawab dengan cara yang sama.


"Hanabishi, bukannya memikirkan efek panggung, lebih baik kamu memperbaiki permainan drummu! Yang lebih penting itu kualitas permainan, bukan pencahayaan!"


"Aku sudah bermain dengan benar."


"Memang, ritmemu selalu sesuai dengan partitur. Tapi belakangan ini suaramu terasa kosong. Seolah-olah perasaanmu sedang tidak di sana. Ada sesuatu yang terjadi sejak semester dua dimulai?"


"......Mimei, telingamu memang sangat peka."


Hanabishi meletakkan stik drumnya dan menghela napas pasrah.


"Kalau begitu, aku akan jujur. Saat ini, aku sedang mengalami luka yang cukup dalam. Dan luka ini semakin terasa menyakitkan setiap harinya."


Ia menundukkan kepala dan berbicara dengan suara pelan.


Ekspresi sendunya itu pasti bisa menarik simpati banyak gadis. Bukan hanya wajahnya yang tampan, tapi juga caranya menyampaikan perasaan dengan elegan---itulah yang membuatnya begitu populer.


"Luka? Apa kau terluka atau semacamnya?"


Sebagai perwakilan semua orang, aku bertanya.


"---Luka karena patah hati. Rasanya begitu menyakitkan."


Dengan wajah serius, Hanabishi menjawab.


Respon dari para gadis di ruangan itu begitu dingin.


"Patah hati seorang playboy itu jauh lebih merepotkan daripada yang kuduga." 


Miyachi meludah dengan suara tercengang. Kata-kata kejam ini mengungkapkan perasaan para semua orang.


"Tunggu, Hanabishi? Siapa gadis yang kau sukai? Siapa yang menolakmu? Arisaka-san, kamu tahu sesuatu?"


"Hasekura-san dari kelas kami."


"......Kenapa suaramu terdengar sedikit kesal?"


Kanou dan Yoruka mulai berbisik-bisik satu sama lain.


"Sena-chan, ini pertama kalinya aku mengalami hal seperti ini. Sebagai sahabat, bisa kamu membantuku? Aku benar-benar tidak bisa fokus bermain drum dalam kondisi seperti ini!"


"Yah......yang bisa kukatakan hanya, cobalah untuk bangkit sebelum hari pertunjukan."


Sayangnya, dalam hal seperti ini, aku tidak bisa memberikan solusi konkret.


Sudah hampir dua bulan sejak ia ditolak oleh Asaki-san, tapi sepertinya ia masih belum bisa move on.


"Seorang playboy sepertimu ternyata bisa terpuruk hanya karena satu kali patah hati, ya?"


Aku sangat memahami bagaimana rasanya dipermainkan oleh perasaan cinta.


Cinta sejati tidak pernah mudah.


Saat aku mengungkapkan perasaanku pada Yoruka dan dia hanya memberi jawaban yang menggantung, aku juga merasa sangat gelisah.


Aku kehilangan kendali atas emosiku, dan itu adalah pengalaman yang sangat menyakitkan.


Tapi kalau dipikir-pikir, Hanabishi benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik.


Sebagai Ketua OSIS, ia tetap menunaikan tanggung jawabnya di festival budaya tanpa memperlihatkan kelemahannya.


Mungkin, fakta bahwa R-inks bisa menjadi tempat baginya untuk mengungkapkan perasaan yang selama ini ia sembunyikan bukanlah hal yang buruk.


"......Sayangnya, gadis yang ia sukai ternyata memiliki perasaan untuk orang lain."


Untuk pertama kalinya, pria yang selalu terlihat optimis itu tampak begitu muram.


"Kukira kau tipe yang cepat move on. Kupikir kau akan segera mencari cinta yang baru."


Biasanya, seseorang yang sering bermain-main dengan cinta tidak akan terlalu merasakan keistimewaan dari satu hubungan.


"Aku juga berpikir begitu. Atau setidaknya, aku mencoba berpikir begitu. Tapi, sakitnya cinta yang sesungguhnya tidak bisa begitu saja diabaikan."


Menjadi populer bukan berarti kebal terhadap patah hati.


Melihat Hanabishi saat ini, aku sekali lagi menyadari kenyataan itu.


"Kau hebat karena bisa dengan jujur mengungkapkan kelemahan seperti itu."


"Asaki......Aku masih bisa menjaga citraku di depan Hasekura-san sampai akhir. Tapi maaf, sekarang aku menunjukkan sisi lemah diriku."


"Saat sedang kesulitan, tak ada salahnya untuk mengeluarkan keluh kesah."


"Tapi sepertinya pemimpin kita kurang puas dengan ketukan drumnya."


Kanou menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan mengangguk setuju atas perkataan Hanabishi.


"Kalau begitu, bagaimana kalau kau mencoba memainkan drum yang meluapkan amarah atau kesedihanmu? Tunjukkan emosi seperti yang Kanou maksud."


"Itu ide bagus! Seperti yang diharapkan dari Senakisu, kau benar-benar memahami ajaranku!"


Kanou langsung tersenyum puas, wajahnya bersinar penuh semangat.


"Apa pemahamanku yang segini saja sudah cukup?" Aku tertawa kecil dengan sedikit rasa masam.


"Ngomong-ngomong, sebenarnya ada sesuatu yang ingin kusampaikan setelah latihan hari ini."


Mata sang pemimpin idealis, Kanou Mimei, tampak membara.


"Kita semua sibuk, jadi jarang sekali ada waktu untuk latihan berlima, bukan?"


Dari nada suaranya, jelas bahwa dia ingin meningkatkan chemistry di antara kami berlima.


Kanou yang begitu mencintai musik, Miyachii yang cenderung menahan suaranya, aku yang masih pemula, Yoruka yang mudah gugup saat diperhatikan, dan Hanabishi yang sedang patah hati.


"Di sekolah, kita harus berhenti latihan sebelum sore berakhir. Kalau menyewa studio di luar, biayanya mahal. Jadi, bagaimana kalau kita mengadakan latihan intensif di studio rumahku akhir pekan depan?"


""""Latihan intensif!?""""


Perintah dari instruktur kejam ini tentu saja tak bisa kami tolak.

Post a Comment for "Watashi Igai to no Love Comedy wa Yurusanai n Dakara ne [LN] V5 Chapter 3"